5

451 91 48
                                    

Jihoon memasuki gerbang sekolah dengan terburu buru. Nafasnya tidak teratur, ia kira ia terlambat, nyatanya sekarang anak anak yang lain masih berjalan dengan santai.

Salahkan sang Mami yang mengerjainya dengan mempercepat jam dinding dikamar Jihoon 30 menit. Sekarang ia menyesal kenapa tidak melihat jam di smartphone-nya saja.

Jihoon berjalan pelan di koridor sembari mengatur nafasnya yang masih belum normal akibat berlari.

Banyak siswa/i yang menatapnya heran sekaligus takut. Jihoon mengernyit heran, apa dia salah pakaian? Tapi Jihoon merasa tidak ada yang salah dengan pakaiannya. Akhirnya ia memilih berjalan sembari menunduk.

Ketika ingin berbelok ke arah tangga, Jihoon menabrak seseorang yang datang dari arah berlawanan, membuatnya jatuh terduduk.

"Ish, sakit... Jalan yang bener dong!" Jihoon mengangkat wajahnya ingin tahu siapa yang menabraknya.

"Yang ada lu yang jalannya gak bener oon, ngapain jalan make nunduk?" Jinyoung menatap Jihoon sebal.

Iya, yang nabrak sebenernya Jihoon, tapi namanya juga uke, pasti gak mau ngalah.

"Damar yang nabrak!" kata Jihoon sembari bangkit berdiri.

Jinyoung menatapnya datar, melirik Jihoon dari atas ke bawah. Jihoon yang diliatin kayak gitu cuma bisa natap Jinyoung nyalang.

"Apa liat liat?!"

'Srekk'

Jinyoung membuka tasnya, mengeluarkan dasi berwarna abu-abu dengan dua garis serta lambang SMAN 12.

Jihoon melihat Jinyoung dengan tatapan aneh. Jinyoung tidak peduli dengan tatapan Jihoon dan tatapan para siswa/i yang sedang melihat mereka. Ia memakaikan dasinya ke kerah Jihoon dengan muka datar. Menghiraukan si manis yang mukanya seperti kepiting rebus serta siulan Woojin yang baru datang ke tempat mereka berdiri, tangga menuju kelas 11.

"Lain kali kalo kesiangan jangan lupa pake dasi, hari Senin lu gak pake dasi mau nyari mati? Untung gua udah biasa dihukum, tuh pake dulu dasi gua." ucap Jinyoung setelah selesai merangkai dasinya di kerah Jihoon.

Jihoon yang mendengar itu langsung mengerti akan tatapan para murid di koridor tadi kepadanya. Gak lucu kalo si primadona sekaligus siswa terpintar angkatan 39 dihukum cuma karena gak pake dasi pas upacara.

Jihoon diam, tidak menjawab kata kata Jinyoung. Membuat yang terakhir kali mengeluarkan kata kesal karena tidak digubris.

"Bilang makasih kek apa kek, ini malah diem doang," ujar Jinyoung sembari menyentil kening Jihoon pelan.

"Makasih."

"Makasih doang?"

"Terus apa?" Jihoon menatap Jinyoung sengit.

"Makasih sayang, gitu kek," ucap Jinyoung.

"Sayang sayangan aja sana sama cewek kemarin!"

Jihoon pergi meninggalkan Jinyoung yang melongo heran, dan Woojin yang menatapnya tidak percaya.

"Gila Dam, si Andra ngapa sewot ama lu gegara kemaren dah?" ujar si gingsul masih heran.

"Cemburu kali, wkwkwk."

"Malah ngakak ni bocah!" Woojin menoyor kepala Jinyoung.

"Ya gatau gua, tanya aja ama tu gendut, ya kalo cemburu bagus berarti gua level ngegombalnya ningkat sampe bisa bikin si tsundere cemburu," kata Jinyoung, menatap Woojin dengan tatapan polos seakan ia bayi yang baru lahir.

"Geblek emang lu mah, gak pernah waras!"
.
.
.
"Ndra ayo kebawah, udah dipanggilin pak Slamet tuh," oceh Hyungseob, kesal ngeliat Jihoon yang masih santai santai main IG padahal upacara mau dimulai.

Bucin [Winkdeep]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang