Patah Hati Ulna

22 4 0
                                    

“Hai...”

Ulna menoleh ke sumber suara. Dilihatnya Hasta sedang duduk diatas motor trail-nya sambil tersenyum kepada Ulna. Hasta turun dari motor itu dan memberikan sekaleng tebs yang dari tadi ia pegang. Ulna menatap Hasta heran, masih tak percaya Hasta menjadi 180 derajat berbeda seperti ini.

“Lu baik-baik aja, ‘kan?” Tanya Ulna pada Hasta.

“Baik-baik aja sih, tapi organ tubuh gue ada yang kurang deh kayanya.” Jawab Hasta.

“Hah??” Ulna mengamati setiap inci tubuh Hasta untuk melihat apa yang dimaksud Hasta tadi. Namun ia tak menemukan apapun.

Hasta memegangi bagian rusuknya, “Rusuk gue kurang satu.”

Ulna menghentikan pengamatannya dan beralih memandangi Hasta.
“Gila!” Ulna meninggalkan Hasta yang masih berdiri dengan tawa yang menghiasi wajahnya. Entah mengapa ekspresi Ulna benar-benar menjadi favorit Hasta sekarang, bahkan saat kesal seperti itu. Hasta mengejar Ulna dan mensejajarkan langkah mereka masih dengan tawanya.

*****

“Serius??!” Sena memukul meja kantin dengan kekuatan  ‘Seno’-nya.

Ulna menenggelamkan wajahnya dimeja. Sekarang semua pengunjung kantin memandang mereka akibat ulah Sena yang menarik perhatian tadi.

“Biasa aja woi.” Levi mendorong kepala Sena hingga wajahnya sekarang menjadi cemberut.

“Terus terus gimana lagi, Ul?” Tanya Tony.

“Ya gitu.”

“Jadi intinya dia gombalin elu?” Tanya Alif lagi.

“Mana gue tau itu gombalan atau bukan. Orang gue nggak pernah digombalin.” Jawab Ulna ketus.

“Ah, ngenes banget hidup lu.” Ujar Tony.

“Biarin. Yuk, ke kelas.”

Biasa, pagi ini mata kuliah pak Dirga, maka dari itu Ulna terlihat semangat masuk kelas. Rasanya sudah begitu lama ia tak bertemu pak Dirga. Padahal 2 hari yang lalu pak Dirga mengajar dikelasnya. Mungkin karena 2 hari terakhir ini Hasta-lah yang mengisi waktu-waktu yang biasa Ulna gunakan untuk mengamati pak Dirga dari kejauhan.

*****

Ulna sudah duduk manis dibangku kelas, menunggu sosok lelaki yang selama ini masih indah dimatanya. Pak Dirga memasuki kelas dengan wajah sumringah yang selalu ia bawa kemana-mana. Ah, wajah itu yang berpotensi membuat Ulna fokus pada pelajaran dan yang mengajar.

“Selamat pagi semuanya.” Sapa pak Dirga.

“Selamat pagi, pak.”

“Umm.. Saya ada sedikit info. Ini merupakan pertemuan terakhir kita sampai 2 bulan kedepan. Karena...” Pak Dirga menggantungkan kalimatnya.

“... Karena saya akan menikah 1 bulan lagi.” Ucap pak Dirga menyelesaikan pembicaraannya dengan senyuman. Para mahasiswa dikelas bersorak sorai menggoda pak Dirga terkecuali Ulna. Bagai tersambar petir disiang bolong, Ulna kaku. Ditengah kehebohan teman-temannya, ia malah melakukan sebaliknya, terdiam sambil menatap pak Dirga tak percaya.

Sebahagia itu pak Dirga menyambut ucapan selamat dari para mahasiswa. Kelas tak lagi dalam suasana ‘belajar’. Ramai, berisik, penuh tawa bahagia dan ucapan selamat. Senyuman tak henti-hentinya terlukis diwajah pak Dirga. Biasanya senyuman itu indah bagi Ulna, namun kali ini setiap milimeter bibir itu terbuka, setiap sentimeter pula hati Ulna terluka.

Sebagai formalitas, Ulna akhirnya maju untuk memberikan ucapan selamat. Jauh sekali rasanya meja pak Dirga.

“Pak, selamat.” Hanya itu yang Ulna sampaikan dengan sedikit senyum yang dipaksakan dan uluran tangan yang bergegar.

“Terima kasih, Ulna..” Pak Dirga membalas jabatan tangan Ulna tanpa melupakan senyum sumringahnya.

“Saya izin ke toilet, pak.” Tanpa menunggu jawaban pak Dirga, Ulna langsung meninggalkan kelas. Bodo amat dengan sopan santun. Yang Ulna cari saat ini hanya tempat sepi untuk meringankan beban hatinya. Pilihan tepat itu ya rooftop.

“Sesuka itu ya gue sama dia? MIRIS!! Nggak mau sakit hati tapi nggak nyadar diri dari awal. Dipandang aja nggak lu, Ul. Udah tahu cinta sepihak endingnya nggak pernah bagus, masih aja dilakukan. Hati, tolong jangan buat muka gue keliatan bodoh. Lu didalam, nggak keliatan. Muka gue yang nampak sebagai hasil dari reaksi menjijikkan lu!” Ulna memaki dirinya sendiri. Pikirnya, dengan ini mungkin separuh kewarasannya kembali setelah hilang selama mencintai pak Dirga. Ulna meneteskan air mata. Teriak membuatnya lelah hingga cairan asin dari hidungnya pun ikutan keluar.

“Hei, jorok, bilang sama gue siapa yang buat lu nangis.”











Hayoo siapa ituu😁

HASTA & ULNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang