Flashback

46 4 0
                                    

Ribuan mahasiswa berkumpul di lapangan kampus. Ada sedikit pengarahan dari rektor dan ketua BEM sebelum mahasiswa baru diserahkan pada masing-masing senior jurusannya untuk di Ospek. Setelah pengarahan, masing-masing jurusan memisahkan diri.

Mobil Jazz putih masuk ke tengah lapangan menuju tempat berkumpulnya anak teknik.

"Ulna Tagris" panggil senior berambut gondrong yang sedang mengabsen maba dengan toa. Tak ada jawaban.

"Ulna!!!" teriak senior itu lagi. Dia mulai emosi
"Woi!! Mana yang namanya Ulna?!"
"Gue, bang. Sorry telat" jawab wanita yang keluar dari mobil Jazz putih.

Semua takjub. Wanita itu keluar dengan santainya seraya berjalan menuju kumpulan anak teknik. Penampilannya juga membuat seluruh mulut ternganga. Rambut megar, celana jeans yang longgar bagian bawahnya dan baju kaos yang dibalut jaket jeans. Kuno sekali.

"Eh, eh, eh, sini lu. Sini!!" bentak si  senior gondrong. Ulna mendekatinya.
"Ada apa, bang?"
"Lu mau kemana? Darimana aja?"
"Duduklah deket mereka. Buat apa berdiri, gue kan bukan senior"
"Wah, bener-bener mulut lu. Hahahaha udah penampilan kuno begini, masih beraninya lu melawan gue. Anak siapa sih lu sampai ngerasa sok jago begini? Pejabat?"

"Hai, John. Dia anak saya" ucap seorang wanita yang baru saja turun dari kemudi Jazz putih tadi.

"Astaghfirullah haladziim" senior gondrong bernama John itu mengucap 3 kali. Ia terduduk dan menutup matanya seperti baru melihat sesuatu yang sangat menyeramkan.

'ada apasih?' 'ibu itu siapa?' 'kok si gondrong ketakutan?' pertanyaan-pertanyaan kecil bermunculan dari sekumpulan maba yang sedang duduk.

Ya, beliau Ibu Mega, ibunya Ulna. Dosen yang paling ditakuti se'antero fakultas Teknik. Dulu kehidupan beliau masih normal seperti dosen lain pada umumnya, mengajar, menegur, memperbaiki. Tapi semenjak kejadian 2 tahun silam, semuanya berubah. Beliau memenjarakan mahasiswa teknik tingkat akhir yang kala itu terlibat masalah dengannya, bukan tanpa perkara. Beliau sudah melarang ospek yang berlebihan, beliau sudah mengatakan untuk tidak melibatkan masalah pribadi saat masa ospek dan si bengal satu ini masih melanggar, keduanya ia lakukan. Ia memukuli maba habis-habisan dengan alasan maba tersebut tak menurut saat diberikan perintah. Nyatanya dibalik itu semua, ia menyimpan dendam karena permasalahan wanita. Setelah dipukuli sampai hampir tak bernyawa, maba itu dilarikan ke rumah sakit oleh pihak kampus yang mendapat laporan dari maba lain.

Senior tingkat akhir itu anak dari kepala jurusan teknik. Tak ada dosen lain yang berani memarahinya karena posisi orang tuanya. Hanya Bu Mega yang saat itu benar-benar emosi. Bu Mega bilang, "jika semua dosen takut untuk memarahi mahasiswa yang salah hanya karena jabatan orang tua mereka yang tinggi atau harta orang tua mereka yang bergelimang, semua maba yang punya masalah dengan seniornya bisa mati di fakultas teknik ini. Disini jelas mereka dibebaskan untuk main fisik, tapi tidak ada aturan yang memaparkan bahwa mereka berhak membunuh maba maupun temannya yang mempunyai masalah dengannya. Ini masih beruntung ada yang berani melapor. Jika tidak, tercipta tragedi pertama di fakultas kita, pembunuhan. Maaf saja, saya tidak terima. Fakultas kita tak pernah dan tak akan pernah menyabet gelar  'penghasil pembunuh' ".

Bu Mega melaporkan senior tingkat atas itu kepada polisi. Semuanya diproses, senior itu di penjara dan ayahnya turun jabatan.

Semenjak itu, banyak mahasiswa yang takut dengan Bu Mega. Padahal Bu Mega melakukan apa yang seharusnya ia lakukan dan kesimpulan dari semua itu tak ada yang patut ditakuti jika tak berlaku kriminal di kampus.

"Saya harap kalian ospek para maba ini dengan benar, ya. Jangan ada kekerasan. Terima kasih" ucap bu Mega seraya meninggalkan kumpulan anak teknik itu.

*****

HASTA & ULNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang