Mencintaimu karena langit

7 0 0
                                    


Pagi yang Indah. Matahari bersinar Ramah hingga berhasil menyelusup lewat kaca jendela kedalam Rumah dan memantul di cermin, Menyilaukan mataku yang sedang mematut diri.
Aku tersenyum gembira. Bukan karena Hari ini Hari senin, tapi karena Aku akan berangkat ke Sekolah bersamanya. Pujaan Hatiku.

"Mentari, Pacarmu sedang menunggumu di Ruang tamu nduk. Kamu Sudah Siap belum? Ayo keluar" Itu suara Ibuku di balik Pintu kamar.

"Nggih bu" sahutku, segera bergegas membuka Pintu.

Kudapati Ibu. Ia tersenyum dan mengelus rambutku penuh Kasih sayang,"Ayo."

Aku membuntuti Ibu menuju Ruang tamu.
Sudah kuduga, ahkirnya Aku bisa melihat wajah cerahnya. Laki-laki yang amat Ku Kasihi. Cinta monyetku dari kecil hingga masa putih biru kini.

"Bulik, Kami berangkat dulu ya" ucapnya pada Ibuku, lalu mencium tangan Calon Ibu mertuanya itu Hihi..
Aku pun juga ikut mencium tangan ibu.

"Hati-Hati ya Nang bawa motornya. Tolong jagain Mentari" kata Ibu ketika Kami sudah berada diluar.

"Nggih bu" ucap kami berdua sambil memasangi kepala dengan helm di atas motor.

Motor Vario itupun melaju di atas Aspal yang masih baru di desaku.

Aku memeluk pinggang ramping di hadapanku dengan erat, lalu menaruh kepala di punggungnya. Ku pejamkan mata, menghirup aroma tubuhnya yang bercampur aroma Pomade.

"Mentari, jangan tidur di atas motor.." katanya dengan terkekeh.

"Aku gak Tidur kok. Cuman pejemin mata doang." ujarku.

"Halah, Ntar juga pasti ketiduran kayak waktu itu sampai ngiler."

Aku mengerucutkan bibirku di balik punggungnya, meski Ku tahu Dia tak melihatku.
"iih Langit. Jadi pacar Kok ngeselin!"

"Heh, Emang Kita pacaran?" tanya Langit dengan suara yang sok polos, membuatku benar-benar kesal.

"Mboh" ucapku jutek.

"Tari, jangan ngambek dong. Ntar Cantiknya hilang sayang" cicit langit. Hmm terdengar Menggemaskan.

"Ya" ketusku.

CITTTTTTTT BRAKKK..

Kurasakan tubuhku melayang dari atas motor lalu terjatuh di Permukaan kasar. Nghh, rasanya sangat sakit tubuhku ini. Apakah remuk?
Arghh, Ku usahakan agar mataku terbuka, karena Aku ingin memastikan langit baik-baik saja. Aku berhasil melihat langit dengan setengah mata tertutup, Namun yang kulihat adalah.... langit tidak baik-baik saja. Ia terkapar dan tertindih motor, Tubuhnya berlumuran darah, kepalanya juga bercucuran banyak Sekali cairan merah itu hingga menggenang di aspal dan satu kaki Langit terpisah dari tubuhnya. Oh Tuhan, Aku tidak berani melihatnya lagi.
Langsung Ku pejamkan mataku tapi Aku masih mencoba agar tetap sadar. Namun sayangnya Aku mulai hilang kesadaran. Semuanya menjadi Gelap.

Ku Buka mataku perlahan dan mencoba menyesuaikan cahaya. Kudapati langit-langit putih, dimana ini?

"Di Rumah sakit" jawab seseorang.

Aku menoleh kesamping. Terdapat Ibu dan Bapak serta laki-laki asing yang kuyakini sumber suara tadi.

"Langit Mana?" tanyaku lemah.

Ibu dan Bapak saling berpandangan. Terlihat raut Mereka yang tak bisa di tebak.
Ku alihkan pandanganku pada si laki-laki asing.
"Langit Mana???" tanyaku lagi.

"Langit udah pulang kerumah barusan" Jawab laki-laki itu.

"Beneran? Emang kamu siapa?"

"Aku kakaknya. Namaku Samudra."

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang