Sebulan setelah insiden penolakan lamaran dari Samudra, Aku tidak pernah bertemu denganya lagi. Aku meninggalkan Desa dan pergi ke kota Yogyakarta untuk berkerja di sebuah Cafe. Aku menjadi Barista di sana, menggantikan Teman kuliahku yang pindah ke kota lain.
Hari ini Aku kerja lembur karena pelanggan Masih ramai, untung saja Aku membawa Baju Ganti di Tas-ku.Aku segera mengganti pakaianku ke toilet. Setelah selesai, Aku keluar dengan penampilan casual. Sebuah Jeans biru laut dan Kaus putih plus kemeja kotak-kotak berwarna merah yang terikat di pinggang. Kemeja itu sejak pagi melekat ditubuhku dan kini Ku jadikan pengikat pinggang sekaligus penutup perutku yang buncit. Ya, Aku emang sedikit Gendut. Hobby ngemil Sama seperti Langit dan Samudra.
Ah, Aku merindukan keduanya.Aku sedikit bernyanyi Saat berjalan menuju Bar Cafe. Kurasakan seseorang menepuk bahuku, Aku pun membalikan badanku.
"Mentari, suaramu bagus. Malam ini para pelanggan ingin di hibur tapi Devi sedang sakit.. Maukah kamu menggantikanya?" tanya Mas Aryo, Bos-Ku di Cafe yang sudah Ku anggap kakak.
"Nng tapi mas-"
"Gak ada tapi-tapian tar, ini permintaan mas. Tenang aja.. Ntar kamu dapet tambahan gaji" ralat bukan permintaan mas, itu terdengar seperti Perintah.
"Umm Baiklah Bos" Aku mendengus.
Dan tibalah saatnya Aku menyanyi di tengah-tengah para pelanggan. Terdapat pasangan dan gerombolan Sahabat yang duduk di meja masing-masing.
Ku Hela nafas lalu meraih Mic.
🎤
"Senja kini berganti malam
Menutup hari yang lelah
Dimanakah engkau berada
Aku tak tahu di manaPernah kita lalui semua
Jerit, tangis, canda, tawa."
Tak terasa air mataku menetes."Kini hanya untaian kata
Hanya itulah yang aku punyaTidurlah, selamat malam
Lupakan sajalah aku
Mimpilah dalam tidurmu
Bersama bintang" Aku Bernyanyi sambil menangis."Sesungguhnya aku tak bisa
Jalani waktu tanpamu
Perpisahan bukanlah duka
Meski harus menyisakan lukaLupakan diriku
Lupakan aku
Mimpilah dalam tidurmu
Bersama bintang..."
🎤Di ahkir laguku. Aku mulai terisak karena melihat Samudra yang tengah duduk menatapku bersama seorang gadis. Ya Tuhan, kenapa Aku harus melihatnya?
Terdengar tepuk tangan meriah dari semua orang yang menandakan Mereka menyukai penampilanku malam ini.Mas Aryo dan rekan kerjaku lainya menghampiriku. Mengucapkan Segala pujian dan pertanyaan.
"Mentari suara kamu bagus banget."
"Mentari kamu keliatan menghayati lagu itu, kenapa?"
"Mbak Tari Kok nangis?
"Tar, kamu gak pa-pa kan?"
"Mas Aryo, Tari kenapa?"
"Mentari.." dan satu Panggilan itu, suara itu. Suara Lelaki yang Ku Cintai(Bukan Mas Aryo tapi yaaa.. Bos itu tu Gay-_-)
Aku mencari sumber suara dan memandangnya bersama air mataku yang terus mengalir.
"Sam-samudra?" aku terisak sambil menutup Mulut dengan telapak tanganku.Samudra berdiri di hadapanku di ikuti seorang gadis di belakangnya. Apakah itu pacar barunya? Secepat itukah Samudra melupakanku? Jujur saja Aku cemburu. Sangat cemburu.
Ingin Sekali Aku melabraknya dan bertanya, Namun Apa Hak-ku? Hubungan Kami telah berahkir sejak Aku menolak lamaranya."Mentari, ini untukmu" Ucap Samudra sambil menyodorkan sebuah kertas undangan.
"Aku datang kesini khusus untukmu, besok Aku akan menikah. Orang Tuaku menjodohkanku dengan seseorang. Namanya Adelya, ini Dia" Lanjut Samudra lalu menggandeng tangan gadis bernama Adelya itu. Dia Cantik.(Hehe)