"Tu-Tuan Vaan..." gumam Lulu-san terkejut. "I-Ini... Ini tidak seperti yang Anda bayangkan..." lanjutnya sambil perlahan mendekati Vaan dengan perasaan takut.
Aku tidak mencoba menghentikan Lulu-san untuk mendekati Vaan, karena aku tahu itu akan memburuk situasi. Selain itu, dia sendiri tidak mau kubantu dan statusnya adalah musuhku, jadi untuk apa aku menolongnya.
"Jangan mendekati," ujar Vaan dengan nada datar dan aura mengitimidasi.
Lulu-san yang mendapatkan perkataan seperti itu dari orang yang dipercayai dan disayanginya, langsung diam. Bahkan, aku melihat tubuhnya menjadi gemetar.
"Tu-Tuan Vaan... ini... Kenapa saya tidak boleh mendekati Anda? Sa-Saya kan asissten Anda..." ucap Lulu-san dan perlahan kembali berjalan untuk mendekati Vaan.
"Sudah kubilang, jangan mendekat!" ancam Vaan sambil mengacungkan pedang lasernya.
Tentu saja Lulu-san langsung berhenti berkat mata pedang yang jaraknya tinggal satu centi dari wajahnya. Berkat itu juga, tubuhnya semakin gemetar dan kurasa ekpresinya semakin ketakutan.
"Tu-Tuan Vaan... ke-kenapa..." panggil Lulu-san dengan suara gemetar.
Vaan tidak memberikan satu kalimat lagi, dan kemudian mengayunkan pedang lasernya untuk menebas kepala Lulu-san. Lulu-san tidak bergerak untuk menghindarinya, dia masih diam mematung.
*Tring
Aku tidak bisa melihat hal itu, walau Lulu-san mengatakan tidak perlu bantuanku dan fakta dia menyatakan aku adalah musuhnya. Tetap saja aku tidak bisa tidak menolongnya. Jadi aku memutuskan untuk melindungi Lulu-san dengan melesat ke arahnya dan mendorongnya cukup keras ke samping sambil menangkis pedang laser Vaan untuk melindungiku yang mengganti posisi tempat Lulu-san. Terjadilah adu kekuatan di antara kami untuk menahan ayunan pedang.
"Woi-woi, dia adalah asistenmu. Apa yang kau pikirkan?!" geramku kepada Vaan.
"Asisten? Jangan bercanda. Dia itu alatku, jadi terserah padaku mau diapakan," balas Vaan dengan nada tidak berperasaan. "Kalau alat sudah tidak bisa digunakankan lagi, bukankah wajar kalau dibuang atau dihancurkan."
"Dia bukan alat!"
Dengan penuh amarah, kuayunkan pedangku agar melemparkan pedang Vaan dan maju untuk menyerang. Tapi sepertinya dia membaca rencanaku, jadi setelah berhasil membuatnya membuka pertahan Vaan langsung meloncat ke belakang.
"A-Apa maksud Anda... Tuan Vaan..." tanya Lulu-san yang sudah terduduk lemas di sampingku. "A-Aku... alatmu... i-itu tidak mungkin... Bukankah Anda bilang bahwa Anda akan merawatku, bersama denganku, dan tidak akan meninggalkanku?!"
Mendengar pertanyaan Lulu-san tadi, aku terkejut bukan main. Tidak disangka pria kejam berambut putih itu bisa memberikan janji yang manis, padahal niatnya hanyalah menipu! Benar-benar tidak bisa dimaafkan!
Oh iya, sikap Lulu-san saat kita bersama di daerah tempat lahirnya seperti ingin menjauh dari tempat itu. Sepertinya memang benar terjadi sesuatu kepadanya sehingga membuatnya menjadi murung dan tidak suka di sana. Lalu, sepertinya Vaan melakukan sesuatu untuk menolong Lulu-san, sehingga Lulu-san sangat mempercayainya dan tidak ingin berpisah darinya.
"Hei, Tuan Vaan! Katakan kalau apa yang tadi Anda katakan adalah bohong!" teriak Lulu-san.
Kulihat Vaan tidak memberikan satu patah kata pun kepada Lulu-san. Malah, dia terlihat seperti tidak bersalah atau bisa dibilang pertanyaan Lulu-san hanyalah angin lalu.
"Bohong... Ini pasti bohong!"
Perlahan aku berjalan mendekati Lulu-san dan mencoba untuk menenangkannya. "Hei, Lu-"
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU INI APA? S1 Dan S2 (Slow Update)
FantasyKalian tahu anime Date A Live? Cerita ini terinspirasi dari anime tersebut. Aku harap kalian suka. Terima kasih. Cover by:Chloe Valkyire