Bagian 2

38 19 27
                                    


16 juli 2016.

Hari ini tepat seminggu berakhirnya masa senioritas-junioritas atau MOS. Setelah bel pulang sekolah berbunyi nyaring semua anak-anak Persatuan Bangsa bubar dari kelas. Ada beberapa yang tidak langsung pulang, karena ada jadwal ekstrakurikullar. Termasuk Letta yang mengikuti ekskul basket.

Kebetulan hari ini tidak latihan, hanya pengarahan untuk lomba minggu depan. Karena panas matahari begitu terik, keringat mulai bercucura dipelipis Letta. Setelah dibubarkn, Ia menyeka keringatnya dengan punggung tangannya kemudian ia duduk dikursi panjang yang ada dibawah pohon, dan meneguk setengah air dalam botol minumnya.

"Letta!"

Mendengar namanya dipanggil, ia pun menoleh dan menemukan Evan dibelakangnya.

"Temen gue mau kenalan." Ucapnya santai.

"Siapa?" tanya Letta.

Evan mengedarkan pandangannya ke sekitar, "Lah mana tuh kampret.." ucapnya.

"Ya pokoknya ada lah temen gue." Lanjutnya.

"Oh." Balas Letta singkat. "Gue duluan ya." lanjutnya sambil berdiri.

Evan hanya mengangguk beberapa kali sambil tersenyum jahil. "Dapat salam, Ta." Teriaknya kemudian.

"Waalaikum salam." Jawab Letta dari pintu gerbang.

**

Letta menghempaskan tubuhnya diatas sofa. Lalu menekan empat digit angka pada lockscreen ponselnya. Ia membuka aplikasi Line, setelah membalas pesan yang masuk kemudian ia membuka aplikasi instagram.

1 New Post

Adrianrico_

I'll always open –just like Mcdonnald is for 24hours a day– to hear you out and be there for you

Satu postingan sahabat yang dicintainya bersama kekasihnya dapat menghancurkan hati Letta untuk kesekian kali. Dalam foto itu Rico tampak bahagia merangkul wanitanya. Seharusnya Letta yang berada diposisi itu, harusnya Letta yang mendapat dekapan itu, harusnya Letta yang sangat bahagia memiliki Rico saat ini.

Katanya, level tertinggi mencintai adalah mengikhlaskan orang yang kita cintai bahagia bersama pilihannya. Namun pada nyatanya, kalimat itu hanya omong kosong. Dua tahun sudah Letta mencoba mengikhlaskan, justru ia mencintai Rico semakin dalam.

Setelah Letta mengganti baju dikamarnya, ia memplay lagu Best Friend milik Rex Orange Country dengan speaker lalu menelungkupkan tubuhnya diatas king size bed nya. Letta tidak menangis, ia hanya kesal dan kecewa. Mengapa harus orang baru yang dipilih Rico, sementara ia mengenal Letta lebih dahulu dan Letta yang selama ini berusaha selalu ada untuknya. Bukan kekasihnya.

Saat ia membalikan tubuhnya menjadi telentang, matanya langsung terpaku pada bingkai kecil diatas meja belajarnya. Foto selfie dengan kamera Samsung yang diambil saat Rico meraih juara satu lomba futsal tingkat Nasional. Dalam foto itu tangan nya memegang kepala Letta dan sebelahnya lagi memegang Piala dengan keringat di dahinya yang masih menetes dan senyuman bahagia menghiasi keduanya. People change, memories don't.

Pikirannya terus memutar hal-hal indah bersama Rico, sampai ia tak tahu bagaimana cara memberhentikannya dan tertidur.

**

Diwaktu yang sama Evan tengah menunggu seseorang menjawab teleponnya. Setelah beberapa nada tunggu terdengar akhirnya terjawab.

"Woi, Le!" sapanya langsung bersemangat.

"Siapa nih?" jawab Leo disebrang sana.

"Kan tadi gue bilang save nomer baru gue, Jing. Belom ye?"

"Oh Evan kampret. Ganti mulu kayak orang banyak utang."

"Tadi mau gue kenalin lo malah ilang. Tapi udah gue salamin kok tenang." Ucap Evan sambil berjalan ke balkon kamarnya.

"Siapa?"

"Letta. Cewek yang lo bilang manis tadi."

"Kok lo tau namanya?"

"Dia sepupunya mantan gue."

"Oh. Terus dia bilang apa?"

"Waalaikumsalam, gitu."

"Ah gila bikin gue malu aja lo!"

"Kalo lo gentle langsung ajalah minta ID LINEnya."

"Bantuin lah, kan lo kenal."

"Usaha sendiri lah, nanti kalau dia kecantol sama ketampanan gue kan lo yang patah hati deh."

"Bacot lo! Males gue telponan sama lo udah kayak homo aja." Sambungan telepon diputus secara sepihak.

"Sialan banget nih kampret." Ucap Evan sambil tertawa.

Selama berteman dengan Leo, Evan belum pernah dengar Leo mendekati perempuan. Bahkan mendengarnya naksir perempuan pun tidak. berbeda dengannya yang satu bulan bisa tiga atau empat perempuan yang didekatinya. Sifat Leo berbanding terbalik dengan Evan. Ia tidak banyak bicara, jarang bergaul, suka dunia fotografi, editing, dan game. Sementara Evan orang yang banyak bicara, mudah bergaul, suka bercanda, dan futsal. Itulah sebabnya Evan banyak dikagumi para perempuan.

Evan dan Leo juga punya tiga teman lagi yang sudah akrab sejak mereka kecil. Yaitu Adit, atau Botak, Jojo, atau Bedul, dan Raga. Sebenarnya Leo kenal mereka bertiga karena Evan. Dan akhirnya dekat sampai sekarang.

**

dont forget to vote and comment guys:)

DisappearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang