Bagian 3

41 17 28
                                    


Pelajaran Matematika selama empat jam memang membosankan. Tak terkecuali Evan yang terkantuk-kantuk dimeja paling pojok bersama Adit alias Botak. Ia menumpu kepalanya dengan tangan kirinya dengan mata terpejam pulas. Beruntungnya Leo yang bertubuh jangkung duduk didepannya jadi berguna menghalangi guru melihatnya. Sampai bel istirahat berbunyi matanya langsung segar bugar tanpa intruksi. Tetapi Pak Yatno masih melanjutkan penjelasannya didepan sampai membuat Evan resah dengan perutnya yang bergejolak. Evan melirik ke jendela dan menemukan anak kelas lain keluar bergerombol menuju kantin. Ketika Letta lewat bersama temannya ia pun langsung menggoda Leo.

"Uhuyy, bidadari lewat tuh, Le." Ucapnya. Ternyata ucapannya terdengar diseluruh kelas yang membuatnya jadi pusat perhatian.

"Bidadari apa Evan?" tanya Pak Yatno tajam.

"Evan laper pak, makanya halu." Timpal Adit. Beberapa siswi diam-diam menertawakannya.

"Sebentar toh, materi ini tanggung saya sedang menjelaskan. Nanti saya kasih waktu istirahat kok." jawab Pak Yatno dengan jawa medok yang khas.

Evan menarik nafas panjang, mencoba mengikhlaskan jam istirahatnya terpotong. Dan beberapa menit kemudian Pak Yatno mengakhiri pelajaran matematika ini lalu pergi ke luar. Diikuti Evan yang sudah laper tingkat dewa yang keluar lebih dulu dari kelas.

"Le, Le, cepetan minta ID LINEnya!" perintahnya sambil menepuk pundak Leo.

"Kenapa lo yang gercep sih, tai!" balas Leo.

"Lo diajarin sama pakar tuh nurut aja kenapa sih, Le. Bosen gue liat lo jomblo." Timpal Bedul.

"Sabar dul, nunggu sepi." Jawab Leo. Mereka duduk dikantin, bersebrangan dengan meja Letta dan temannya—Echa.

"Gas Le! Gue pantau disini." Evan mendorong Leo untuk menghampiri meja Letta.

"Bacot banget lo."

Evan, Raga, Bedul, dan Botak cekikikan melihat Leo yang menghampiri Letta.

"Kata lo dapet apa nggak nih?" bisik Bedul.

"Nomernya sih dapet, kalau hatinya belum tentu, dul." Balas Raga.

"Pasti dikasih nih, Leo ganteng. Walaupun gantegan gue." Balas Botak.

"Yeee, kampret!" balas ketiganya bersamaan.

**

Letta duduk sendirian dengan segelas es mang dudung didepannya. Tidak lama kemudian Echa—sahabatnya, datang menghampirinya dan duduk dihadapannya. Leo yang melihat hal itu sedikit kesal karena Echa pasti meledeknya.

Leo berdiri disamping meja Letta. Ia menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal sebelum ia memulai percakapan. Sebetulnya ini pertama kalinya ia bertindak bodoh didepan perempuan.

"Ehm.. Letta, gue boleh minta tolong?" ucapnya terbata-bata. Letta dan Echa menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke Leo.

"Apa?" tanya Letta bingung.

Leo mengeluarkan handphone dari sakunya. "Tolong isi ID LINE lo disini."

Letta yang kaget langsung membulatkan matanya. Sementara Echa tersenyum jahil, dan menyuruhnya memberikan ID LINE nya kepada Leo menggunakan gesture mata.

"Buat apa?" tanya Letta.

Leo menggaruk tengkuknya lagi, "Ehm..."

Echa cekikikan, "Asik Leo.."

"Kasih aja sih, Ta. Siapa tau penting." Timpal Echa.

"Yaudah." Letta mengambil handphone Leo dari tangannya dan mengetikan namanya dikolom ID.

DisappearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang