12

699 171 13
                                    

Yong Hwa menatap lembar demi lembar kertas yang berisi jadwal kegiatan Shin Hye. Jadwal seminggu, sebulan bahkan jadwal Shin Hye dalam setahun ini. Dan meski belum ada jadwal syuting drama atau film, ternyata dia sangat sibuk. Beberapa kali jadwalnya keluar negeri untuk melakukan fan meeting seraya pemotretan majalah dan menghadiri fashion festival. Diakhir tahun dia pun diundang untuk menerima penghargaan di sebuah ajang pemberian penghargaan di Amerika Serikat. Jika melihat prestasinya siapa sangka agensi tempatnya bernaung hanya agensi kecil yang tidak populer. Begitu tidak terkenalnya sepertinya hanya dia saja aktris yang dimilikinya. Agensi itu tetap hidup hingga kini berkat dia yang bekerja keras serta menghidupinya.

Dan saat membaca sejumlah hobi seperti yang dipertanyakan wartawan, nampaknya jawaban Yong Hwa tadi meleset semua. Pakaian yang disukai Shin Hye sama sekali bukan merk ternama. Ia tidak mengenakan pakaian bermerek ketika di rumah. Fashion item branded baru dikenakannya bila menghadiri sebuah acara atau bila bekerja untuk menunjukan image dirinya sebagai endorsee. Shin Hye bukan selebritas penggila brand ternyata. Dia bisa tetap percaya diri dan begitu nyaman hanya dengan dress yang dibelinya di pasar Dongdaemun. Bahkan di dalam catatan itu pun dikatakan bila pakaian tidurnya kelas pasar.

Yong Hwa melirik jam yang berdiri di sudut ruangan. Pukul 11 malam. Shin Hye biasa pulang beraktifitas tengah malam atau menjelang pagi. Saat terjaga dari tidur nyenyaknya dini hari Yong Hwa sering mendengar pintu gerbang terbuka. Van yang biasa dipergunakan Shin Hye baru memasuki garasi rumahnya. Itu antara lain yang membuat Shin Hye tetap ingin tinggal di rumahnya setelah menikah dan mempersilakan Yong Hwa tetap di rumahnya pula. Rutinitasnya tersebut takut mengganggu Yong Hwa. Tapi tentu saja Yong Hwa tidak setuju, berkaca dari pengalaman sebelumnya hal demikian pasti mengundang paparazzi menguntit mereka lagi.

Untungnya rumah besar Yong Hwa yang biasa dipergunakan diakhir pekan kumpul bersama teman-temannya, minum-minum dan pesta barbecue, memuat 2 bangunan terpisah. Untuk menampung tamu pria dan wanita. itu dasar pemikiran Yong Hwa membuat rumah itu dibangun dengan banyak kamar dan terpisah. Dan saat Shin Hye risih dengan aktifitasnya yang tidak normal sebagai pekerja seni, kondisi rumahnya seperti itu cukup menolong.
Sejauh ini mereka hidup masing-masing tanpa saling mengusik. Namun malam itu Yong Hwa tahu betapa pekerjaan seorang selebritas itu sangat berat. Melihat jadwal yang super padat, bahkan libur weekend hanya untuk beristirahat. Yong Hwa tidak melihat jadwal libur pada rundown kegiatan Shin Hye selama 1 tahun. Itu mungkin harga untuk sebuah popularitas.

Jadi weekend kapan kira-kira Yong Hwa bisa mengajak Shin Hye untuk dinner? Seperti permintaan Chang Sun. Dan yang penting kapan mereka berdua bisa bicara secara langsung? Sebab saat dirinya berangkat kerja, Shin Hye pasti masih tidur. Dirinya pulang, Shin Hye masih diluar yang baru akan pulang disaat dirinya sedang terlelap. Malam ini kira-kira jam berapa Shin Hye akan pulang? Yong Hwa meraih smartphone-nya. Ia harus mencari kepastian bila ingin menunggunya.
"Yobseyo. Nde, Sajang-nim." lagi-lagi suara Se Ra yang menerima panggilannya kepada nomor kontak Shin Hye.
"Shin Hye, eodiyo?"
"Eonni masih pemotretan, Sajang-nim."
"Kapan kira-kira selesai? Kapan kalian akan pulang?"
"Mudah-mudahan sebentar lagi, Sajang-nim. Ini pemotretan terakhir kok."
"Bisa tengah malam sampai di rumah?"
"Umm..." Se Ra ragu sejenak.

Yang namanya pemotretan itu sungguh tidak bisa diprediksi waktunya. Bila fotografer belum merasa puas dengan hasilnya, dia akan terus meminta diulang sampai benar-benar didapatkan gambar yang bagus menurutnya. Sebab dia fotografer profesional dan Shin Hye pun sebagai modelnya adalah juga profesional.
"Bagaimana, Josu-nim?" desak Yong Hwa.
"Tidak bisa dipastikan akan selesai dalam 1 jam, Sajang-nim."
"Jadi kapan kalian akan pulang?"
"Mungkin lebih dari tengah malam tapi tidak akan menjelang pagi. Pukul 1 atau 2 sepertinya."
"Ya sudah." klik, Yong Hwa langsung mematikan smartphone-nya.
Ia berniat menunggu Shin Hye pulang untuk membicarakan ajakan sahabatnya dinner.

Tidak terlalu meleset dari yang dikatakan Se Ra, sekitar pukul 1 dini hari pintu gerbang terdengar terbuka. Yong Hwa menekan power dari remote tv di tangannya. Ia lalu bangkit dari sofa. Melangkah ke arah dapur untuk memasuki rumah Shin Hye melalui dapur.
Shin Hye yang merasa sangat lelah menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang tengah. Menunggu Se Ra membuatkan susu hangat dan belum membersihkan badan, menjadi alasan dirinya tidak langsung menjatuhkan tubuh di atas tempat tidur. Tapi saat matanya menangkap bayangan Yong Hwa dari pintu berjalan kearahnya, segera ia bangkit. Serta merta ditariknya coat yang tersampir di sandaran untuk menutupi pahanya yang terbuka.

"Pasti kau bingung melihatku pada jam begini mendatangimu." ucap Yong Hwa melihat tatap mata Shin Hye kepadanya.
"Eoh, aku bahkan bertanya dalam hati ini mimpi atau bukan?" Shin Hye membenarkan.
"Aniyo. Aku sengaja menunggumu." Yong Hwa duduk persis di depannya.
Shin Hye menuding pergelangan tangannya melihat jam. Pukul 1 lebih Yong Hwa belum tidur karena menunggunya. Memang ada apa? Setelah meminta jadwal dan lain-lain pagi tadi.
"Sebab aku sulit menemuimu di pagi hari, jadi aku memutuskan untuk menunggumu." tandas Yong Hwa paham dengan pertanyaan di benak istrinya itu. Istri sungguhan tapi nyaris seperti istri virtual dalam reality show. Karena ada batas waktu yang akan mengakhirinya.
"Kau bisa meneleponku tidak harus menunggu hingga larut malam begini, Sajang-nim." Shin Hye merasa tidak enak.

"Jadi kau tidak suka aku menunggu lalu menemuimu?"
"Aniyo, aku hanya merasa kasihan padamu harus menungguku hingga dini hari begini."
"Saat meneleponmu pun bukan kau yang menerimanya, selalu dengan asistenmu itu aku bicara." Yong Hwa menunjuk Se Ra yang lewat untuk membuat susu dengan dagunya.
"Karena dia yang pegang ponselku."
"Nde, karena kau tidak pernah memegang ponselmu sendiri. Itu yang membuatku malas meneleponmu." Yong Hwa menandaskan bersemu kesal. Shin Hye akhirnya diam.
"Aku sudah melihat jadwalmu, dan itu sangat padat. Tapi aku mengundang sahabatku dinner, kapan kau punya waktu untuk itu?" lanjut Yong Hwa menatap Shin Hye.
"Dinner? Sahabatmu siapa?"
"Chang Sun. Yang kakaknya baru meninggal itu. Dia masih berduka dan aku ingin menghiburnya."
"Apa waktunya saat weekend?"
"Aku melihat hanya setiap weekend jadwalmu kosong."
"Nde, weekend besok saja. Dimana tempatnya?"
"Disini."
"Apa harus aku yang membuat hidangannya?"
"Apa kau bisa?"

Shin Hye tersenyum kecil dan tiba-tiba terdengar sebuah suara cempreng menyambar. "Kau pasti tidak suka nonton tv, Husband-nim. Kau pasti tidak pernah nonton variety show 'Three Meals a Day', makanya masih tanya neoui wife bisa masak atau tidak?" ujarnya nyinyir.
"Tentu saja karena aku tidak suka acara begitu." tangkis Yong Hwa gemas sekali kepada pria jadi-jadian yang dipercaya Shin Hye mengurus penampilannya ini.
"Nde, karena acara tv favorite-mu news dan sport." cibirnya seraya berlalu ke dalam kamar membawa koper Shin Hye. "Tapi aku jamin kau akan jatuh cinta pada istrimu kalau menonton acara itu, Husband-nim. Seperti Ok Taecyeon." kepalanya melongok lagi dari pintu kamar, hampir Yong Hwa melemparnya dengan bantal kursi.
"Kalau untuk sahabat Sajang-nim, sebaiknya jangan aku yang membuat hidangan. Terserah padamu bagaimana baiknya." potong Shin Hye.
"Eoh. Aku akan undang chef langganan keluargaku. Kau persiapkan diri saja. Sebab Hyung akan datang dengan pacarnya, kita tidak perlu berakting dihadapan mereka. Hyung tahu kondisi kita, karena tidak ada yang kututupi darinya. Dan So Min itu teman sekelasku saat SMA." putus Yong Hwa cepat.

Aktris super sibuk seperti dia, Yong Hwa tidak percaya sedikit pun bisa memasak. Namanya acara televisi, semuanya rekayasa. Hanya akan menunjukan sisi baik seorang bintang. Termasuk dengan keterampilan memasak. Untuk kebutuhan acara, jangankan hanya keterampilan memasak, apa pun bisa dibuat sesuai skenario.

TBC

Playing With LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang