"Tae! Hati-hati dengan langkahmu!"
Jimin berteriak kencang, memperhatikan sahabat karibnya yang tengah berlari riang ke arahnya dari ujung sana. Jimin khawatir jika tiba-tiba Taehyung tergelincir begitu saja karena jalanan yang licin akibat sisa-sisa hujan yang turun pagi tadi. Tentu akan repot bagi Jimin menenangi Taehyung yang akan menangis begitu keras bagi bayi besar mengaduh kesakitan padanya.
"Jimin! Bibi Ahn baru saja memanen kebun stroberinya dan mengajak kita untuk membawa pulang beberapa!"
Jimin yang tengah bersantai sembari membaca buku sains miliknya di teras rumah serta merta membentuk bibirnya bulat, terdengar berminat dengan apa yang dibicarakan Taehyung padanya. Buku sains itu ia letakkan di atas meja kecil dekat tempat duduk, lalu dengan keras berteriak meminta izin pada ibunya yang sedang menyiram taman bunganya di samping rumah.
"Ibu! Aku pergi ke kebun stroberi bibi Ahn bersama Taehyung dulu ya!"
Jimin serta merta berlari ke arah Taehyung yang sedari tadi menunggunya di atas sepeda begitu Ibunya tersenyum menyetujui, dengan segera pemuda itu menaiki bangku belakang sepeda Taehyung dengan sekali sentakan. Pun pemuda pemilik sepeda itu segera mengayuh sepedanya secepat mungkin. Menaiki bukit yang tak jauh dari rumah Jimin hingga sampai ke puncaknya. Menerjang jalan pintas mereka yang dipenuhi oleh semak belukar hingga sampai ke tujuan.
"Bibi Ahn! Bibi Ahn!"
Taehyung serta Jimin berlari menerobos kebun begitu melihat perangai bibi Ahn yang tengah memetik stroberi tak seberapa jauh dari kedua pandang mata. Bibi Ahn serta merta tersenyum melihat kedua anak remaja yang sudah dianggapnya sebagai cucu itu berlari dengan riang ke arahnya. Keriput wajah tercetak jelas begitu perempuan tua itu menarik senyum lebarnya hingga ke tulang pipi, tetapi hal itu juga yang menyebabkan Taehyung serta Jimin terlampau senang hanya dengan memandangnya. Seperti ada secercah kebahagiaan yang di bagi untuk dinikmati bersama begitu saja di sana. Apalagi baju terusan seperti gorden bermotif bunga-bunga yang Bibi Ahn selalu kenakan, Taehyung suka sekali. Motif serta warnanya akan berbeda setiap hari, terkadang bergambar bunga Lili, Mawar, atau bunga kesukaannya, Tulip.
"Aduh, bocah-bocah kecil ini. Kemana saja kalian berdua, hm? Datang padaku hanya jika ada maunya saja."
Taehyung menjawab acuh. "Jimin akhir-akhir ini suka membuat onar, Bi. Terkadang lupa mengerjakan pekerjaan rumah, membawa peralatan sekolah, atau membolos." Ia lalu menarik senyum berbentuk persegi nya. "Serta baru-baru ini, Jimin juga sedang akrab dengan murid pindahan baru di kelas kami. Sepertinya masa pubernya berjalan lancar."
Bibi Ahn terlihat tertarik karena setelah itu ia menghentikan kegiatan memetik stroberinya. "Wah, benarkah Jim?"
Hendak menyenggol lengan Taehyung tetapi Jimin justru tersipu malu. "Tidak, bukan begitu. Kami saja baru berkenalan seminggu yang lalu. Dan untuk yang membuat onar itu Taehyung, buka aku."
Bibi Ahn tertawa keras menanggapi. Kedua pipinya bersemu merah, bukan karena rona tersipu malu seperti Taehyung tetapi akibat dinginnya udara bukit. "Kapan-kapan kenalkan Bibi padanya ya. Secantik apa sih hingga membuat pipi Park Jimin cucu bibi memerah seperti stroberi."
Taehyung yang tadinya asik memakan satu buah stroberi melirik Jimin, mendapati kedua pipi Jimin memerah menahan malu. "Wah! Pipi Jimin benar-benar memerah!" Tunjuknya dan tertawa.
Jari telunjuknya segera di tepis Jimin dengan sigap, itu tak lucu baginya. Lagipula gombalan anak tengil ini yang membuatnya begitu. "Tidak lucu, Tae."
Tetapi seakan kedua pendengaran Taehyung sengaja disumbat olehnya atau memang kedua telinganya tuli begitu saja, pemuda itu masih saja tertawa puas hingga hampir jatuh jika tidak dengan segera mencari penopang tubuhnya.
"Kau mau mati ya?"
Jimin berlari dengan kepalan tinju menuju ke arah Taehyung, tetapi tentu saja ia benar-benar tidak meninjunya, yang Jimin lakukan justru menggeliti perut buntal milik Taehyung lalu keduanya tertawa begitu keras hingga bibi Ahn harus turun tangan guna menghentikan kebisingan keduanya.
"Sudah, makan ini." Tangan renta bibi Ahn menyodorkan keranjang buah stroberi di hadapan keduanya. Taehyung menerimanya dengan senang hati—tentu saja, ini gratis—tetapi pandang Jimin justru terpaku pada satu keranjang lagi di genggaman bibi Ahn.
"Bi, itu mau di bawa pulang ya? Serahkan pada kami saja untuk di bawa, kebetulan Taehyung membawa sepeda di balik bukit."
Bibi Ahn tersenyum, menggeleng pelan. "Tidak usah, Jim. Ini juga untuk bibi berikan pada orang lain."
Taehyung terkejut. "Di berikan? Begitu saja? Pada orang lain? Tidak untuk di jual? Sungguh bi?" Jimin menginjak salah satu kaki milik Kim Taehyung di bawah sana, pria itu memekik tertahan begitu Jimin membisik. "Hey! Kita juga dapat ini gratis, tahu! Kumohon sadar diri."
Bibi Ahn hanya tertawa menanggapi. Keriputnya terlihat begitu jelas. Senyumnya mengembang penuh menuju sesuatu di balik tubuh Jimin maupun Taehyung. "Lihat, nona kecil yang ditunggu telah datang."
Keduanya berbalik mengikuti kemana arah senyum bibi Ahn mendarat, begitu terkejut setelah mendapati seseorang yang tak kalah terkejutnya juga dari mereka. Bahkan, Taehyung membuka mulutnya begitu lebar hingga nyaris saja tersedak oleh lalat buah.
"Eh?"
Nona kecil yang sedari tadi bibi Ahn tunggu itu mengerutkan kedua alisnya sembari menyingkirkan anak poninya yang telah memanjang menghalangi penglihatan. "Kalian lagi? Bagaimana bisa?"
Bibi Ahn menyerahkan sekeranjang penuh stroberi pada gadis di hadapannya. "Kalian telah saling mengenal rupanya, wah kebetulan sekali, ya."
Taehyung dengan sigap berteriak nyaring dan menunjuk gadis di hadapannya dengan kurang ajar. "Hey! Itu kan gadis yang membuat Jimin malu-malu!" Jimin menepuk dahinya. Kim Taehyung benar-benar kau, akan ku urus kau sepulang nanti, lihat saja, janjinya dalam hati.
"Oh, benarkah Jim? Yang ini?" Jimin semakin geram, Bibi Ahn terlihat percaya dengan bualan Taehyung namun ia tak dapat berbuat apa-apa lantaran terlalu malu. "Selera Jimin sungguh bagus." Wanita tua itu kembali bergumam dan mengangguk.
Jeany memandang Taehyung serta Jimin silih berganti. "Hah, apa-apaan sih."
"Lihat bi! Kedua pipi Jimin kembali memerah seperti buah stroberi!" Tunjuk Taehyung lagi pada Jimin untuk kesekian kalinya. Okay, Jimin benar-benar muak sekarang, salah satu tangannya segera ia pakai untuk menjewer telinga milik Taehyung, lalu membungkuk pelan pada bibi Ahn dan memaksa Taehyung juga untuk membungkuk sepertinya.
"Terima kasih keranjang stroberinya bi! Maaf kami harus pulang dengan kurang ajar seperti ini, tapi kunyuk ini benar-benar meminta untuk diberi pelajaran, jadi aku sungguh minta maaf." Jimin membungkuk sekali lagi.
Lalu dengan cepat tangannya yang ia gunakan untuk menjewer telinga kiri Taehyung segera ia gunakan untuk menyeret tubuh pemuda yang tengah meminta tolong itu pergi. "Ayo pulang!"
"A-ah! Appo! Appo Jim!"
Jeany memandang pundak keduanya yang semakin menjauh hingga menghilang dari balik pohon stroberi. "Mereka memang selalu seperti itu ya?" Tanya Jeany pelan. Berisik sekali mereka.
Bibi Ahn tersenyum. "Kalau maksudmu kedekatan mereka, ya tentu, mereka memang seperti itu dari kecil. Tidak dapat dan tidak akan di pisahkan."
Jeany menunduk, menyembunyikan senyum mirisnya di balik rambut. "Pertemanan seperti itu, sebenarnya sungguh menyusahkan." Ucapnya pelan.
"Kenapa tidak mencoba untuk mencari teman? Kau masih belum punya teman di sini bukan, sayang?"
Jeany mengadah, beberapa sekon ia terlihat terkejut, namun dengan segera ia tepis keterkejutannya itu dengan menampilkan senyum kecil miliknya seraya menatap wanita tua di hadapannya. "Terima kasih untuk stroberinya."
Jeany berbalik dan membawa kedua kaki melangkah pergi, namun sebelum atensinya hilang dari kedua pandang mata, bibi Ahn segera membuka suara.
"Kau menganggap hal seperti itu menyusahkan karena kau belum pernah merasakannya. Cobalah dan rasakan. Kau akan memerlukannya setidaknya sekali dalam seumur hidup, Nona."
Jeany berhenti, tertegun selama berapa saat hingga memutuskan berbalik dan kembali mengulum senyum kecil. "Tidak, tidak terima kasih. Sampai jumpa lagi, bi." []
KAMU SEDANG MEMBACA
fireflies and weeds
FanfictionKim Taehyung kembali dihadapkan oleh persoalan masa lalu. Takdir seolah membawanya ke dalam masa lalu yang tak pernah ingin ia ungkap pada siapapun serta ia simpan rapat-rapat di dalam kotak pandora miliknya. Sebuah kisah masa lalu yang melibatkan m...