Awal yang bagus Ra!

47 7 4
                                    

USBK sudah, USBN sudah, UNBK juga sudah. Sekarang tugas berat yang Arania pikul selama ini sudah berkurang. Untuk saat ini Arania fokus mempersiapkan diri untuk acara perpisahan minggu depan.

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Arania yang masih dilema, apakah ia harus kuliah di universitas ternama di Korea Selatan karena nilainya—sangat—bagus, tetapi ia juga ingin kuliah di UI—dengan kata lain Rania tidak mau jauh dari keluarganya.

"Bundaaaaaaa!!! Rania harus bagaimana? Huhu..." Rania menangis sepuasnya sepulang sekolah tadi.

Arania, Bunda dan Ayah baru pulang rapat kelas sekaligus pengambilan raport. Tidak diragukan lagi, nilai Rania pasti bagus. Bukannya senang, Rania malah cemberut setelah melihat hasil yang sangat memuaskan.

Rania ditugaskan sebagai penerima tamu dan membagikan raport kepada seluruh wali murid.

"Kamu bukannya senang malah diem aja daritadi. Ayo senang dong!"

"Iya sayang. Kamu harusnya seneng dong dapat nilai yang bagussss banget!"

"Raniaaaaaaaa!!!!! Selamat yaaaaa!!!" Suara itu benar-benar memekakkan telinga. Ya, siapa lagi kalo bukan Kak Mira. Kak Mira memeluk Rania sangat amat erat hingga Rania sulit bernapas.

"Kak...aku...gak bisa...na...napas.." Rania menepuk-belum bahu Kak Mira. Bunda yang melihat hanya tertawa tanpa menolong Rania.

"Akhirnya! Adik Kakak udah lulus! Uyeye!" Kata Kak Mira kegirangan.

"Kenapa sih kamu seneng banget?" Tanya Ayah dibalas dengan anggukan Bunda.

"Ya kan kalo Rania udah lulus kan ada yang bantuin kerjaan aku lah Yah! Jadi aku gak terlalu capek ngerjain tugas rumah. Iya kan Ra?" Kak Mira merangkul Rania yang cemberut.

Suasana malam ini lebih hangat dari biasanya. Karena Rania yang baru saja lulus SMA, dan karena Kak Mira yang menginap di rumah karena kuliahnya sedang libur.

"Jadi, kamu mau kuliah dimana Ra?" Tanya Kak Mira saat makan malam.

"Masih bingung katanya. Udahlah kuliah bareng Kak Mira aja sih. Gak usah jauh-jauh." Kata Ayah.

"Lagian kalo kamu ke Korea, apa bakal ketemu jodoh yang pas?" Bunda menaikkan alis kanannya.

"Siapa tau aja ada mau Bun," jawab Rania asal dan mulai menyuap makanannya.

"Yeuh, kalo kayak begitu kan kakak juga mau lah!" Kak Mira nge-gas.

"Rania kan bisa bahasa Korea, pasti ada yang mau lah. Daripada kakak, bahasa Inggris aja belom lancar," Ayah mencubit pipi Kak Mira dengan gemas.

"Hahaha, tuh Ayah aja ngaku kalo kakak bahasa Inggrisnya gak lancar, weeeek!" Rania menjulurkan lidahnya.

"Bobrok-bobrok gini kan masih cantik! Iya kan Bun?" Kali ini Kak Mira meminta dukungan kepada Bunda.

"Haha iya lah. Anak Bunda kan cantik-cantik semua," Bunda mengelus rambut Kak Mira dengan lembut.

"Bunda jangan lupa sama Kak Dion! Masa Kak Dion Bunda bilang cantik juga sih!" Tak lama setelah Rania bicara seperti itu, bel rumah berbunyi.

Hening...

"Bi Irah! Tolong buka gerbang depan!" Ara segera ke dapur untuk mengambil piring setelah membaca sebuah pesan yang baru saja masuk ke handphone nya.

Tak lama seorang laki-laki berbadan tinggi masuk kedalam rumah besar tersebut.

"Assalamu'alaikum," ia mengucap salam.

"Wa'alaikumsalam! Dion!" Bunda langsung menghampiri Kak Dion dan memeluknya erat-erat.

Bunda menuntun Kak Dion menuju meja makan dan mengajaknya makan malam bersama. Ayah dan Kak Mira tak kalah terkejut dengan kedatangan Kak Dion yang sangat mendadak itu.

4 UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang