O4. Highway

37 2 0
                                    

Petang hari menyambut presensinya. Duduk lama di dalam bis yang ac-nya bahkan sudah rusak membuat mood-nya memburuk. Namun begitu ia menghirup udara sore yang amat sejuk semua rasa penatnya menghilang.

Jovan membenarkan sedikit tas bawaannya yang sedikit miring sebelum mulai lanjut berjalan lagi. Beruntung ia tidak terlalu membawa banyak bawaan, hanya seperlunya saja. Lagi pula baju-bajunya sudah ada banyak di tempat ibunya.

Kakinya terus berjalan menuju pinggir jalan raya, seketika itu pula udara sejuk yang dihirupnya menghilang terganti oleh polusi akibat besi-besi bermesin.

Arah atensi Jovan sekarang pada dua orang di sampingnya. Seorang—yang sepertinya adalah seorang gadis sebab tubuhnya mungil, Jovan tak dapat melihat wajahnya karena ia memakai hoodie yang menutupi kepalanya. Dan disebelah gadis itu ada seorang nenek yang ia pegang tangannya. Ah, sepertinya mereka akan menyebrang.

Eksistensi kendaraan cukup jauh dari jangkaun netra, sekarang adalah jeda untuk menyebrang. Namun Jovan yang barusan ingin menyebrang terhenti begitu mengetahui ponsel dalam saku bergetar.

Cepat-cepat ia menjawab panggilan tersebut setelah melihat nama si penelpon; Nala.

"Iya gue udah sampe dengan selamat, gausah khawatir."

"Dih, siapa yang khawatir. Gue cuma mau bilang, jangan lupa oleh-oleh yak!" balas Nala dari sebrang sana.

"Ini aja baru nyampe astaga... Lo bener-bener gabut ya?"

"Iya hehe... Pokoknya jangan lupa oleh-oleh!"

"Oke boss."

Setelah itu Jovan memutuskan sambungan sepihak. Kembali ke tujuan utama yaitu menyebrang jalan. Ketika berbalik badan, matanya melihat gadis tadi dan seorang nenek masih berdiam diri dipinggir jalan raya.

Seingatnya tadi ada jeda untuk menyebrang. Jovan mengernyit heran, berapa lama mereka akan berdiam diri di situ? Apa mereka takut untuk menyebrang? Ia kira gadis itu ingin membantu nenek menyebrang.

"Mau saya bantu nyebrang?" tanya Jovan sesopan mungkin.

Jovan bertanya pada gadis tersebut yang masih diam setelah mendengarnya. Dan yang menoleh adalah nenek itu sembari memberi jawaban iya disertai senyuman.

Perlahan tapi pasti Jovan mengandeng tangan gadis yang masih belum menunjukan reaksinya. Melihat eksistensi kendaraan cukup jauh dari jangkauan netra, Jovan mengeratkan genggamannya lalu menuntun kedua orang tersebut menyebrang jalan dengan selamat sampai tujuan.

Saat sampai dirinya diberi ucapan terima kasih oleh sang nenek, dan tentu dibalas ramah olehnya. Berbeda dengan gadis di sampingnya, jangankan berkata terima kasih, matanya saja seperti enggan menatap.

Sepuluh detik kemudian, gadis yang tak dikenalnya itu menarik tangannya dari ganggaman Jovan, membuatnya tersentak.

Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal, merasa tak enak karena tadi ia lancang begitu saja.

"Maaf, saya megang tangan kamu tadi cuma buat bantuin nyebrang aja kok."

Satu detik selepas Jovan bertutur, bukannya dijawab dengan rasa bodoamat-nya gadis itu melangkah pergi. Tak meninggalkan sepatah kata pun. Atau setidaknya membiarkan Jovan untuk melihat wajahnya.

⚘⚘⚘

"Kakak tidur di kamar tamu aja dulu. Kasur kamar kakak jebol karna buat lompat-lompatan sama anak tetangga."

Terang berujar dan dengan baiknya ia membantu Jovan membawa barang-barangnya. Fyi, Terang adalah adiknya, umurnya hanya beda satu tahun lebih tua dari Nala. Jovan dan Terang beda ayah, kalau dengan Nala, beda ibu. Jovan dulu pernah berharap, ia juga ingin adik laki-laki.

Finding JelinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang