1

55 8 0
                                    

-arinihp


Sinar matahari menyeruak masuk menembus indra penglihatan hyeri. Hyeri membuka matanya, dan yang pertama kali dia lihat adalah park jimin.

Lelaki itu memang tidak pulang, dia memilih menemani hyeri di rumah sakit.

Hyeri sendiri padahal sudah membujuk jimin untuk pulang ke apartementnya, tetapi jimin kekeh ingin menemaninya, dan beginilah sekarang jimin yang tidur dengan posisi duduk dan kepala di simpan  disebelah ranjang hyeri.

Hyeri jadi sedikit kasihan melihatnya, dia tidak tega juga untuk membangunkan lelaki itu. Tetapi jika tidak di bangunkan dia akan terlambat kerja sepertinya.

Hyeri membangunkan jimin dengan pelan pelan dan hati hati.

"jimin-ah" bisik hyeri sembari sedikit mengguncangkan tubuh jimin.

"jimin-ah"
Kenapa susah sekali di bangunkan,eoh.

Karena tidak bangun bangun hyeri pun berteriak sedikit keras. "jimin-ah"

Dan benar saja, jimin terbangun.

"yak, ada apa" ucap jimin sedikit kaget

"kau harus bersiap jimin, sekarang sudah siang. Waktunya kau bekerja"

"aku tidak akan bekerja, Aku akan menemanimu. Lagi pula sekarang kau dibolehkan untuk pulang bukan?"

"i-iyaa"

"baiklah,hyeri bersiaplah"kata jimin

"gomawo jimin-ah. Kau sudah banyak membantuku. Padahal kau belum mengenalku, tetapi kenapa kau baik sekali?" bingung hyeri

jimin hanya tersenyum lalu dia beranjak dari kursi dan pergi begitu saja.


---

Sekarang jimin dan hyeri sudah berada di apartement jimin.

"apakah tak apa aku diam disini jimin?" hyeri memastikan kepada pemilik rumah, karena dia sedikit malu jika terus terusan dibantu olehnya.

"berhenti berkata seperti itu hyeri. Aku sudah mendengar perkataan itu lebih dari sepuluh kali"jimin terkekeh

"aku malu jimin-ah. Aku terlalu banyak merepotkanmu"hyeri tertunduk

"tak apa, selagi aku bisa membantu seseorang. Kenapa tidak?"jimin mengelus pelan punggung hyeri, hanya untuk menenangkannya.

"gomawo jimin"hyeri pun tersenyum lembut kepada jimin, membuat hati jimin sedikit berdebug kencang.

"eum, boleh aku bertanya?"tanya jimin

"tentu"

"apakah kau tidak memiliki keluarga? Ah, maksudku apakah kau hidup sendiri?dan kenapa kau bisa sampai tergeletak tak sadarkan diri di halte bus? Apakah kau akan pergi ke suatu tempat? Tetapi, kenapa kau tidak membawa barang semacam baju?" jimin sangat penasaran.

"se-sebenarnya a-ayahku mengusirku dari rumah setelah dia tahu bahwa aku berhubungan dengan lelaki yang tidak ayah sukai." mata hyeri sudah berkaca kaca

Jimin yang menyadari hyeri menangis langsung dia memeluk tubuh hyeri.

Mengelus pelan punggung hyeri yang bergetar.

"kenapa ayahmu sampai mengusirmu?"jimin heran

"karena aku. Karena aku yang terlalu percaya pada lelaki sialan itu" hyeri semakin menjadi, dia terisak dipelukan jimin.

"ahhh ya,aku mengerti. Tenanglah, tuhan pasti sudah menyiapkan rencana yang jauh lebih baik untukmu"bujuk jimin

"sekarang aku tidak tahu harus apa,rasanya aku ingin mati saja. Aku sudah tidak memiliki siapa siapa"hyeri terisak

"kau memiliki aku, aku akan selalu ada untukmu"jimin tersenyum kepada hyeri

Sedangkan hyeri yang mendengarnya pun sedikit terkejut. Ada apa dengannya?

"eum, aku ada sedikit saran"kata jimin kepada hyeri

"apa?"

"bagaimana jika kau temui ayahmu?"

"a-aku takut" ucap hyeri lirih

"aku akan menemanimu,kalau ayahmu tidak ingin menerimamu,kau bisa kembali padaku"tawar jimin

Hyeri mengangguk kaku,jimin baik sekali padanya. Hyeri merasa dia sungguh merepotkan jimin."mian,aku selalu merepotkanmu"

"tak apa. Bersiaplah hyeri"kata jimin

"jimin"panggil hyeri saat jimin akan melangkahkan kakinya untuk pergi ke kamar

"ya? Ada apa?"tanya jimin lalu berbalik menghadap hyeri

"ta-tapi aku tidak memiliki baju"ucap hyeri kaku

"ah,ya. Kau bisa pakai bajuku. Aku punya beberapa kemeja, kaos, dan celana yang jarang aku pakai. Jadi, ambilah di kamarku"

"terimakasih jimin" ucap hyeri.


















#TBC
Anyeong. Vote vote votee yaa!!

Do You Love Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang