.
.
Dimpo Hospital, 25-08-2018; 14.33 KST
Daniel paling benci suasana seperti ini. Tegang, tak ada suara, semua kepala merunduk. Walau sebenarnya dia hanya ikut-ikutan merunduk, karena yang lain- Mingyu dan dokter Wonu yang duduk disebelahnya, juga merundukan kepala. Seperti sedang berduka.
Berduka karena amukan dari direktur Rumah Sakit Dimpo yang sepertinya akan menutup Departemen Rehabititasi secepatnya. Tapi semoga itu hanya wacana terburuk yang terlintas dipikiran Daniel.
Sudah setengah jam sejak dipanggilnya mereka ke ruang kepala direktur untuk mengadakan rapat dadakan, tapi belum sepatah katapun terlontar dari pria paruh baya berkarisma dominan itu.
Dokter Donghae hanya melirik tajam satu persatu anak buahnya secara bergantian. Tak ada senyum, tak ada sapa.
"Kalian tahu?"
Suara berat sang direktur memecah keheningan yang mencekik mereka bertiga setelah setengah jam berlalu. Seketika ketiganya mengangkat kepala untuk menatap sang atasan walau dengan sorot ketakutan.
"Kalian tahu alasan saya memanggil kalian apa?"
"O-ong S-seongwu?" gumam dokter Wonu ragu-ragu.
Dokter Donghae memijat pelipisnya, "Kalian ... Ini sudah hari ke dua puluh lima dia dirawat di Rumah Sakit kita. Bagaimana bisa tidak ada perkembangan sama sekali?!"
Dokter paruh baya itu memutar kursi kebanggannya, memunggungi ketiga bawahannya.
"Kalau begini terus, kapan Seongwu berlatih berjalan?! Kapan?!"
"Kami menunggu dia bisa stabil dalam berdiri, dok," Jawab Daniel tanpa takut.
"Iya kapan? Sudah 25 hari, masa tidak ada perkembangan?!" Sang Direktur memutar kursinya, kembali ia melemparkan tatapan penuh amarah.
Dokter Wonu tampak makin merundukan kepalanya.
"Keadaan tubuh setiap orang berbeda. Ini bukan salah dokter Wonu yang memberikan program terapi. Atau bukan salah kita sebagai terapis yang memberikan terapi. Tapi tubuh pasien sendiri yang tak bisa kami prediksi," ucap Mingyu berapi-api setelah melihat dokter Wonu hampir menumpahkan air matanya.
"Saya ada usulan." Dokter Wonu bergumam lirih. Dia masih merunduk sambil meremas jas profesinya. Ini tak terlihat seperti kepala Departeman Rehabilitasi yang galak terhadap anak buahnya. Mungkin karena baru kali ini dokter Wonu merasa gagal melaksanakan perintah atasan. Sehingga dia terlihat sangat merasa bersalah.
"Akupuntur!" mendadak dokter cantik bertampang ga asyik (galak) itu kembali mengangkat kepalanya penuh kenyakinan. "Bagaimana kalau kita programkan akupuntur untuk Seongwu?"
Dokter Donghae mengernyitkan keningnya.
"Saya rasa ada benarnya dicoba," ucap Daniel mencoba membela, "hasil analisis saya begini, syaraf Seongwu terjepit oleh pembuluh darah yang mungkin terdorong saat operasi laminotomy. Akupuntur berguna untuk memperlancar aliran darah. Jadi menurut saya akupuntur bisa jadi program tambahan disamping latihan di ruang OT dan PT."
"Saya setuju!" Mingyu yang tadinya mengangguk-ngangkukan kepala saat Daniel mencoba mengeluarkan pendapatnya, kini mulai ikut menambahi, "lain soal kalau syaraf Seongwu terjepit karena tulang punggungnya sendiri. Kalau dikarenakan pembuluh darah, akupuntur dirasa paling masuk akal."
Sejenak dokter Donghae teridam.
"Kalau begitu sore ini bawa hasil MRI Seongwu ke ruangan saya! Lalu segera programkan dengan tim akupresur!" ucap dokter Donghae sambil menatap ketiga orang dihadapannya bergantian.
![](https://img.wattpad.com/cover/184499959-288-k222547.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SPECIAL THERAPY
Hayran KurguKang Daniel punya metode sendiri dalam menangani pasien VIP nya. . Mature Content! 18+!