Four

44.5K 2.6K 33
                                    

Albert sudah siap dengan kaos santai dan celana jeansnya. Semangat untuk pergi ke Tanah Abang membuat pria itu sudah berada di meja makan ketika waktu baru menunjukkan setengah tujuh pagi.

"Kamu tumben sudah bangun." ucap Martha, sang mama yang kini dahinya nampak berkerut. Albert hanya tersenyum lalu mendekati wanita itu untuk memberikannya sebuah kecupan ringan di pipi. "Good morning, Mam. Apa sarapannya sudah matang ?"

"Baru dimasak. Tapi ada roti tawar kalau kamu mau." kata Martha sambil menunjuk sebungkus roti tawar di atas meja dapur. Albert mengangguk riang lalu berjalan untuk mengambil sarapannya.

"Kamu mau pergi ?" tanya Martha lagi yang masih merasa penasaran dengan kelakuan sang putra pertama yang tidak wajar ini. Albert yang baru saja menggigit roti tawarnya hanya bisa mengangguk.

Kerutan di dahi Martha kian dalam. Ada apa gerangan ? Kenapa anakku ini bertingkah aneh ?

Tiba-tiba sebuah pikiran melintasi otak wanita itu. Senyum lebarnya langsung nampak ketika memandangi anaknya yang kini sedang sibuk mengunyah sarapannya.

"Kamu mau kencan ya ?" tebak Martha yang membuat Albert tersedak sampai terbatuk hebat. Pria itu langsung meraih gelas berisi susu yang sudah ia siapkan tadi. Martha yang melihat kejadian itu menggeleng lelah. Ia lalu berjalan mendekati putranya dan menepuk punggung Albert.

"Mama kenapa aneh-aneh, sih." sungut Albert ketika sudah kembali normal. Ia nampak memberengut sebal lalu mengambil selembar roti tawar lagi di dalam plastik.

"Mama kan cuma tanya. Kamu saja yang menanggapinya berlebihan. Apa jangan jangan benar ya, kamu mau kencan ?" sahut Martha lagi yang membuat Albert menghela napas lelah. Pria itu menyelesaikan kunyahannya dulu sebelum menjawab pertanyaan tidak masuk akal dari Mamanya. "Albert hanya pergi biasa. Sudahlah, aku pergi dulu, Ma." pamit Albert. Martha yang tentu saja masih menaruh curiga terhadap perilaku anak pertamanya itu kemudian mengangguk. Pandangannya terus mengikuti langkah Albert yang kian menjauh menuju pintu utama rumah.

Setelah memastikan jika anaknya itu sudah keluar, barulah Martha kembali terdiam sambil memikiran alasan-alasan kenapa Albert berperilaku tidak biasa di hari Sabtu ini.

"Yah, semoga saja anak itu benar-benar kencan." ucapnya pasrah seraya kembali meracik bumbu untuk masakannya.

----------

Varischa sudah siap dengan tas ranselnya ketika mobil Albert datang dan berhenti tepat di depannya. Wanita itu tersenyum lalu membuka pintu penumpang atasannya.

"Selamat pagi, Pak Albert." sapa Varischa ramah sambil memasang seatbeltnya. Hal itu membuat Albert menaikkan sebelah alisnya karena tidak menyangka akan mendapatkan sapaan ramah dari wanita di sampingnya.

"Kamu bawa tas ransel ?" tanya Albert kemudian ketika mobilnya sudah melaju. Varischa yang awalnya sedang sibuk dengan catatan belanjaan, langsung menoleh. Ia kembali tersenyum dan menjawab, "Nanti setelah belanja, saya langsung balik, Pak. Naik kereta."

Jawaban itu langsung membuat Albert paham akan sikap bawahannya yang tidak biasa ini.

Pantas saja wanita itu senang. Mau pulang ternyata.

"Kamu sering pulang ?"

"Tidak, Pak. Satu bulan sekali kira-kira."

"Balik ke sininya, hari Minggu atau Senin ?"

"Minggu malam saya sudah naik kereta. Jadi, Senin pagi saya sudah ada di Jakarta."

Mendengar penjelasan dari Varischa, membuat Albert mengerutkan keningnya. "Apa tidak lelah ? Baru pulang tapi langsung kerja."

At the Drop of a Hat - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang