Fifteen

35.1K 2K 17
                                    

Varischa hanya terdiam dan menunduk ketika kedua temannya kini sedang memaksa wanita itu untuk bercerita.

"Lo beneran nggak mau ngaku ?" Meddy yang berdiri di samping kiri Varischa sedang bersedekap.

"Ngaku apaan sih ?"

"Hubungan lo sama Pak Albert lah." sahut Bunga jengkel. Bunga kini merubah posisinya menjadi bersandar di dinding. Mereka bertiga sedang berada di tangga darurat sekarang, tempat teraman di seluruh penjuru kantor untuk membicarakan hal-hal rahasia seperti ini.

"Jangan jangan lo udah jadian dari kemarin kemarin ya ?" Meddy menghadapkan dirinya pada Varischa dan menatap temannya dengan pandangan curiga. Varischa menghela napas lalu mengusap wajahnya kasar. "Gila aja gue udah jadian sama Albert-"

"Oooo manggilnya udah nggak pake embel embel 'pak' lagi nih." Varischa langsung merutuki dirinya sendiri karena keceplosan dan mengakibatkan kedua temannya semakin memojokkan dirinya.

Varischa memandang kedua temannya bergantian sebelum menghela napas dan memilih untuk menyerah. "Ok, gue ngaku. Gue udah jadian sama Pak Albert dua hari yang lalu."

Meddy dan Bunga langsung saling tatap lalu tak lama kemudian keduanya melompat-lompat kegirangan. "Ya ampun, gue seneng banget lo bisa dapetin Pak Albert." ujar Bunga yang kini sedang berpelukan ria bersama Meddy.

"Kita bisa minta kenalin bos bos tamvan yang lain, Nga." Meddy menambahkan dan itu membuat keduanya kembali berteriak girang.

Varischa menggelengkan kepalanya tak mengerti. "Ini kenapa dah kalian yang malah seneng banget ?"

"Kan kita berdua shippernya Varischa Albert."

"Astaga, shipper. Emangnya gue artis."

"Udahlah, pokoknya kita minta lo nepatin janji kalo jadian sama Pak Albert."

Kening Varischa mengerut dan memandang kedua temannya. "Mohon maap, gue nggak pernah janji ya. Kan kalian yang ngomong begitu dulu. Gue nggak pernah ngeiyain."

"Yaelah, Var, kan lo udah dapet pacar kaya seratus turunan. Masak neraktir temen sendiri nggak mau. Berbagi napa." protes Bunga yang bibirnya sudah maju sekian centi.

"E buset banyak banget seratus turunan." Meddy menimpali ucapan temannya dengan senyum geli.

"Mohon maap lagi nih, kan yang kaya dia, bukan gue. Jadi, kalian kalo mau minta traktiran sama dia aja ya, jangan sama gue. Bye." setelah mengatakannya, Varischa langsung berbalik dan keluar dari tangga darurat, meninggalkan kedua temannya yang kini nampak terburu-buru menyusulnya.

----------

Varischa sedang memakan makan siangnya di meja bagian tengah kafetaria bersama dengan kedua temannya. Mereka bertiga sedang asik membicarakan gosip-gosip panas yang beredar di kantor. Namun, keasikan ketiganya terhenti ketika seseorang datang menghampiri meja mereka.

"Kok diem sih, Med ? Buru, gue penasaran." desak Varischa yang menempati kursi di hadapan Meddy. Namun, bukannya menjawab, Meddy malah mencolek Bunga yang sedang menunduk untuk melihat apa yang Meddy lihat.

"Apaan sih, gue lag-" kata-kata Bunga selanjutnya kembali tertelan ketika menatap seorang pria yang dengan gagahnya melewati kerumunan manusia di depan sana.

"Kalian berdua kenapa sih ?" Varischa gemas dan akhirnya ia menolehkan kepalanya ke belakang, hendak melihat penyebab kedua temannya yang menjadi seperti ini. Dan tak jauh berbeda dari temannya, Varischa kini menganga. Namun, keterkejutannya tak berlangsung lama karena kini kepanikan menyerbu wanita itu.

"Aduh mampus, gimana nih, guys ? Gue kabur aja apa ya ?" Varischa bertanya dengan nada yang luar biasa panik. Meddy dan Bunga menggeleng serempak. "Buat apa sih kabur ? Ya udah sih, diem aja di sini. Masak dihampirin pacar malah kabur."

At the Drop of a Hat - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang