Shenna dengan langkah gontai menyusuri trotoar yang menjurus ke arah warung makan dengan tangan yang menarik koper hitam ukuran sedang. Mata panda yang menghiasi area mata, melambangkan jika ia kurang tidur. Penampilannya pun sedikit berantakan.
Tiba di depan warung, dengan bimbang ia berdiri di dekat pohon yang berdiri kokoh di depan warung. Ia ingin beristirahat dan mengisi kekosongan perutnya namun isi dompetnya sudah menipis. Ia masih harus membayar kost an yang akan ia inapi jika sudah menemukan kost an dengan harga yang pas nanti.
Namun sekali lagi perutnya sudah sangat perih sejak pagi tadi. Sejak kemarin ia mengurangi jatah dan porsi makannya untuk menghemat uang.
"Shh...." ringisnya sembari memegangi perut dan nada yang lirih. "Tapi, uangnya sisa sedikit."
Kembali ia menghela napas lalu memaksakan diri untuk melangkah memasuki warung. Ia berdiri di depan meja kasir melihat deretan menu yang menggugah selera berikut dengan harganya. Melihat harga yang tertera, senyum tercipta di wajah bulatnya.
"Mba, pesan chocco ori sama... Chicken wings aja 5. Ayamnya aja, nasinya dibungkus," ucapnya semangat tapi dalam hati menahan malu. "Bisa kan, dibungkus?"
Penjaga kasir tersenyum melihat reaksi Shenna yang terlihat ragu dan malu-malu karena permintaannya untuk membungkus nasi, lalu mengangguk mengiyakan.
"He he, saya duduk di luar, ya."
"Baik."
Shenna segera berjalan keluar akibat malu yang ia rasakan saat ini. Dia duduk di salah satu kursi dengan payung pantai warna-warni yang menjadi pelindung.
"Hah, susah banget mau dapat kerja," keluhnya sambil mengipasi wajah dengan kedua tangannya. "Jangankan kerja, tempat tinggal aja susahnya minta ampun."
Tak lama, pelayan datang mengantarkan pesanannya dan pamit setelahnya.
Shenna langsung melahap makanan tak sabaran. Rasa lapar begitu menggerogoti perutnya hingga ke kepala. Namun rasa sakit di kepala lebih mendominasi, karena penyakit mah-nya.
Seorang wanita tiba-tiba duduk di depannya.
Shenna menaikkan pandangan untuk melihat siapa gerangan yang duduk di depannya. Wanita itu tersenyum membalas tatapannya, dan Shenna membalas senyuman wanita itu dengan senyuman kaku.
"Nggak apa kan, saya duduk di sini?"
Sembari mengangguk, Shenna berkata, "Iya, nggak apa." Shenna melanjutkan acara makannya dengan kepala yang terus menunduk. Rasa kaku menyelimuti nya saat itu. Entah mengapa ia merasa jika dirinya sedang diperhatikan oleh wanita di depan namun ia tidak berani untuk melihat wanita itu untuk memastikan.
"Hati-hati makannya," kata si wanita yang lebih tua. "Nanti tersedak." Ia masih betah memerhatikan yang lebih muda.
Shenna mengangguk merespons.
"Kenapa aku takut?" batinnya. Lalu ia memberanikan diri untuk melihat wanita yang masih betah duduk di depannya tanpa makanan ataupun minuman. Dan itu membuat Shenna yang paranoid itu khawatir. Khawatir jikalau wanita itu mempunyai maksud terselubung terhadap nya.
"Ibu, nggak makan?"
Wanita itu kembali tersenyum dan menjawab,
"Nggak," Yang lebih tua menggeleng pelan. "Kamu selesaikan saja dulu makanan kamu, baru kita bicara."
Mendengar pernyataan wanita itu membuat Shenna semakin merinding. Bagaimana bisa, orang asing mengajak nya bicara dan rela menunggu nya hingga selesai makan? Apa yang ingin wanita itu bicarakan? Apa wanita itu adalah penculik? Tukang hipnotis? Tukang tipu?
Tidak, Shenna tidak mempunyai uang banyak untuk memuaskan wanita itu. Untuk makannya saja itu masih kurang.
Kira-kira seperti itulah pikiran Shenna begitu ia mendengar pernyataan wanita di depannya.
Tidak nyaman karena terus ditatap saat makan, Shenna memberanikan diri menawari wanita itu makan. Dan entah beruntung karena berbuat amal, atau buntung karena uangnya akan habis karena membelikan makan orang asing karena wanita yang lebih tua mengangguk mengiyakan tawarannya.
Dengan sedikit berat pada pikirannya, kakinya melangkah pelan namun pasti menuju penjaga kasir. Memesan sup ayam untuk wanita itu.
Shenna kembali ke mejanya setelah memesan.
"Lagi dibuatin."
"Iya."
Tak menunggu lama, makanan datang. Wanita itu menyambut dengan senyuman manis keibuan makanannya. Shenna yang melihat senyum wanita itu pun dibuat terkagum.
"Cantik." pikirnya dengan mata bulat kecil yang menatap kagum.
"Ayo, makan."
Setelah melihat senyum wanita asing di depannya, Shenna menjadi lebih tenang. Ia tidak lagi merasa terancam. Bahkan ia terus memandangi wanita itu.
Saat waktu menunjukkan pukul sembilan lewat dua puluh menit, keduanya pun selesai memakan habis makanan mereka. Wanita itu lebih menyamankan duduknya, lalu menatap lurus pada Shenna. Begitu pun Shenna.
"Kamu pasti sempat takut ya, karena saya tiba-tiba duduk di sini dan mengajak kamu bicara?" Niken bertanya karena melihat reaksi Shenna yang berkali-kali terlihat terkejut.
Shenna mengangguk pelan.
"Maaf kalau begitu," sesalnya. "Kenalkan, nama saya Niken. Maaf, tadi saya nggak sengaja mendengar keluhan kamu."
"Keluhan?"
Niken mengangguk, kemudian berucap,
"Kamu sedang mencari kerja, kan?"
Shenna mengangguk sembari memerhatikan Niken dengan serius, sama seperti saat ia memerhatikan dosen yang mengajar.
"Apa kamu mau bekerja dengan saya?"
Shenna melebarkan matanya, terkejut, membuat mata bulatnya semakin membulat sempurna. Niken tersenyum kecil melihat reaksi Shenna yang terlihat lucu di matanya.
"Kerja apa?"
"Saya punya cucu. Tapi, nggak sepenuhnya kamu yang menjaga. Kamu hanya membantu saya saat saya, kakek dan ayahnya sibuk."
"Maksudnya?"
"Begini... Saya itu kadang membantu suami saya di kantor, jadi saat saya, suami saya dan anak saya bekerja, cucu saya nggak ada yang menjaga."
"Ooo...." respons nya sembari mengangguk mengerti.
"Jadi, apa kamu mau?"
"Em...," Shenna memikirkan dengan baik tawaran Niken padanya. Sebenarnya, ia tidak ingin bekerja menjadi baby sitter namun dia juga membutuhkan penyambung hidup. Apalagi sudah hampir satu minggu ini dia berkeliling namun tak kunjung mendapatkan pekerjaan. Dan uangnya sudah menipis di dompet, sehingga dirinya harus bisa secepatnya mendapatkan pekerjaan.
"Boleh." Jawabnya kemudian.
Niken tersenyum lebar mendengar jawaban Shenna. Ia lega akhirnya bisa menemukan seseorang yang bisa menjaga cucunya.
Sebelumnya, ia dan suaminya memang sudah pernah memperkerjakan orang untuk menjaga cucu mereka namun dua orang terakhir yang diperkerjakan malah mengecewakan mereka. Merusak kepercayaan mereka. Sedangkan, satu sebelum dua orang tadi, malah menggoda anak mereka.
"Baik. Kamu langsung ikut saya, ya?"
Shenna mengeluarkan kata ‘Hah’ untuk menunjukkan keterkejutannya.
"Kenapa? Bukannya kamu menerima tawaran saya?"
"He he, iya, tapi apa nggak apa? Saya kan, orang asing?"
"Tapi saya percaya kok, sama kamu."
Shenna terus menanyakan akan keyakinan Niken dalam memperkerjakan nya. Dan kemudian dia hanya dapat tersenyum kaku begitu Niken mengucapkan ‘Kenapa nggak’ sambil mengangkat sebelah alisnya. Seketika, gadis dua puluh dua tahun itu merutuki dirinya sendiri karena bertingkah konyol. Ia merasa malu pada wanita itu karena sikap yang tidak sepadan dengan pendidikannya.Shenna menggeleng, tak habis pikir, seraya mengikuti Niken di belakang.
***
To be continued ....ITS_KIIIMIIIF
KAMU SEDANG MEMBACA
BUNDA (END/Cerita Pindah Ke HINOVEL)
RandomCerita ini akan DIPINDAH ke HINOVEL mulai hari ini. Bab dihapus. Kisah Adam yang merindukan sosok seorang bunda. Shenna yang harus bekerja sebagai pengasuh anak dari seorang ayah bernama Wira yang menaruh curiga padanya, dan kembalinya wanita masa l...