Ayam Crispy

7.3K 357 11
                                    


***

Shenna meletakkan semangkuk ukuran sedang berisi bistik ayam, semangkuk nasi, satu telur mata sapi, gelas, sendok, piring dan satu teko air minum di atas meja begitu selesai memasak. Lalu kembali ke kamarnya untuk membangunkan Adam.

Di kamar, Adam masih betah menutup mata di bawah selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Shenna tersenyum melihat itu namun ia harus segera membangunkan Adam, agar tidak terlambat ke sekolah.

"Adam." Saat Shenna membuka selimut, Adam kecil meringkuk merasakan dingin yang tiba-tiba menyentuh tubuhnya.

"Bangun, Sayang," katanya, "nanti Adam telat ke sekolah kalau bangunnya telat." Shenna lalu berbaring dan menghadapkan tubuhnya ke arah Adam.

"Adam."

"Sebentar, Bundaaa." ujar Adam setengah merengek. Dan Shenna harus kembali terdiam mendengar panggilan Adam terhadapnya.

"Tante bukan Bunda kamu, Adam," batinnya, "malah Tante maunya kamu panggil Kakak aja, biar keliatan mudanya." Shenna terkekeh kecil menanggapi kalimatnya sendiri.

"Adam, bangun. Tante sudah masak enak, sesuai permintaan Adam semalam. Kalau dingin, nanti nggak enak, loh."

"Hoaaammm." Adam perlahan membuka mata namun tertutup kembali begitu bertemu cahaya yang masuk melalui jendela.

Shenna membiarkan tangannya melayang di atas kepala Adam untuk melindunginya dari cahaya.

"Ayo, bangun."

Adam bangkit dari tiduran dengan mata yang masih terpejam. Setelah mengedipkan mata beberapa kali, Adam akhirnya membuka matanya dengan sempurna. Ia menoleh ke arah Shenna.

"Dingiiin." ucapnya manja.

"Tante sudah siapin air hangat."

"Nggak mau mandi sendiri."

"Tante mandiin?" Adam mengangguk. "Baik. Ayo."

Adam merentangkan kedua tangannya meminta gendong.

Dengan perasaan gemas Shenna menyambut, lalu menggendong Adam menuju kamar mandi.

Malam tadi, setelah berdebat kecil dengan Wira, Adam kembali ke kamar Shenna. Ia meminta izin pada ayahnya dan Shenna agar ia bisa tidur bersama Shenna. Dan mau tidak mau Wira mengijinkan, kalau tidak Adam akan merengek sepanjang malam. Dan esoknya ia akan demam.

Adam itu cukup mudah sakit. Setiap kali ia menangis dalam waktu yang lama, maka ia akan sakit setelahnya. Sebab itu, Wira sangat mengusahakan untuk tidak membuat anaknya itu menangis. Ia akan sangat merasa bersalah jika itu sampai terjadi.

Kurang lebih delapan menit, Shenna selesai memandikan Adam. Setelah menyapukan bedak dan minyak kayu putih, ia memakaikan seragam olah raga pada Adam. Lalu menata rambut Adam. Setelahnya, ia mengajak Adam untuk sarapan.

Di dapur, Adrian, Niken dan Wira sudah duduk manis di kursi. Shenna membantu Adam untuk duduk di kursi di sebelah Niken. Ia menyiapkan sarapan Adam, lalu menyuapinya.

"Kamu makan juga." kata Adrian mengingatkan Shenna.

Shenna mengangguk sembari berkata 'iya', lalu lanjut menyuapi Adam yang terus menempelinya. Hingga suapan ke lima, Niken bersuara.

"Kamu sambil makan.
Adam bisa makan sendiri, kan?"

"Mau sama Bunda." pinta Adam dengan wajah memelas.

"Tantenya mau makan juga."

"Nggak apa, kok. Shenna juga belum lapar."

"Kamu mau menunggu sampai kamu lapar?" kata Adrian menegaskan, membuat Shenna kaku di tempatnya.

BUNDA (END/Cerita Pindah Ke HINOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang