Bagian 2

8K 121 1
                                    

Sinar matahari pagi menusuk kedalam jendela kamar seorang gadis. Membuat sang empunya menggeliat tak karuan.

Tak lama, ia terbangun dari mimpinya. Ia menggeliat sebentar dan turun dari ranjang. Ia melangkahkan kakinya menuju kamar ibunya.

"Mamah good morning! Mamah dimana?" panggil gadis itu sambil memasuki kamar ibunya.
"Mamah, Mamah lagi mandi?" gadis itu menempelkan telinga di pintu toilet kamar ibunya.

Tak lama, seseorang datang mengejutkannya.
"Non Rara?"
Yap! Gadis itu adalah Rara.

"Bi, Mamah mana?"

"Ibu sudah berangkat ke Tokyo tadi malam, Non. Ibu bilang, dia akan pulang saat Non Rara kelas dua belas nanti."

"What? Bibi gak salah?"melas Rara." Justru itu, Non .Bibi juga awalnya kaget karena Ibu ngasih taunya mendadak begini," jelas Bi Susi.
"Ya udah deh, makasih infonya. Rara mandi dulu. Bilang Pak Asep siapin mobil," lesu Rara.
"Baik Non,"

--------
SMA Tripurna Bangsa

Kini Rara mulai memasuki area sekolah. Ia berjalan sambil melihat suasana sekolah di pagi hari. sekumpulan murid berkaos olahraga berlari menuju sebuah lapangan basket disana. Satu sosok yang membuat Rara kehilangan fokusnya, ia menghentikan langkah dan menatap sosok pria jangkung dan berbisep di lapangan yang jaraknya tak jauh dari pandangannya. Bagaimana bisa seorang pria begitu tampan hanya dengan memakai kaos olahraga?  Ia juga memikul sebuah bola basket yang berada tepat di sebelah tangan kanannya. Ya ampun! lihat lah visual seorang Yoel Giofandra yang berhasil membuat seorang Rara menggelengkan kepala karena tak percaya ada seseorang yang sangat tampan bahkan saat tak tersenyum ia masih terlihat sangat tampan. Bagaimana jika Yoel terseyum ya? 

"Dipikir-pikir emang gila sih," gumam gadis itu sambil menggelengkan kepala.

Saat sedang asik memandang Mas Crush, seseorang menepuk pundaknya.

"Rayot! Sekolah lo?" ujar seorang gadis yang tak lain adalah sahabatnya yaitu Amanda

Rara sedikit terkejut dan gelagapan, 'Mampus keciduk gak ya?' batinnya. Sebelum Amanda curiga ia buru-buru menjawab"Sekolah lah! gue kan udah sehat," ujarnya. 

"Kenapa lo masih disini? Kok gak ke kelas?" tanya Amanda. "Oh, kebetulan gue lagi nunggu lo. Ya udah, yuk ke kelas bareng!" ajak Rara sebelum ia terciduk. amanda tidak membalas banyak , ia hanya mengganggukan kepala. 

Mereka berjalan menuju kelas. Namun, ketika mereka sedang berjalan Amanda bergumam "Ra, lo tau gak? Besok kelas 12 kelulusan."

 Deg! 

Rara menatap Amanda "O-oh emang? Gue lupa. Kalo iya gue bakal sedih banget sih gak bisa ketemu Kak Yoel lagi," lirihnya. "Apa jdinya gue tanpa suami gue?" lanjut Rara lesu. Seketika ucapan Rara mengundang jitakan dari Amanda "Suami usus lo bolong Ra! Ngehayal mulu lo," 

" Gak apa-apa dong, sesekali. Biarkan aku menikmati mimpi ini sebelum bangun ke realita," antusias Rara.

"Geli! tapi ngomong-ngomong Ra, kata nya Kak Yoel bakal nerusin kuliah di Tokyo."

"Serius?" kaget Rara."Sumpah. Kata Cila gue juga," Amanda  melirik ke arah Cila yang baru saja sampai di kelas sama seperti dirinya dan Rara. Rara menaruh tas di bangkunya, perbuatan yang sama dilakukan oleh Amanda. Kebetulan mereka duduk bersebelahan membuat mereka tak kesulitan saat sedang berkomunikasi atau mengobrol.

"Jauh dong sama gue nanti!"  Rara memelas pasrah. Amanda hanya mengangguk sambil tersenyum. Bukan tersenyum tulus melainkan senyum terpaksa.

"Woy! Lagi pada ngomongin apa?" Fajar tiba-tiba menepuk bahu Rara dan Amanda. Mereka dengan cepat mengganti topik, arena mereka tau kalau Fajar sedikit sensitive dengan hal yang berhubungan dengan Yoel. 

"Itu ya? Si Mang Ujang tadi kepeleset," Amanda mulai mengompori Rara.
"Iya bener! Mang ujang itu, iya Mang Ujang. Tanya Mang Ujang gih!" titah Rara.

'Apa sih?' dalam hati Fajar bertanya. "Ngaco lo pada," ujarnya.

"Bu Devi tuh, Duduk sana!" usir Rara.
"Pergi sana!" Amanda ikut mengusir Fajar agar ia segera enyah dari pandangannya.

Dengan cemberut Fajar pergi dari pandangan mereka berdua.

-------------
Kantin SMA Tripurna Bangsa

Semua orang menatap Rara sangat tajam. Membuat Rara mengeryitkan dahi dengan heran.

"Kenapa sih?" bingungnya.
"Gak tau Ra," Amanda menggelengkan kepalanya.

"Minta gue colok satu-satu," Fajar siap menghampiri salah satu orang yang menatap tajam Rara. Tetapi, ditahan oleh Amanda karena Amanda tidak mau terjadi keributan.

"Apanya yang di colok?" tanya Amanda tengil.

"Matanya Sayang," jawab Fajar berusaha sabar.
"jijik,"ketus Amanda.
Dari kejauhan Ramona bersama dua temannya menghampiri Rara dengan gaya yang,'so iye' khas miliknya. 

"Oh ini ya Guys, Adik kelas yang songongnya tingkat dewa? Dan gak tau diri," Mona menatap remeh kepada Rara. Rara yang sangat risih segera meladeni Ramona.

"Mau lo apa?" tanya Rara santai.

"Mau gue? Tentu aja gue mau lo  jauhin Yoel. Karena lo itu gak pantes sama Yoel ngerti?"

Rara memandang Ramona remeh,
"Lo kira, lo pantes sama Kak Yoel?" 

Saat ini Rara berhasil membuat Ramona naik darah. Kuping Ramona seketika memerah akibat emosi yang tak dapat ia tahan lagi.

Ramona mengangkat tangan ke atas bersiap untuk melayangkan satu tamparan untuk lawan bicaranya ini.
Saat akan melayangkan satu tamparan, seseorang menahan lengan Ramona.


 Kerja bagus Yoel, kamu datang tepat waktu.

"Cukup! Kalian sangat kekanakan tau gak! Ramona kamu berhenti ganggu dia. Kalo sampai kamu berani nyakitin dia, kamu berurusan sama saya." tegas Yoel. "Tapi Yoel, dia songong banget," protes Mona. Yoel hanya menatap Ramona tak berniat membalas perkataan gadis itu. "Freak lo tiba-tiba datang ngatain gue, kurang kerjaan banget!" Rara membela diri. "Bacot banget lo ya bocil cabe-cabean" "Lo perek!" 

mereka terus beradu mulut hingga pada akhirnya Ramona menjambak Rara. Yoel segera memisahkan mereka berdua menarik Ramona paksa , menunjuk Rara, dan meninggikan suaranya , "Lo sentuh dia, lo berurusan sama gue!" tegasnya membuat seluruh seisi kantin terdiam. Ramona? gadis itu terkejut bukan main. Ia terlalu syok akan bentakan Yoel yang tertuju pada dirinya. Ramona membalikkan badan dan pergi dari kantin itu disusul oleh kedua temannya.

Yoel melirik kearah Rara. Ia menatap Rara tajam,"Dan kamu, tolong jangan ganggu saya lagi. Saya risih ."

Rara? Gadis itu membisu. Menahan setetes airmata yang ada di pelupuk matanya agar tidak menetes. Tidak! Tidak! Ia gagal ia tak bisa menahannya. Dan membiarkan air matanya lolos begitu saja.

"Maafin gue, Kak," kata terakhir Rara untuk Yoel sebelum dirinya pergi meninggalkan kantin.

Fajar sudah sangat kesal kepada Yoel. Karena Yoel selalu menolak Rara dengan tak berperasaan.

"Lain kali, lo gak usah belagu jadi orang! Gue heran ya, kenapa Rara bisa suka sama manusia patung kaya lo." Yoel menaikan halis tebalnya memancing emosi Fajar.
"Jar udah! Jar pergi yuk!," ujar Amanda yang menahan Fajar agar tidak emosi. Mendengar suara Amanda membuat Fajar luluh.

"Gue harap, lo cepet pergi dari sekolah ini." tegas Fajar. 




STEPFATHER- [The journey of the love story of Rara & Yoel] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang