Bagian 36

1.8K 84 9
                                    

Seorang gadis sedang berada di ruang inap dengan keadaan leher dan kaki yang dipasang oleh gips, pelipis yang di balut oleh perban serta alat bantu pernafasan di hidungnya. Mengenaskan, keadaan gadis itu sangat mengenaskan.

Sedangkan, seorang lelaki menunggu di depan pintu bertulis 'ICU' dengan keadaan sangat berantakan. Rambut yang acak-acakan,mata yang bengkak akibat menangis serta baju yang sudah berlumur darah. Lelaki itu benar-benar menyedihkan.

Ia sedang menunggu seseorang keluar dari sana. Tentu saja! Ia ingin segera menemui dokter, dan menanyakan bagaimana keadaan gadisnya.

Setelah 1 jam, ia melihat pintu itu terbuka. Terpampang jelas pria dewasa berkaca mata mengenakan jas dokter keluar dari ruangan itu.

"Dok, tolong kasih tau saya! Gimana keadaan Rara?"
"Anda harus tenang! Pasien mengalami kecelakaan yang sangat fatal. Ia hampir saja kehilangannya nyawanya jika anda tidak membawanya kesini secepatnya. Untung saja anda membawanya kesini tepat waktu. Kalau tidak entah bagaimana nasib pasien."
"Syukurlah, terus sekarang gimana keadaan Rara, Dokter?"
"Saya harap anda bersabar karena, pasien sekarang sedang mengalami koma. Ini disebabkan karena hampir seluruh anggota tubuh mengalami benturan kuat. Sehingga menyebabkan anggota tubuh sebagian mengalami kerusakan seperti patah tulang di leher, kaki , rusuk, tulang tengkorak dan pecahnya pembuluh darah di otak. Pasien juga kehilangan banyak sekali darah akibat benturan kuat tersebut. Saya harap, anda bisa bersabar dan berdo'a kepada Tuhan agar pasien baik-baik saja. Saya permisi." Dokter itu pun melenggangkan kakinya pergi.

Lelaki bernama Yoel itu pun tak kuat menopang berat tubuhnya lagi. Lemas. Lagi-lagi airmata itu keluar lagi. Mendatangkan sebuah rasa bersalah yang begitu besar.

Yoel memaksa berdiri dan melihat ke sebuah kaca yang menunjukan isi ruangan bernama 'ICU' itu. Lagi-lagi ia meremas kaus tepat di dadanya. Ia tak kuat. Ia tak bisa melihat Rara seperti ini. Yoel tidak sanggup. Kalau saja posisi bisa ditukar, ia rela menggantikan posisi Rara saat ini. Biarkan Yoel yang sakit. Jangan Rara.

Dari kejauhan terlihat wanita tergesa-gesa berlari ke arah Yoel. Dengan mata sembab dan airmata yang mengalir deras. Siapa lagi kalau bukan Lina.

Lina datang dan segera memeluk Yoel. Dan menangis.
"Gimana keadaan Rara? Kenapa semua ini sangat tiba-tiba? Cepat kasih tau aku Yoel!"
Tampa lama-lama Yoel segera memberitahu keadaan Rara kepada Lina.

Seketika Lina hampir terjatuh kalau saja Yoel tidak menahannya dan membawa Lina untuk duduk di kursi depan ruangan 'ICU'. Lina menangis lagi. Tangisan nya semakin kencang. Ia tak sanggup mendengar keadaan putri semata wayangnya yang sekarang sedang sangat kritis. Ia hampir hancur ketika mendengar Rara hampir kehilangan nyawanya. Lina tidak sanggup hidup tanpa Rara ingat! Rara itu segalanya bagi Lina. Rara hidup Lina dan penyemangat hidupnya. Rara adalah dunia Lina. Kalau Rara tidak ada itu berarti semua hidup Lina hancur.

Lina melihat ke sebuah kaca untuk melihat Rara dari luar. Hancur sudah Lina melihat keadaan putrinya seperti itu.
"Rara, Sayang. Mamah gak bisa liat Rara kaya gini. Rara harus buka mata Rara. Lihat! Mamah disini. Mamah nunggu Rara membuka mata. Jadi, Rara harus buka mata Rara. Mamah mau peluk Rara. Rara harus segera pulih dan sembuh. Mamah hancur liat kondisi Rara seperti ini. Mamah gak kuat, Nak." isak Lina.

Mata Yoel juga tak lepas dari sosok Rara di dalam sana. Yoel tidak sanggup. Yoel ingin masuk dan dan menemani Rara. Tapi kondisi Rara yang sangat kritis menahan Yoel untuk melakukan itu. Yoel memegang permukaan kaca kamar itu dengan penuh harap kalau Rara akan segera membuka matanya. Yoel terus meremas dadanya yang terasa nyeri. Sangat nyeri. Ia sakit melihat Rara seperti ini. Yoel berharap Tuhan bisa menukar keadaan Rara yang kritis ini kepadanya. Hanya kepada Yoel bukan kepada Sagia Rara Inggradenta.

Yoel mengepalkan tangan di dada nya. Ia sangat mencintai Rara. Ia tidak bisa hidup tanpa Rara. Ia melirik Lina, membulatkan tekad dan bergumam.















"Kita batalin pernikahan ini, Lina."



Lina tersentak. Menatap Yoel lama. Dan menghampirinya. Ia mengambil tangan Yoel untuk di genggam. Ia menatap Yoel dalam. Lalu Lina memberi jawaban yang sangat mengejutkan.





















"Kamu benar, Yoel. Kita harus batalkan pernikahan ini."

STEPFATHER- [The journey of the love story of Rara & Yoel] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang