Bagian 34

1.6K 87 15
                                    

2 hari kemudian.

Rara keluar dari kamarnya untuk mengambil air putih di dapur karena stok air putih di kamarnya habis.

Rara melangkah menuruni anak tangga. Betapa terkejutnya Rara melihat sepasang kekasih sedang berdansa mesra di ruang keluarga. I

Rara tersenyum kala melihat Yoel dan ibunya sedang berdansa. Ia sama sekali tak berniat mengganggu mereka.

Rara melanjutkan tujuannya ke dapur untuk mengambil segelas air putih. Sambil membawa cemilan dari kulkas Rara berjalan ke arah tangga untuk kembali ke kamarnya.

Tetapi, Rara menghentikan langkahnya kala melihat Yoel sedang menatapnya. Ketika Yoel ingin menghampirinya, Rara menggelengkan kepala dan tersenyum. Ia memberi isyarat agar Yoel tidak merusak suasana romantis yang sedang berlangsung. Dan Rara menganggukan kepala memberi isyarat kalau ia baik-baik saja. Setelah itu, Rara melanjutkan langkah ke kamarnya.

Yoel hanya bisa menatap kepergian Rara. Dan memaksakan senyumnya kepada Lina.
---------

Rara berbaring di ranjangnya. Ia mengambil ponsel dan memakan cemilan yang sudah ia ambil dari kulkas.

Ia mencari kontak seseorang.
Setelah ia menemukan kontak itu, ia segera mengirim pesan.

Rara

Besok malem jam 19.00 ayo ketemu di Twinkle Garden. Ada yang mau gue omongin, Kak.

Kak Yoel

Oke. Kebetulan saya juga udah kangen banget sama kamu.

Rara tersenyum kearah ponselnya. Ada-ada saja, padahal sudah satu rumah tetap saja masih suka kangen.

--------------

Rara sudah siap dengan seragam sekolahnya. Rara turun terburu-buru karena hari ini ia kesiangan. Saat Rara turun, Rara sudah di sapa dengan sepasang kekasih yang ada di meja makan.

"Sayang, sarapan dulu yuk!"
"Aku langsung berangkat aja deh, Mah. Kayaknya udah telat juga."
"Minum dulu susu nya!"
"Iya, Mamah"

Rara meneguk susu sampai habis.
"Sayang, kayaknya Mamah sama Dad kamu bakal pulang malem deh. Soalnya, kita mau cek gedung buat resepsi pernikahan, Sayang."
"No problem, Mah. Aku juga kayaknya ada kerja kelompok juga. Aku pulang sore paling. Ya udah, aku berangkat dulu ya, Mah Dad? Love you, " Rara memeluk sang ibu. Dan gadis itu juga memeluk Yoel.

Yoel menahan Rara saat akan melepas pelukannya. Yoel berbisik.
"Saya janji. Saya bakalan datang. Tunggu saya."

Rara tersenyum dan melepas pelukannya lalu, pergi.

-------------
"Man, balik sekolah gue main ke apartemen lo. Gak papa kan?"

"Gak papa dong, Honey."
"Sekalian ada yang mau gue omongin juga. Pokonya, nanti gue cerita pas di apart lo aja."
"Wah! Gospot apaan nih," Amanda mulai penasaran.
"Panjang banget pokoknya! Gue yakin lo juga bakalan kaget."
"Segospot itu kah, Ra?"
"Gospot banget!" antusias Rara.

Tak lama, Fajar datang dan duduk di samping Rara.
"Pada ngomongin apa sih? Kaya asik banget."
"Kepo!" celetuk Rara.
"Dih nyebelin," ujar Fajar sambil mencubit gemas hidung Rara.
"Fajar datang-datang so asik!" ketus Amanda.
"Dih! Ada yang ngomong tapi kaya ada bau sampah gitu. Siapa sih, Ra?"

Rara hanya ketawa di buatnya. Fajar ini, selalu saja maniac dalam hal mengejek Amanda. Amanda sangat kesal dan menoyor jidat Fajar dengan botol plastik yang sedang ia pegang.

Rara lagi-lagi tertawa dengan kelakuan kedua temannya.
---------------
Apartemen Amanda

'What! Gila! Anjir! Yang bener,Sagia!" teriak Amanda setelah mendengar cerita Rara.

"Yoel? What? Fix! Ini gila, gelo, gak waras!" rancau Amanda.
"Kenapa lo gak cerita dari lama kalo Yoel itu, Ayah Tiri lo, Rara? Seharusnya lo cerita sama gue. Gue gak tau lo baik-baik aja apa enggak. Sorry banget kalo gue gak peka setiap lo ada masalah. Sorry banget, Ra," melas Amanda.

"Engga gitu, Man. Sumpah! Lo itu, sahabat gue yang paling peka. Ini semua karena gue gak cerita sama lo."

Amanda membawa Rara ke pelukannya. Ia menangis.
"Gue gak tau lo sekuat ini Rara. Gue kan udah bilang sama lo, udah! Lupain Yoel! Suka banget ya lo, nyakitin hati sendiri. Dan sekarang? Takdir apa lagi ini Rara. Gue harap lo selalu kuat dan ingat! Gue selalu ada buat lo. Kapanpun lo butuh gue, datang lah ke gue ataupun Fajar ,Ra."

Rara ikut meneteskan airmatanya. Ia sangat bersyukur bisa menemukan sahabat se pengertian dan sebaik Amanda dan Fajar. Hanya bersyukur yang bisa Rara lakukan saat ini.

-------------

Jam menunjukan pukul 18.30 . Rara mempercepat langkahnya. Menuju Twinkle Garden. Karena Rara yang tak sempat pulang, jadi Rara tak sempat ganti baju dan memakai mobilnya.

Rara berlari. Untung saja Apartemen Amanda tidak jauh dengan Twinkle Garden. Jadi, Rara tak keberatan jalan kaki kesana.

Nafas Rara terengah-engah. Rara kelelahan. Tapi, senyum merekah di bibir cantik Rara. Kala ia melihat gerbang Twinkle Garden dan sekarang tepat pukul 19.00. Rara sangat tidak sabar untuk bertemu Yoel.

Rara menyeka keringatnya. Rara berjalan langkah demi langkah menyebrangi jalan. Tanpa melihat ke kiri dan ke kanan. Rara hanya terhipnotis dengan gerbang Twinkle Garden. Ia merindukan Yoel tak sabar untuk bertemu dengan cinta pertamanya.

Tanpa Rara sadari ada sebuah mobil dengan kecepatan yang cukup kencang melaju ke arahnya. Tetapi Rara sama sekali tidak menghiraukan mobil itu.

Seakan bisu Rara tak mendengar suara teriakan orang-orang menuju padanya.

Hingga detik kemudian tubuh kecil Rara terhantam begitu keras. Rara melayang di buatnya. Tubuhnya menghantam jalan aspal sangat kencang. Hingga menimbulkan suara yang cukup terdengar oleh orang-orang sekitar.

Tubuh Rara kaku, rasanya seperti remuk. Pandangan Rara mulai mengabur. Darah sudah mengalir di seluruh permukaan jalan. Membuat siapa saja yang melihatnya akan berteriak histeris.

Rara memaksa membuka matanya selama ia bisa. Dengan pandangan yang lumayan kabur Rara melihat terangnya sinar rembulan dan bintang malam ini. BIbir Rara sedikit terbuka. Airmata jatuh dengan sendirinya dari pelupuk mata Rara.

Dengan suara yang serak dan di paksakan Rara bergumam.




"K-ak, Yo-el"



Semua menjadi gelap seketika.







STEPFATHER- [The journey of the love story of Rara & Yoel] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang