1. Helm in the Morning.

86 34 35
                                    

Pagi-pagi sekali, Kia sudah berceloteh dan mengomel pada kakaknya. Masalahnya, Jiran meminjam helm adiknya itu untuk mengantar pacarnya kemarin dan dengan sengaja ia menaruh helm tersebut di rak paling atas.

Kia berjinjit untuk mengambil helm yang berada diatas rak garasinya. Ia cukup sulit dengan tubuh mungilnya dan mengambil sebuah kursi untuk berpijak.

"Abang! Lo tuh ya, kalo naruh helm itu gausah di atas rak, ngapa sih? Mentang lo tinggi, gue kan jadi susah mau ambilnya," teriak gadis itu jengkel sambil menaiki kursi untuk meraih helm yang ada diatas rak. "Udah tau adek lo unyu-unyu kek gini," timpalnya lagi.

Salahkan tubuh Kia yang tidak standar dengan usianya itu. Pasalnya, ia memiliki tinggi badan 153 cm dengan dengan usia 19 tahun, sedangkan tinggi raknya melebihi dua meter.

"Najis punya adek unyu-unyu kaya lu! " Ucap Jiran datar di selingi decihan jijik.

Perkataan Jiran sukses membuat Kia kesal dan langsung mengerucutkan bibirnya. "Iiihh! Lo mah tega sama gue!"

"Cepetan ikan buntel. Kalo lama gue bisa telat dan gue males anter lo lagi," balas Jiran tak sabar.

Bukannya mengambilkan helm Kia, ia malah sempat-sempatnya membenarkan tatanan rambut klimisnya lewat kaca spion dan memakai helmnya sendiri.

"Abang tega deh. Ya Allah... Kapan hamba punya abang yang peka, pengertian, perhatian, baik, nggak judes, ramah, murah hati sama adiknya, rela melakukan semua apa yang di inginkan adiknya, pokoknya yang baik-... Auw!!"

"Mimpi aja terus! Udah buruan naik, nanti telat bisa kelar idup lo." Ucap Jiran setelah menabok helm yang Kia pakai.

"Ya ngga usah main nabok napa sih, bang. Nanti gue laporin komisi perlindungan anak biar di penjara baru tahu rasa!" Ancam Kia seraya menaiki motor Jiran.

Kia sungguh sangat kesal pada kakaknya itu, Jiran bukanlah kriteria abang idaman yang Kia dambakan. Kalau dikatakan sih, bukan kakak yang di inginkan Kia seumur hidup. Bahkan jika ia di lahirkan sebagai kakak, Kia sangat ingin sekali membuli Jiran dengan pangkatnya itu. Tapi dengan syarat tidak berada di hadapan orang tua mereka. Nyatanya kakak itu lebih berkuasa dibanding adik ketika di belakang orang tua. Jika sudah didepan orang tua, pangkat berkuasa akan berada di tangan sang adik.

Kakaknya hanya merespon dengan geleng-geleng kepala. Ia tak ingin menimpali ucapan tak jelas adiknya, daripada ia harus berdebat mengenai hal tak penting yang mungkin tidak memiliki penyelesaian dan bisa saja berujung dengan terlambat menjemput pacarnya, lebih baik ia diam dan mengalah saja.

Jiran pun hampir tak kuasa dengan adik super bawel yang menyaingi rekor kecerewetan ibunya sendiri. Entah faktor apa yang membuat adiknya menjadi seperti knalpot bocor.

Jiran mulai melajukan motor ninjanya keluar dari pekaranagan rumah. Jalan raya di pagi hari lumayan ramai dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Ia menengok kanan dan kiri untuk memastikan kendaraan lain tidak terlalu banyak, sehingga ia bisa melajukan motornya memasuki arus perjalanan bersama kendaraan lain.

Hari ini Kia ada ospek pagi dan kebetulan pula kakaknya itu tengah libur kerja. Ia mengambil kesempatan itu dengan meminta diantar ke kampus dengan menggunakan motor ninja milik Jiran. Sekalian Kia ingin pamer kepada sahabatnya kalau dia punya Abang yang 'lumayan ganteng' kalau disandingi dengan motor ninjanya.

Perjalanan menuju kampus Kia pun di isi dengan celotehan Kia dan pertengkaran kecil tak jelas mereka.

***

Kia melepas helm yang ia kenakan setelah turun dari motor dan menyerahkan pada Jiran. "Nih! Awas ya, kalo lo taro ini helm diatas rak lagi, gue nggak akan pinjemin ke cewek lo kalo kalian mau jalan. Lagian lo kan udah kerja, kenapa nggak beli aja sih, bang? Capek tauk minjemin helm sama lo!" ucap Kia lumayan sarkas.

KissUt : When The Heart Is Saying AnotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang