🌺part 03🌺

39 12 0
                                    

BUDAYAKAN VOTE SEBELUM ATAU SETELAH MEMBACA UNTUK MENGHARGAI KARYA ORANG LAIN!!!



           🌺🌺🌺

"Sialan" umpat lelaki tersebut dan langsung menoleh ke arah Tamara yang masih berdiri di tempatnya dengan tatapan tajamnya.

         🌺🌺🌺

Tamara yang mendengar pun langsung tersentak kaget.

"Lo kalo jalan tuh pake mata" marah lelaki tersebut sambil menunjuk Tamara yang hanya beberapa langkah di depannya.

Sementara kedua teman lelaki tersebut hanya memperhatikan kejadian tersebut tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Maaf kak" sesal Tamara sambil menundukkan kepalanya.

"Maaf kata lo? Lo liat nggak baju gue jadi basah gara-gara lo bangsat" marah lelaki tersebut.

"Udah Van kasian dianya" kata teman lelaki yang marah kepada Tamara.

"Masalahnya baju gue jadi kotor, lo emang bisa beli baju yang gue pake ini hah" kata lelaki yang dipanggil Van tadi.

Lelaki yang marah kepada Tamara itu bernama Revano putra wijaya, teman yang tadi membela Tamara bernama Azka aldric. Sementara satu temannya lagi masih memperhatikan kejadian tersebut tapi matanya terus tertuju kepada Tamara.

"Sekali lagi maaf kak, jangan suruh saya ganti baju kakak. Saya nggak punya uang kak" kata Tamara terus menunduk.

"Heh kalo orang ngajak bicara itu jangan nunduk" ucap Vano.

"Udahlah Van jangan marah-marah" bela Azka lagi.

"Panggil Manager lo" suruh Vano.

Pengunjung Cafe yang mendengar terjadi keributan pun sedari tadi hanya melihat saja ada pula yang merekamnya dengan kamera ponsel.

Siapa yang tidak kenal dengan Revano putra wijaya? Hampir semua orang mengenalnya karena Vano merupakan anak sulung keluarga Wijaya.

Tidak lama kemudian Manager cafe pun menghampiri mereka.

"Ada apa ini" tanya Manager tersebut yang bernama Akmal.

"Nih cewek udah numpahin gue minuman" kata Vano sambil menunjuk Tamara yang masih menunduk dengan mata yang berkaca-kaca.

"Maaf pak, jangan pecat saya" kata Tamara dengan suara lirihnya.

"Maafkan saya atas kelalaian pelayan cafe ini" kata Akmal.

"Lebih baik kita pulang aja Van" kata lelaki yang sedari tadi hanya diam. Lelaki tersebut bernama Damara Affandy Alatas.

"Kalo gue ketemu lo lagi jangan harap hidup lo bakal tenang anjing" kata Vano sambil meninggalkan Cafe tersebut.

Setelah mereka bertiga pulang, kini Tamara masih berdiri di posisi yang sama seperti tadi dengan Akmal.

"Ara kamu ikut keruangan saya" ucap Akmal.

"Iya pak"

Tamara berjalan mengikuti Akmal ke arah ruangannya yang ada di lantai 2.

Sesampainya di dalam ruangan Akmal. Akmal pun mengatakan.

"Kamu tau kan kesalahan kamu?" Tanya Akmal.

"Iya pak saya minta maaf, tolong jangan pecat saya" mohon Tamara yang sudah hampir menangis.

"Ehh.. kamu jangan nangis dong, Abang nggak bakal mecat kamu kok. Abang cuma becanda doang kok" ucap Akmal.

"Ihh Abang, aku serius nih" kata Tamara.

"Iya. Mana mungkin Abang mecat adik kecil Abang yang cantik ini" kata Akmal.

"Pokoknya aku ngambek sama Abang" kata Tamara sambil mengembungkan mulutnya.

"Adik kecilnya Abang lucu banget sih" kata Akmal.

"Cup cup cup adik Abang ja gan ngambek nanti cantiknya ilang loh. Sini Abang peluk" kata Akmal sambil memeluk Tamara erat.

Akmal dan Tamara memang sudah seperti saudara. Akmal selisih 6 tahun dengan Tamara. Akmal merupakan pemilik cafe yang ditempati Tamara bekerja saat ini. Dan Akmal merupakan tempat Tamara berkeluh kesah. Akmal bagaikan sosok Kakak dan Ayah bagi Tamara. Akmal pun demikian ia sudah menganggap Tamara sebagai adik kandungnya sendiri.

"Ihh lepas bang, aku mau kerja lagi ah" kata Tamara sambil melepaskan pelukan Akmal di tubuh mungilnya.

"Bentar abang antar pulang yah, abang nggak nerima penolakan" kata Akmal.

"Ck iya dasar pemaksa" kata Tamara dengan suara yang lirih diakhir ucapannya.

"Abang denger loh Ra"

           🌺🌺🌺

Jangan lupa buat VOTE🌟, COMENT🗒, AND SHARE📬.

GO FOLLOW
IG : RHANI.2405

PenyesalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang