BAB 1. DAFFA

4.7K 156 33
                                    

• Takdir Cinta •
Hal tersulit mencintai seseorang yang paham agama adalah mendekati sang Pencipta. Bukan orang yang di cinta.

🌼🌼🌼

"Hei," sapa seorang Lelaki yang entah datang dari mana. Naya menoleh sekilas, sama sekali tidak tertarik untuk menanggapi lelaki yang ada di hadapan nya ini.

"Lo kenapa?"

Laki-laki itu mulai penasaran, dia mengikuti tatapan lurus Naya.

"Daffa?" tanya lelaki itu spontan. Lagi dan lagi Naya hanya mengangguk.

Devano ---- dia adalah sahabat dekat Naya selain Bella. Biasanya kalau ketemu Devano Naya suka bawel, tapi tidak untuk hari ini.

"Gih samperin. Keburu di embat sama yang lain."

Naya menatap tajam Devano seolah ingin menelan nya hidup-hidup.

"Aelahh... Lo serius amat dah."

"Gue nyamperin Daffa dulu. Lo jangan kemana-mana."

Naya berlalu begitu saja meninggalkan Devano dengan senyuman kecewa nya.

"Nay tunggu." Devano menghentikan langkah Naya, dia memberikan sebuah jaket kulit berwarna coklat tua tapi tidak terlalu tua. Naya membalas senyuman Devano dan menerima jaket itu.

"Dipake, lo pasti kedinginan. Gue liat-liat kayaknya lo lagi gak enak badan, ya?"

Devano meraba kening Naya, ternyata benar, Naya sedang tidak enak badan. Naya mundur beberapa langkah membuat Devano sedikit kesal.

"Lo sakit!!! Ayo ke UKS."

Devano menarik paksa tangan Naya, dia tidak mau Naya sampai kenapa-napa. Devano akan merasa sangat bersalah kalau Naya sampai sakit.

Naya melepaskan genggaman tangan Devano secara perlahan, "Dev, I'm okey. Dont worry, oke?" ujar Naya sambil tersenyum, memperlihatkan gigi nya yang rapih.

"Gue nyamperin Daffa dulu, ya? Nanti gue kasih tau kalo gue udah selesai."

Punggung Naya mulai menjauh, menyisakan Devano yang hatinya retak dari hari ke hari.

"Nay, kapan Lo ngelirik gue. Gue suka sama Lo Nay. Apa Lo ga capek ngejar-ngejar Daffa dari kelas 10. Sesekali liat kebelakang Nay, masih ada gue di sini," batin Devano.

Ikhlas itu bohong, yang ada kita di paksa melupakan lalu terbiasa.
Aku tidak meninggalkan mu, aku masih ada di dekatmu.

Cukup memperhatikan dirimu dari jauh, melihatmu bahagia sudah lebih dari sekedar cukup bagiku. Karna titik dari mengikhlaskan ialah ikut merasa bahagia walau bukan dengan diriku.

"DAFFA!" teriak Naya dengan suara lantang. Dengan setengah berlari akhirnya Naya sampai di hadapan Daffa. Naya memamerkan gigi nya yang putih. Kemudian duduk di hadapan Daffa.

Dia sudah tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang menganggapnya remeh. Toh dia juga bayar sekolah disini.

Daffa menatap Naya datar, untuk kesekian kalinya perempuan ini mengganggu makan siang nya.

"Sendirian aja, temennya ke mana?" tanya Naya sambil menopang kedua dagunya agar dia bisa lebih leluasa menatap setiap pahatan wajah Daffa.

Daffa tidak menggubris pertanyaan Naya, dia masih melanjutkan makan nya. Sebenarnya Daffa sudah tidak berselera lagi. Tapi kalau makanannya dibuang sayang.

"Daff, tipe Lo tuh yang kayak gimana sih?"

Naya sedikit berteriak. Karna suasana dikantin sekarang benar-benar ramai, semua orang saling berdesak-desakan untuk mendapatkan makanan. Benar-benar tidak ada jarak lagi di antara orang-orang kantin.

TAKDIR CINTA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang