Lemari Rahasia

19 1 2
                                    


Jika ada tempat yang bisa mengungkap seluruh rahasia kepribadian seseorang, tempat itu adalah lemari. Loh kok? Kenapa? Ya, mungkin ini kedengaran agak berlebihan, tapi secara liar imajinasiku mengatakan seperti itu. Lemari lebih jujur mengungkapkan rahasia kepribadian seseorang dibandingkan tes kepribadian Myer and Briggs Type Indikator yang kesohor itu dan lagi digandrungi akhir-akhir ini (Mungkin cuma saya saja ya?) yang konon secara terperinci memberikan hasil tes yang membagi kepribadian ke dalam 16 tipe kepribadian.(Tidak tanggung-tanggung, enam belas!) Kurang rinci apa coba? Ini bahkan lebih rinci dari teori kepribadian Carl Jung (Introvert, Ekstrovert, dan Ambivert) ataupun Claudius Galen (Sanguinis, Koleris, Pragmatis, dan Melankolis) yang membedakan kepribadian seseorang atas dasar proporsi campuran cairan-cairan yang terdapat dalam tubuh. Tapi saya tidak ingin berusaha menyaingi para pesohor teori-teori kepribadian itu, apalagi saya ini hanya Mahasiswa Arsitektur yang baru saja dilabeli susah dapat kerja di rezim pemerintahan ini lewat iklan kampanye salah satu partai pendukung pasangan calon presiden yang sepertinya berusaha membuat mahasiswa ujung tanduk seperti saya ini semakin paranoid sampai akhirnya mau segera wisuda pun enggan, di D.O. pun tak mau.

Kekaguman saya terhadap lemari dan menganggapnya sebagai sesuatu yang ajaib bermula ketika waktu kecil lemari menjadi tempat persembunyian paling nyaman saat bermain petak umpet selain kolong tempat tidur tentunya. Sensasi bersembunyi di dalam lemari rasanya seperti menyeberang menuju dunia ajaib yang hanya saya dan Tuhan yang tahu apa yang saya bayangkan di dalam sana. Apalagi beberapa sekuel film-film detektif sering menggambarkan pintu menuju sebuah ruangan rahasia yang berada di balik pintu lemari, juga setelah tayangnya film Narnia yang menceritakan empat bersaudara yang menemukan sebuah dunia tersembunyi di balik lemari ketika bermain petak umpet. Imajinasi saya tentang lemari semakin menjadi-jadi. Kebetulan saya juga empat bersaudara, mirip seperti kisah Narnia, dua perempuan dan dua laki-laki. Bedanya, urutan kelahiran tokoh empat bersaudara dalam film Narnia kelahirannya selang-seling antara perempuan dan laki-laki, sedangkan dalam urutan saudara saya, dua pertama adalah perempuan dan dua terakhir adalah laki-laki. Setidaknya saya bisa bangga sebagai laki-laki tertua dari empat bersaudara karena bisa berpura-pura menjadi Peter yang digambarkan bijak dan menawan meskipun agak keras kepala dalam kisah Narnia.

"Laki-laki tidak akan pernah berhenti menjadi kanak-kanak ketika berada di rumah orang tuanya"

Entah di mana saya membaca kalimat ini, tapi sepertinya saya sepakat dan mengakui hal ini secara pribadi. Tiap kali saya pulang ke rumah, saya tidak pernah lupa untuk diam-diam mengutak-atik lemari milik saudara-saudari saya dan juga yang tidak luput dari kesenangan aneh saya tentunya lemari orang tua saya. Di antara beberapa lemari pribadi yang ada di rumah, ada satu lemari yang selalu membuat saya penasaran. Sebuah Lemari kecil dua pintu setinggi 100 sentimeter, milik kakak kedua saya yang selalu terkunci (Entah kenapa kita selalu tertarik dengan hal-hal yang tertutup) sejak kakak saya masih SMA dan saya masih SD sampai kakak saya sudah menikah.

Di dalam lemari itu saya menemukan sebuah buku berjudul "Enam Topi Berpikir" yang ditulis oleh Edward de Bono. Entah ada perlu apa sampai kakak saya menyimpan buku teoritis seperti ini di lemarinya yang baru kali ini berhasil saya buka dengan paksa. Menemukan buku seperti itu di lemari kakak saya yang seumur hidup saya mengenalnya tidak pernah sekalipun saya saksikan membaca buku sejenis itu membuat saya merenungkan kembali seberapa kenal saya dengan saudara saya. Atau seberapa jauh saudara saya telah berubah semenjak masing-masing dari kami mulai merantau dan sudah jarang berkumpul bersama. Tiba-tiba saya merasa asing dengan kakak saya setelah mendapati buku semacam ini di lemarinya. Bukan jenis buku yang biasa dibaca oleh orang yang kuanggap hanya peduli pada penampilan dan tukang penumpuk barang-barang artifisial aneh yang menurut saya terlalu memboros-boroskan uang. Setelah apa yang saya temukan waktu itu, akhirnya saya punya sedikit alasan untuk menjadi sedikit kagum dengan kakak saya yang satu ini meskipun ternyata penemuan saya membuktikan bahwa saya tidak terlalu akrab dengan kakak saya.

Terkadang saya menemukan banyak hal-hal aneh dari lemari keluarga yang pernah saya utak-atik. Mulai dari hal-hal remeh temeh seperti surat cinta-cintaan masa SMA milik kakak kedua saya, doa-doa yang ditulis tangan dalam bahasa arab gundul di lemari Ibu saya, hingga kertas-kertas ramalan lengkap dengan rumus dan panduan menggunakannya. Untuk yang terakhir saya sebutkan, kalian tidak perlu khawatir, kakak perempuan pertama saya bukan bagian dari sekte pemuja Pesut ataupun sejenisnya. Meskipun terkadang kakak saya bisa menjadi lebih menyeramkan dari nenek sihir, lebih kejam dari Ibu Tiri ataupun lebih galak dari Kak Ros. Kertas ramalan yang saya temukan itu hanya kertas ramalan cinta-cintaan anak SMA generasi 90an. Sejenis quis-quis ramalan Von Von di facebook versi Masa Baheula sebelum anak SMA kenal penggunaan enkripsi kode super njlimet untuk menyinggung gebetannya lewat status di BlackBerry Messengger, facebook, apalagi twitter.

Selain hal-hal remeh temeh seperti itu, tidak jarang pula saya menemukan hal-hal yang sifatnya sangat rahasia dan menurut saya merupakan hal yang sulit saya mengerti ketika saya menemukannya sebagai anak kecil yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Seperti surat-surat yang berisikan kerinduan tante saya kepada suaminya yang meninggal dunia lebih dulu sebelum akhirnya ajal juga ikut menjemputnya dengan kematian yang tragis dan meninggalkan seorang anak perempuan yang dititipkan ke tetangganya di Timika sebelum meninggal. Hal ini baru saya ketahui ketika membaca surat-surat itu yang saya temukan di balik album foto dalam lemari keluarga saya di Malino. Saya tahu lebih dulu dibandingkan keluarga yang lain mengenai hal ini meskipun saya belum pernah menyampaikan kebenarannya kepada siapapun di keluarga saya, karena waktu itu saya masih terlalu kanak-kanak untuk memahami hal-hal seperti itu, juga beberapa rahasia orang tua saya yang mungkin hanya saya yang tahu di antara semua saudara saya yang tidak pernah mengutak-atik barang-barang pribadi dari lemari keluarga.

Yap, kita dapat mengetahui banyak hal dari hal-hal yang ditemukan di dalam lemari. Dari hal-hal yang remeh temeh sampai yang bersifat sangat pribadi seperti kolor bolong-bolong milik saudaramu, perhiasan imitasi milik ibumu, ataupun mungkin surat cinta pertama milik adikmu yang tentu saja terkadang bikin geli ketika dibaca kembali. Hal-hal yang ditemukan di lemari bisa menceritakan kepribadian si empunya lemari mulai dari masa lalunya hingga mungkin masa depannya seperti kertas ramalan cinta-cintaan milik kakak saya (untuk yang satu ini saya yakin hampir kita semua pernah melakukkannya).

Coba periksa kembali lemari tuamu, mungkin kamu bisa menemukan banyak kenangan yang mulai kamu lupakan saat dewasa seperti cita-cita polosmu ataupun mengingat kembali nama-nama teman sekelasmu dulu dari catatan biodata teman-teman sekolahmu dulu yang ditulis di atas kertas warna-warni dengan bentuk-bentuk unik. Kalau dulu waktu saya SD namanya binder, kalau kamu namanya apa?.

Kisah yang biasa sajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang