1 : Hai, Raka

3 1 0
                                    

"Al? Bangun nak, udah sampai." ayah Alea membangunkan peri kecilnya yang tengah terlelap itu. Setelah lima menit berselang, Alea bangun juga. Gadis kecil itu mengerjapkan matanya sambil mengucek matanya dan mengedarkan pandangannya.

"Kita udah sampai di rumah baru. Ayo bantu mama beres-beres." ayah Alea pun menggendong putri kecilnya itu sambil menciumi pipinya.

"Al, bantu mamah lap meja makan dong." kata mama Alea.

"Gak mau! Alea mau main." jawab Alea sambil mempout kan bibir merahnya.

"Gimana mau main? Emang ada temen?" tanya mama Alea.

"Ada kok, Lily." jawab Alea sambil memeluk boneka sapi betina miliknya.

Mama Alea pun hanya menghela nafasnya dan melanjutkan menata rumah, sedangkan Alea pergi ke teras.

"Menu apa hari ini? Hai, Lily. Hari ini aku membuat green tea, mau kah kamu mencobanya? Iya saja ya? Ya? Ya? Ya?" Alea kecil pun menyodorkan cangkir plastik kosong berwarna pink ke mulut boneka itu.

"Ummm, bagaimana? Enak kan, Ly? Iyaa, enak sekali." seperti anak kecil biasanya yang sedang bermain boneka, mereka berbicara sendiri dan menjawab sendiri.

Ketika Alea sedang asyik bermain dengan Lily tiba-tiba muncul kegaduhan dari sebelah rumah Alea, yang mana rumah itu jarang dihuni. Alea yang merasa penasaran pun mencoba mencari tahu.

Setelah sampai di gerbang rumah tersebut Alea mengintip dari celah pagar. Disitu terlihat anak lelaki kurus berkacamata sedang terduduk dengan dikelilingi oleh tiga anak laki-laki lainnya yang diduga adalah temannya.

"Hei kurus, ayo berikan uangmu. Kami sedang lapar." ucap salah satu bocah berambut gondrong.

"Aku juga lapar, bodoh! Jangan terus memeras! A-atau akan ku adukan kalian kepada ibu kalian?!" gertak anak laki-laki berkacamata itu dengan setengah takut.

"Wah, bos. Berani menantang dia dan beraninya mengatai kita bodoh." ucap bocah lainnya.

"Sikat." ucap bocah gendut yang berdiri di tengah.

Kedua bocah tersebut pun memukuli nya, sambil memeriksa tas anak lelaki itu.

Alea yang melihat kejadian itu pun terkejut, ia berniat menolong. Tapi ia juga tahu diri ia perempuan, jika ia menolong sendirian maka dirinya sendiri juga akan menjadi sasaran ketiga bocah itu. Alea dengan segala akalnya pun memilih untuk memanggil ayah yang sedang membersihkan taman bunga di depan rumah.

"Hei kalian! Berhenti disitu atau akan aku laporkan ke orang tua kalian?!" suara bariton ayah Alea membuat ketiga anak laki-laki itu menghentikan perbuatannya dan membuatnya gemetaran. Sedangkan Alea menghampiri bocah yang dianiaya tadi.

"Hai, Raka?" tanya Alea sambil membaca name tag yang ada di seragam anak tersebut. Yang ditanyai hanya diam, ketakutan.

"Kita kerumah Alea dulu yuk. Mamah sedang membuat gimbap, kamu kan lapar." Alea meraih lengan laki-laki itu dan membawanya ke rumahnya.

"Mamaaa, Alea punya teman baru! Namanya Raka! Siapkan dua porsi gimbap untuk kami yaa." ucap Alea dari ruang tamu. Sedangkan Raka masih menundukkan wajahnya.

"Hei? Jangan takut, mereka sudah tidak ada lagi, kok. Tenang saja. Setelah ini aku dan ayah akan mengantarkanmu ke rumah." Alea menenangkan Raka sambil tersenyum manis sampai matanya hanya segaris.

"T-t-terima k-kasih, ya..." ucap Raka terbata-bata sambil mendongakkan kepalanya.

"Kita mulai hari ini berteman, ya?" ujar Alea sambil mengacungkan jari kelingkingnya dan disambut oleh jari kelingking Raka.

Setelah itu mereka makan gimbap bersama dan mengantarkan Raka ke rumahnya.

12 Desember, 2005 (Hai, Raka)

REWINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang