chapter 4

22 3 0
                                    

Aku berjalan agak cepat menuju kafetaria, sialnya kelas ku masih 30 menit lagi jadi aku harus menunggu lagi. Aku duduk didekat kaca agak pojok. Aku meneteskan air mata, dalam hati aku menangis. Masa bodoh dengan orang-orang yang menatapku. Tetapi tiba-tiba aku tersadar, mengapa aku menangis, Aku bahkan bukan siapa-siapa nya. Harusnya aku tidak mudah luluh dengan kebaikannya selama ini. Ia bajingan. Padahal aku tau, memang itu lah kehidupannya, bercinta dengan banyak wanita sudah biasa. Mengapa juga aku harus menangis? Aku bahkan bukan kekasihnya. Ingat itu nesa.

"my nessa, what happened?" tanya ellen duduk didepanku. Aku hanya menggelengkan kepalaku.

"apa ada yang menyakitimu?" ellen bertanya lagi dengan nada khawatir.

"serius el aku tidak apa-apa"

"apa ini ada hubungannya dengan harry? Ada hubungan apa kau dengan harry? Kau tau, tadi aku bertemu dengannya diparkiran, dan ia menanyaimu, ada apa nes? Ceritalah" kata ellen.

"aku hanya berteman, dan baru dekat belakangan ini" aku menjawab singkat ditambahkan sedikit senyum paksa.

"baiklah, aku percaya kau akan bercerita padaku suatu saat nanti. Apapun yang terjadi, kau harus hati-hati padanya. Walaupun dia teman frat ku, tetapi memang sedikit bajingan" kata ellen agak kaku.

"sedikit kau bilang? Hahah sudahlah el, aku tidak mau membahasnya lagi." aku menyeka airmata terakhirku. Ini yang terakhir.

--@--

Kelas berjalan agak lama dari biasanya, sekarang aku sedang dibagian belakang coffeshop tempat karyawan menyimpan tas nya, aku sedang bersiap-siap untuk bekerja. Evan tiba-tiba datang mendekatiku, duduk didepanku.

"siapa lelaki kemarin?" tanya evan tiba-tiba.

"ia teman ku." jawab ku tanpa meliriknya.

"baru? Siapa namanya?"

"namanya? Pentingkah itu? Lalu kau mau apa? Mencarinya di internet?"

"katakan saja, vanessa" katanya dengan nada tinggi tetapi dengan suara sedikit berbisik. Menyeramkan.

"harry"

"Sebaiknya kau jangan terlalu dekat dengan orang itu dia orang asing apalagi sikapnya seperti itu." katanya.

Apa? Kenapa semua orang mengatur pergaulanku akhir-akhir ini. "benarkah? Kau betul. Sebaiknya aku tidak terlalu dekat dengan orang asing. Kau juga orang asing bagiku, ev" Jelasku dan pergi meninggalkannya ke Cashier untuk mulai bekerja. Sempat terbesit dipikiranku, mengapa Evan berkata seperti tadi seakan-akan ia sudah mengenalnya lama. Ahh Evan, ku yakin ia hanya mengancamku saja.

--@--

Sekarang aku sedan berjalan kaki arah ke halte bus setelah tadi seperti biasa aku berdebat dengan evan untuk pulang bersama, Untung nathalie membela ku.

"kau butuh tumpangan nyonya" kata seseorang dari dalam mobil yang mobilnya berhenti disampingku berjalan. Saat ku lihat orang itu, ternyata dia harry.

"tidak, terimakasih." jawabku ketus. Disusul mobil itu melaju meninggalkan ku. Aku tau dia hanya menggoda ku, aku tidak akan mau lagi, harry.

Hingga akhirnya aku duduk didalam bus, bus ini sepi, mungkin karena sudah malam. Aku memainkan handphone ku sambil menunggu bus ini jalan. Tiba-tiba ada seseorang duduk disampingku, kenapa harus disampingku sedangkan banyak yang kosong disini. Lalu aku menengok melihat orang yang duduk disampingku. Astaga apa yang dia lakukan disini.

"sudah ku katakan, para wanita itu yang memintaku. Aku tidak menggoda mereka." jelasnya membuka percakapan.

"astaga harry. Apa yang kau bicarakan? Aku tidak mengerti." balasku kaku. Ya, aku agak grogi ia berkata seperti itu. Bagaimana bisa ia tau apa yang aku pikirkan. Sekarang bus kami sudah jalan menuju halte dekat rumah ku. Sekitar 10 menit aku dan Harry saling diam dalam bus. Namun tiba-tiba..

occasionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang