Aku bergidik ngeri melihat seorang anak kecil yang lucu sambil menangis berada ditengah orang-orang dewasa yang sedang bertengkar, ia memeluk sebuah boneka sambil mengumpat dibalik badan ibu nya.
"dasar wanita jalang, pergilah kau dari sini" plakk lelaki dewasa itu menampar wanita didepannya yang tak lain pasti istri nya.
"tidak sadar kah kau, aku menjadi jalang karena ulah mu sendiri. Lebih baik begitu, aku pergi dari sini." kata wanita itu sambil menarik tangan anak manis tersebut.
"jangan kau membawa vanessa, dia masih kecil. Kau tau jika Charlie melihatnya ia akan menjual Vanessa" kata ayahnya sambil menarik kembali tangan anak itu.
"baiklah, Jaga dia, jangan sampai Charlie melihatnya. Biarkan aku yang menanggung semuanya. Ingat 20 tahun, ia akan menagih janjimu. Jaga dia Ben." kata sang ibu dan mencium anak kecil tersebut, lalu pergi meninggalkan suami dan anaknya, tak peduli anak itu menangis dan terus berteriak "momm..... Momm....mom... Don't leave me..."
Aku terbangun, menangis. Mimpi itu kembali menghantui ku. Mimpi itu kejadian nyata ku, 12 tahun yang lalu, tepatnya ketika aku berumur 7 tahun. Ditinggal ibu ku, sampai sekarang aku tidak tahu ia dimana. Menyedihkan.
"Vanessa, kau sudah bangun? Dad akan pergi, kau siapkan sarapan mu sendiri. Love you babe" ku tau itu suara dad dan tak lama ku dengar pintu tertutup. Dan ku pastikan dad pasti pergi latihan baseball. Yup, dia atlet baseball, membuatnya memiliki kaki jenjang untuk lari yang cepat serta badan yang atletis. Tentu itu menuruniku, aku memiliki kaki jenjangnya tapi tidak untuk skill baseball nya.
aku sangat lelah, kuliah sambil bekerja di sebuah coffeshop mengurangi jam tidur ku. Pagi ini aku ada kelas, jadi aku segera bangun dan menuju kamar mandi. Sambil menggosok gigi aku termenung melihat wajah ku dicermin. Mimpi itu kembali hadir, 20 tahun? Charlie? Apa ini? Menjualnya? Aku tidak mengerti. Ingin aku tanyakan pada dad, tapi hubunganku dengan dad tidak terlalu baik.
---@---
"Nessa! Kau terlihat buruk. Ada apa? Ada yang mengganggu mu?" suara cempreng itu menghentikan langkahku dikoridor menuju kafetaria di kampusku, hingga muncul disampingku pemilik suara itu. Gadis berambut biru nyentrik. Ellen.
"im okay, i just feel not good today" jawab ku sambil lanjut berjalan. Diikuti Ellen disampingku.
"you know what? Kau tidak pandai berbohong nessa." canda ellen sambil mencolek pinggangku geli.
"c'mon ellen, im okay. Trust me. Kau sudah selesaikan tugas mu?" tanyaku mengalihkan pembicaraan.
"menurutmu aku menyelesaikan tugas ku? Hahah kau pasti bercanda, itu hal yang tidak mungkin nessa. Boleh ku melihat punya mu?" jawab nya sambil memohon.
Gadis ini menyebalkan, tapi ia sahabatku semenjak kita masih di elementary school. Aku memberikan buku ku padanya. Dan ia kegirangan.
Sekarang kami sedang dikafetaria, yup, aku menemani si anak kecil ini menyalin tugas ku, sambil mendengarkan ceritanya.
"kau pikir dia menyukai ku, nes?" katanya sambil tetap menulis.
"ya i think, you look beautiful. Siapa yang tidak menyukaimu Ellen."
"benarkah? Kau sedang tidak merayu ku kan? Kau juga memiliki wajah asia dan kulit tan serta kaki yang jenjang bak model-model papan atas, aku iri padamu. Ohiya Nessa, aku lupa. Aku mau menceritakan sesuatu kepadamu tapi aku lupa mau menceritakan apa"
"apa maksudmu ellen? Kau tidak jelas. Kau terlalu berlebihan mengenai ku. Sudah, Cepat selesaikan dan berhenti berbicara. Kelas kita akan dimulai 30 menit lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
occasion
Fanfic'Kesempatan tidak datang dua kali' kalimat itu terus terbayang oleh Harry. Ia tidak boleh melewatkan kesempatan ini untuk menyelamatkan kekasihnya yang sekarang sedang diculik oleh seorang germo. Ia harus menyelamatkan Vanessa bagaimanapun caranya...