Chapter | III

122 22 15
                                    

Hwang Hyunjin

Seperti biasanya. Aku menghabiskan waktu istirahatku di kelas. Miris sekali memang. Ingin ke kantin saja tidak mampu. Bukan tidak mampu membayar makanan ataupun melangkah. Tidak mampu bicara itu alasannya. Aku yakin ibu kantin akan menganggapku aneh jika aku hanya diam membisu di hadapannya tanpa bisa menyampaikan maksudku.

Lagipula aku tidak nemiliki teman untuk berjalan bersama ke kantin. Hanya Karena aku bisu, semua orang menjauhiku. Dasar payah mereka. Memangnya bisu menular,apa?

Kupalingkan pandanganku menuju jendela. Di luar sedang hujan sekarang. Dan kelas ku yang berada di lantai dua bisa menyuguhkan pemandangan yang indah meski di dalamnya hanya sebuah tembok besar yang bisa ku lihat.

Ku pasang earphone di telingaku. Meskipun tidak kunyalakan lagu, tetapi itu saja sudah cukup menyumpal telingaku dari canda tawa murid lainnya yang lalu-lalang di depan kelas.

"Kau tidak ke kekantin?"

Aku terkejut ketika seorang gadis menghampiri mejaku. Dan aku kenal gadis ini.

"Boleh aku duduk di sampingmu?" Tanyanya.

Niatnya aku ingin menggeleng, tapi itu pasti akan membuatnya kecewa.

"Apa kau membawa bekal atau semacamnya hingga kau tidak ke kantin?"

Aku menggeleng.

"Aku rasa menggunakan earphone saat orang lain mengajakmu bicara adalah ketidaksopanan," ujarnya.

Ayolah, meskipun aku menggunakan earphone, aku masih bisa dengan jelas mendengar ucapannya. Telingaku masih berfungsi dengan baik. Aku tidak tuli (bisu saja sudah cukup bagiku).

"Apa kau tidak ingin melepas earphone mu?"

Lalu aku melepas earphoneku. Pemaksaan.

"Aku Hanin. Kau pasti mengenalku. Secara kita kan satu kelas," ucapnya.

Mana mungkin aku tidak mengenalnya. Secara dia kan..... Ah sudah lah. Mana mungkin dia mau dengan pria bisu seperti diriku.

"Mengapa kau bengong?"


"Oh iya aku lupa. Aku punya ini untumu,"

Dia menyodorkan sebuah buku kecil kepadaku. Semacam buku yang biasa digunakan oleh orang untuk mencatat kasbon. Tapi ini ukurannya lebih kecil.

"Gunakan ini saat kita sedang bicara. Jangan jadikan kebisuanmu itu sebagai penghalang obrolan kita,"

Jantungku berdebar kencang. Apakah ini yang dinamakan.. ketidakpahaman.

Apakah buku ini bisa bicara dan menyampaikan apa yang ingin aku katakan? Aku memperhatikan buku ini lekat. Biasa saja, tidak Ada yang istimewa.

"Gunakan buku ini untuk menulis apa yang ingin kau katakan. Jangan diam, mengangguk, dan menggeleng saja. Aku pergi dulu,"

Dia bangkit dari kursi Dan pergi keluar.

Aku mengerti sekarang. Aku bisa menggunakan buku ini agar dia mengerti apa yang aku ucapkan. Ribet sekali. Diam akan lebih menyenangkan karena aku sudah terbiasa.

Tapi, apakah dia akan mengajakku berbicara lagi? Yah, aku harap begitu

______________________________________

My Boyfriend is A Speech Impaired | feat . Hwang Hyunjin✔ [On going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang