1

98 10 15
                                    

Ekspresikan perasaanmu pada seni, keindahan dan kelentukannya mampu membawamu mengairi sungai bahkan yang deras sekalipun

Raqil pov

Kakiku kembali menapaki halaman mansion yang sangat luas ini,  untuk menghadiri jamuan makan malam yang mengharuskanku datang kembali kesini. Ada pembahasan penting itulah ucapan suruhan Joseph Vaihg Anggara melalui telponnya. Mau tidak mau atau suka tidak suka aku memang harus datang.

Ruang makan besar yang tidak asing lagi bagiku, salah satu kursi kosong tersedia di sebelah adik kecilku namanya Reana, kau tahu ia sangat manis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ruang makan besar yang tidak asing lagi bagiku, salah satu kursi kosong tersedia di sebelah adik kecilku namanya Reana, kau tahu ia sangat manis.
Semua tatapan memandang kearahku, cih tatapan yang itu lagi. Tidakkah lelah mereka memandangku terus dengan pandangan menjijikan itu. Tanpa basa-basi kutarik kursi tersebut dan mendudukkan diriku diatasnya.

"Jadi semua sudah ada di sini, nikmatilah hidangan kalian.!" seru kepala keluarga Anggara dan hal itu membuat semua orang yang ada disini mulai menyantap makanannya dalam diam. Benar-benar diam, hanya dentingan sendok dan piring yang memecah keheningan. Dari dulu berbicara saat makan sangat dilarang di keluarga ini.

Semua orang menyelesaikan makannya, aku pun menyapu bibirku untuk menghilangkan jejak air di mulutku. Keadaan benar-benar diam sekarang sebelum kepala keluarga Anggara membuka suaranya.
"Pewaris keluarga selanjutnya adalah orang yang harus kompeten dalam bisnis, terlatih dan mampu membangun kerja sama yang baik demi meningkatkan kejayaan perusahaan agar lebih menguasai perekonomian internasional. Dikarenakan saya keturunan Robert Vaigh Anggara satu-satunya yang telah memegang seluruh asetnya untuk itu saya juga harus mewarisinya untuk keturunan saya sendiri. Kau dipanggil ke sini karena permasalahan ini menyangkut keluarga, dan saya masih menghargai kamu untuk datang kesini secara ini permintaan dari ibuku" tunjuk Joseph padaku dengan pandangan tajamnya "Jadi saya memutuskan pewaris saya yaitu Rafael Christian Anggara,  putra sulung keluarga"

Semua bungkam, karena itu aku dipanggil kesini? Untungnya apa? keberadaanku pun tak berpengaruh apa-apa disini, dari awal mulut busuknya sudah menyindirku. Lagian apa yang aku harapkan, aku bukan putranya disini.

"Kau mempunyai dua anak laki-laki Joseph, jangan berpikiran sempit" ucap seorang wanita dengan nada mengintimidasinya. Ia nenekku Ramóna Esperanza, wanita Spanyol itu sangat menyayangiku. Kau tahu aku bersyukur masih memiliki nenek sebagai tempat menangis untukku.

"Mom, jangan bercanda. Anggara bukan nama yang kecil mom. Jika maksutmu saya harus membagi warisan ini maka itu akan mempermalukan keluarga Anggara sendiri" Joseph sangat menentang keinginan nenek. Oh sungguh membosankan, akupun tidak peduli dengan warisan keluarga busuk ini.

Could i Say Hy...?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang