Terang tak akan terlihat jika bumi tetap membelakangi matahari
"Semua majelis guru sedang mengadakan rapat, untuk itu kalian belajar sendiri di kelas dan jangan ribut" ujar ketua kelas IPA 4 di depan kelasnya. Disambut bahagia oleh semua penghuni kelas tersebut.
Tak terkecuali empat orang gadis yang mulai akrab sejak pertemuan pertama mereka.
"Abel, toilet yuk.. " ajak Dedek memulai percakapan diantara mereka.
"Heleeehhh, ya udah ayok..! " Abel dan Dedek melangkah menjauh dari Diana dan Zora menuju pintu keluar kelas dan berbelok ke koridor kiri dimana jalan untuk menuju toilet yang akan mereka tuju.Di perjalanan menuju toilet mereka berselisih jalan dengan Raqil dan Nabil yang dengan gagahnya mampu membuat Dedek dan Abel terkesima.
"Haloo guanteng.. " sapa Abel sambil terkikik pelan.
"Hai Bel, hai Dek" jawab seseorang yang tentunya Nabil diiringi dengan kerlingan mata nya. Disaat yang sama Dedek juga menghindari tatapannya dari Nabil, yang ditanggapi dengan helaan nafas kasar oleh sang empu.
"Dek, jangan bersikap ke kanak-kanak-an dong Dek, kita selesain baik-baik bisa nggak..? " ucap Nabil dengan tatapan memohon pada Dedek, namun tetap ditanggapi dengan menghindari kontak mata.
"TAU..! " jawabnya cuek "Yuk ah Bel, udah kebelet!" Abel dan Nabil sama-sama menghela nafas kasar sedangkan orang yang benar-benar diam tak peduli pada drama yang tersaji di depannya ini."Raqil, Nabil kita pergi dulu ya..! " Abel tersenyum lembut pada mereka sambil berpamitan pergi untuk melanjutkan tujuan mereka menuju toilet.
Namun langkah tersebut terhenti karena teriakan Zora dan Diana memecah keheningan koridor.
"Hoi tungguin.....!!!! " teriakan keras tersebut mengundang banyak tatapan dari jendela kelas di koridor tersebut. Tapi dua manusia itu tidak peduli tetap memberi keributan dengan hentakan kaki mereka.
"Ngapain kalian? Ke toilet juga..? " tanya Dedek dengan dagu sedikit diangkat, nada ucapannya agak berbeda karena moodnya sudah turun.
"Yaaaa... Kalian sih la--""Whooooaaaaaaa tampannya kayak dewa yunani. Oh my God... Benar-benar seperti dewa Aiolos, gila... Kalian kenapa gak pernah cerita ada cowo setampan ini....!!!!! Huaaa" ucapan Zora sebelumnya terpotong karena kehebohan Diana yang dengan sarapnya menyerukan ketampanan orang di depannya, parahnya lagi ia berteriak tepat di depan sang empunya langsung. Tak lupa binaran yang terpancar di matanya benar-benar menunjukkan ketulusan akan ucapannya.
Sang empu yang menerima teriakan tersebut hanya diam dengan tatapan datar walau sedikit terkejut akan gadis di depannya ini, pasalnya baru pertama kali ada orang yang menatapnya dengan binar mata bak air jernih dan teriakan yang super memekakkan.
Dengan wajah datar andalannya, membuat binar mata indah tersebut meredup di gantikan dengan bibir yang sedikit menekuk ke bawah.
"Di, udah yok pergi.. " Dedek pun menarik Diana untuk segera beranjak dari depan Raqil, meninggalkan Raqil yang dengan tatapan datarnya dan Nabil yang sudah dari tadi menganga lebar."Bye gans..! " seru Zora berlari mengikuti teman-temannya.
"Heh, mereka nambah anggota ternyata..! " sambil geleng-geleng kepala Nabil tersenyum menatap kepergian empat gadis tersebut. Melirik Raqil yang sedikit menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan Nabil.
"Yuk bray, ke kelas.. "
~~~~~~~~~~
Di toilet.....
"Kalian kenapa nggak kasih tau gue kalau ada cowo setampan itu..? Bayangin aja ya dia tuh bener-bener bak dewa Sagitarius Aiolos tau gak!! Trus ya dia itu cocok banget jadi model lukisan Victoria Seni dunia deh!. Seandainya gue jadi cewenya uuuunchhh...! " Ucap Diana sambil mengatupkan tangan di depan dada dan ekspresi yang berbinar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Could i Say Hy...?
Teen FictionKetampanan, kecantikan, tubuh yang sempurna, kekayaan dan ketenaran merupakan sebuah tuntutan dari kehidupan para penguasa, bangsawan dan keluarga pengusaha. Tak heran jika mereka menjadi idaman banyak orang. ~ Pria tampan dengan ukiran wajah y...