Chapter 2

404 44 2
                                    

*skipp
Bugh...Bugh...Bugh...Bugh...Bugh...Bugh...Bugh

Lalu seorang wanita terbaring di lantai dengan nafas yang tak beraturan dan jangan lupakan matanya yang kini tertutup rapat. Wanita itu adalah jeongyeon. Sepulang dari kampus tadi, ia lalu berlatih taekwondo dengan menggunakan samsak. Jangan diragukan lagi kehebatannya, jeongyeon sudah sangat lihai dalam hal ini. Ia mengisi kesendiriannya dengan selalu berlatih. Ia selalu merasa kesepian, tapi entah mengapa sekarang ia merasa nyaman dalam keheningan dan ketenangan. Kalian pasti berfikir bukankah ia masih memiliki seorang ayah? Dan sekarang kalian harus tahu bahwa ayahnya sekarang selalu mencari kesibukkan sendiri untuk menghindari kesedihan atas kematian sang istri. Ayahnya memiliki hobi melubangi kepala orang dengan pistol kesayanganya. Bukannya ia tak berusaha untuk menarik ayahnya dari dunia gelap ini, ia telah melakukannya tapi ayahnya tetap kekeuh dengan keputusannya. Hingga tibalah saat dimana bundanya meninggal dibunuh dengan orang yang sama seperti ayahnya yaitu seorang mafia. Sejak saat itu, ia berhenti melarang ayahnya dan ia sekarang mendukung kegiatan ayahnya itu. Bukan untuk apa-apa tapi untuk bundanya. Bukankah tak adil jika seseorang yang kau sayangi meninggal begitu saja? Apalagi seseorang itu adalah seseorang yang baik, tulus dan penyayang. Bundanya sangat menyayangi keluarganya apalagi putrinya. Dan sekarang memori tentang bagaimana sikap perhatian dan pengertian bundanya berputar diingatannya. Bundanya selalu memperlakukannya seperti sebuah telur yang mudah pecah. Ah, mengingat ibunya membuat matanya memanas dan tak lama air mata menetes melalui ujung matanya yang tertutup. Tak ingin larut dalam kesedihan, ia lalu menyeka air matanya dan duduk dengan kaki sila. Ia tetap ditempatnya sampai sebuah suara muncul dari balik kaos oblong kedodorannya. Ia ingat kalau dia belum makan dari pagi. Lalu ia keluar dari ruangan khusus berlatih lalu masuk ke dalam kamarnya untuk membersihkan diri dan bersiap untuk makan.

*Skipp

DORRR....DORRR....

Seorang lelaki tersenyum puas karena mangsanya meninggal ditangannya. Ia lalu menyeka darah yang ada di wajahnya bekas cipratan darah korban-korbannya. Lalu, seseorang datang ke dalam ruangan gelap dengan pencahayaan yang sedikit.

"permisi tuan, ada informasi terbaru. Ini mengenai putri anda tuan."ucap seseorang,
Yang dipanggil tuan lalu membalikan badan untuk dapat berhadapan dengan anak buahnya tadi. Lalu ia menaikan alisnya pertanda ia bingung. Ah, bukan kebingungan tapi keheranan. Ada apa dengan putrinya? Apakah sesuatu terjadi?

"buang mereka ke hutan untuk menjadi santapan hewan buas disana. Dan beritahu kakek tua kaya raya itu kalau cucunya telah meninggal sesuai keinginannya dan jangan lupa untuk mengirimkan uang yang telah ia janjikan" perintah tuan yoo.
Lalu tuan yoo pergi dari ruangan gelap yang telah mengeluarkan bau amis itu. Bagaimana tidak mengeluarkan bau amis? Sedangkan di dalam ruangan itu ada beberapa orang yang tergeletak tanpa nyawa dengan keadaan kepala mereka yang sudah bolong dan mengeluarkan begitu banyak darah.

"baik tuan" jawabnya sambil membungkukan badan.

*Skipp
Hari telah menjelang malam, jeongyeon kini sedang membuat pekerjaan rumahnya dengan tenang.
Ting...
Ting...
Ting...
Jeongyeon yang merasa terganggu dengan suara itupun lalu mengambil handphonya yang berada di atas meja tempatnya belajar. Dapat dilihat ada beberapa notifikasi yang dikirimkan dari nomor tidak dikenal. Lalu ia membuka pesan tersebut.

0896-****-***
Haii...

0896-****-***
Apa kau masih mengingatku?

0896-****-***
Ini aku lelaki tampan yang kau selamatkan tadi siang.
(Read)

Jeongyeon berfikir siapa yang mengiriminya pesan? Ah, ia ingat bukankah ia tadi siang bertemu dengan lelaki cerewet?. Jeongyeon hanya membacanya. Lalu berfikir Darimana lelaki itu tahu nomor telponnya? Ah, apa karena tadi ia meminjamkan handphonenya kepada lelaki tadi? Ah, sial.

betrayalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang