Sadar akan keberadaan putrinya, tuan yoo lalu berlari kearah anaknya dan memegang kedua tangannya walaupun benda pipih terselip diantara jari salah satu tangan mereka.
Jeongyeon merasa sesuatu akan terjadi bahkan telah terjadi. Tapi anehnya genggaman sang ayah seakan-akan memberikan kekuatan untuknya.
*skipp
Jeongyeon termerenung di atas kasurnya. Begitu banyak yang ia pikirkan setelah semua yang ayahnya ceritakan.Jadi, selama ini ayahnya jarang berada di rumah didasarkan oleh sebuah alasan. Disaat anak buahnya selesai menjalankan misi, pasti akan ada sekelompok orang yang menyerang mereka. Tapi yang anehnya, mereka tidak mengincar uang yang anak buah ayahnya dapatkan. Mereka hanya menyerang anak buah ayahnya lalu jika mereka kalah dari anak buah ayahnya mereka langsung melarikan diri. Para peneror itu hanya datang setiap tiga hari satu kali. Jika mereka meneror hari senin, maka mereka akan datang lagi pada hari kamis. Begitupun selanjutnya, tapi yang anehnya mereka selalu tampil dengan wajah yang berbeda dari sebelumnya dan jauh lebih kuat. Entah apa yang mereka inginkan.
Tapi setelah ayahnya selidiki, ternyata dalang dibalik semua itu adalah musuhnya. Orang yang telah menghabisi bundanya di depan matanya.
Ayahnya tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Karena bisa dibilang, musuhnya ini jarang sekali muncul. Bahkan ayahnya pernah berfikir mungkin musuhnya telah mati.
Dan kini ia sedang merasa gundah. Ayahnya sedang merencanakan sesuatu dengan anak buahnya. Tentu saja sebuah rencana pembalasan dendam.
Brakk
Ayahnya membuka pintu kamarnya dengan kasar. Lalu berlari terduduk di pinggiran kasurnya memegang kedua tangannya."Itu benar mereka. Selama ini kita telah mencari tahu dan itu memang mereka. Apakah kau yakin putriku?" Ucap tuan yoo dengan sedikit bergetar.
Jeongyeon terkejut mendengar apa yang dituturkan oleh ayahnya.
"Tentu saja ayah. Aku yakin dan aku sudah siap" ucap jeongyeon dengan yakin.
"Tapi ayah tak siap putriku" ucap tuan yoo
Jeongyeon dapat melihat tatapan ayahnya berubah menjadi sendu.
"ada begitu banyak hal yang aku takutkan. Ini pertama kalinya untukmu. Dan itu adalah salah satunya" lanjut tuan yoo
"Apakah ayah tak mempercaiku? Aku telah berlatih dan aku akan tetap berlatih jauh lebih keras agar apa? Agar nanti aku bisa ikut membalaskan dendam kita terhadap bunda" ucap jeongyeon
"Bukannya seperti itu putriku, tetapi sehebat-hebatnya dirimu terkadang sebuah keberuntungan mengalahkan kehebatan. Kau tahu maksudku?" Tanya tuan yoo
"Tentu saja ayah. Dan aku berharap segala yang terbaik selalu berada di sisiku. Dan ayah tahu? Yang aku takutkan ada padamu" ejek jeongyeon
"Apa yang kau khawatirkan? Apakah karena ayah sudah tidak muda lagi dan kau takut sesuatu terjadi kepada ayah? Kau harus tahu, ayahmu ini adalah yang terhebat dalam segala hal. Walaupun sudah tua, ayahmu ini memiliki badan yang masih kokoh dan semangat yang masih membara ditambah dengan wajah ayah yang tetap tampan" canda tuan yoo
"Ah, apa-apaan itu? Kenapa ayah jadi narsis begini?" Balas jeongyeon dengan ekspresi yang dibuat-buat
"Aku tahu kau juga menyetujui dalam hati apa yang ayah katakan" goda tuan yoo
"Ah, ayaah. Kau selalu tahu apa yang ada di dalam hatiku"balas jeongyeon dengan memeluk ayahnya dan mereka tertawa bersama.
Setidaknya ia memiliki ayahnya yang selalu membuatnya tersenyum dengan caranya sendiri.
*skipp
Bisakah kita bertemu? Ditaman seperti biasaAh,tentu
Setelah mendapatkan balasan atas pesan yang telah ia kirimkan, jeongyeon lalu menyambar sebuah hodie berwarna hitam dan berlari keluar rumah.
Tak perlu berjalan terlalu lama, ia akhirnya sampai di taman lalu duduk disebuah kursi panjang yang telah disediakan di taman.
Tiba-tiba seseorang datang dengan nafas terengah-engah,"maaf membuatmu menunggu" sambil menunjukan senyum kotaknya.
"Ah, tidak.emm-ak-aku juga baru sampai" balas jeongyeon sambil berdiri. Mengapa menjadi canggung begini?
"Ah,oh,itu. Ada apa mengajaku bertemu?"ucap taehyung dan mengajak jeongyeon duduk kembali.
"Aku mau" ucap jeongyeon tiba-tiba
"Mau? Kau mau apa?" Tanya taehyung bingung. "Ah, maafkan aku. Kau pasti haus berjalan kemari, kalau begitu aku membelikanmu minum dulu. Kau tunggu di sini ya" lanjut taehyung dan beranjak pergi.
"Tidak, aku mau menjadi kekasihmu taetae." Ucap jeongyeon sambil memegang tangan kanan taehyung yang akan beranjak pergi.
Ucapan tersebut membuat taehyung membeku ditempat. Dan karena responnya tersebut, membuat jeongyeon Merasa malu dan ingin menarik tangannya yang menggenggam salah satu tangan taehyung.
Sadar adanya pergerakan ditangannya membuat taehyung refleks menarik tangan jeongyeon dan menggenggamnya kembali.
"Apa kau serius?" Tanya taehyung berbinar
Jeongyeon hanya tersenyum malu dan mengangguk mantap sambil menatap taehyung.
"Syukurlah" Taehyung menarik jeongyeon ke pelukannya. Dapat ia dengar suara dentuman dalam dada taehyung. Jika dipikir-pikir ritmenya sama dengan ritme jantungnya. Sama sama berdetak dengan cepat
Jeongyeon menggesekan kepalanya ke dalam dada taehyung, mencari titik nyaman dalam dekapannya.
Taehyungpun membelai sayang surai wanita di dekapannya. Dan mengecup pelan puncuk kepalanya.
-------
Maaf banget authornya pergi tanpa jejak.
Makasih buat yang masih nunggu cerita ini. Makasihlohyaa
KAMU SEDANG MEMBACA
betrayal
FanfictionJeongyeon, putri dari seorang ketua mafia yang berpengaruh di negaranya bahkan negara-negara tetangga. ibunya telah mati dibunuh oleh musuh ayahnya yang juga seorang mafia. dikarenakan ayahnya seorang mafia, jeongyeon tumbuh menjadi wanita yang tang...