Oradon, Oradon High School University
Senja tatap sendu
Ku ingat saat itu
Kau melambai sayu
Pergi ke ujung
Tinggalkan aku, yang tak mau
Aku disini
tetap kan pegang janjiku
Simpan rasa itu
Nanti dirimu
Hingga kembali padaku
Yuu
Joseph terkekeh saat membaca puisi yang kini terpampang di mading sekolah. Penulis puisi itu, Yuu tampaknya dia tidak ingin seorangpun tahu siapa dirinya. Ini puisi ke lima yang dibuat dan dia pajang di mading sekolah.
Joseph berlalu tak peduli setelah membaca bait-bait puisi itu. Apa mading sekolah tampak seperti diary untuk Yuu dan menjadikan senin pagi di sekolah itu sebagai waktunya menulis diary? Pikir Joseph. Yuu sudah mampu mengusai emosi sekolah ini hanya dengan puisi-puisinya.
Yuu siapapun dia, senior atau seangkatan dengannya adalah seorang penyair amatir yang menganggap dirinya seorang pro, pikir Joseph.
"Puisi, tsk, hidupnya terlalu mendramatisir." Ejek Joseph sambil berbelok kearah lorong di gedung seni.
"Josh!" Suara yang sangat dikenali Joseph juga panggilan akrab yang keluar dari mulut sahabatnya itu. "Arah jam sembilan di depanmu!" Nada penuh peringatan itu kembali keluar dari mulut yang sama. Joseph sangat mengerti maksud sahabatnya itu. Pikirannya memberi perintah untuk segera menyingkir dari tempatnya berpijak namun terlambat saat dia mulai merasakan punggungnya di peluk seseorang.
"Josh..." kedip genit juga suara manja gadis yang masih bergelayut di punggung Joseph membuatnya memutar matanya. "Airin bertemu Josh-" puncak kepala Airin digosokan ke tangan Joseph dengan manja seperti seekor kucing pada tuannya. "lagi..."
"Airin, dimana harga dirimu sayang?" Erik mengusap pelan kepala Airin sambil menariknya menjauhi Joseph. "Kau seorang gadis manis yang cantik, jangan korbankan harga dirimu seperti yang dilalukan gadis lainnya. Kau bukan mereka."
"Erik tidak mengerti... Airin ingin bersama Josh." Rengek Airin lalu melepas genggaman Erik dan kembali memeluk Joseph dari samping. "Airin suka Josh."
"Tapi kau berlebihan. Berapa umurmu? Seolah kau gadis kecil yang membawa dot kemana-mana dan menangis bila dot itu hilang." Joseph meninggikan nada suaranya pada Airin sementara Erik memandang pasrah Airin, sahabatnya. "Lagipula berapa lama kita saling kenal? Sadarlah kau bahkan tidak perlu berbuat seperti ini untuk dekat denganku."
"Lagipula Airin, kelasmu beda dengan kami. Segera pergi ke kelasmu sebelum jam masuk." Erik mengambil alih sebelum Joseph menarik paksa Airin ke kelasnya seperti yang biasa dilakukannya di hari sebelumnya.
Bisa dilihat dengan jelas wajah kecewa Airin saat mendengar ucapan Erik. Dia berdecak dan menggerutu, sebelum pergi ke kelasnya dia mengecup singkat pipi Joseph dan memeluk Erik. "Dah Josh, dah Erik, jemput aku saat isitrahat nanti." Katanya riang sambil melambai tangan dan berlari menjauh. Joseph dan Erik masuk ke kelas mereka setelah memastikan Airin sudah tak tampak diujung lorong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feel
Teen FictionLangkah kakiku terhenti terpatut, pandang wajah sayu gerak air jatuh menggulir lewati wajah penuh gurat sedih dentuman derai cinta tak lagi sapa aku melemah getar jiwa tak lagi terasa aku merajuk meminta tanda inikah akhir rasa? memang tak lagi sama...