Kini aku takut
Sendiriku tanpamu
Sungguhku membutuhkanmu
Dengan penantian itu
Ku masih berharap dirimu
Ku tetap kan berdiri
Menghadap senja
Lautpun tak apa
Tunggu kapal itu
Hantarmu padaku
Yuu
Yuu benar-benar membuat Joseph penasaran sekarang. Siapa pria atau wanita itu sebenarnya? Tampaknya hidupnya benar-benar tersiksa jika dilihat dari tiap bait puisi yang di paparkannya. Penuh dengan kesedihan, kekecewaan, amarah dan yang pasti penantian.
"Tsk, Yuu ini benar-benar memuakkan. Dia pikir hanya dia yang merasa bersedih?"
"Oh, jadi benar Yuu itu adalah orang itu?"
"Yah, tampaknya memang begitu. Di puisi minggu lalu dia bahkan menuliskan kata 'babi busuk'"
Joseph melirik kubu gadis yang berdiri disampingnya. Mereka membicarakan Yuu? Apakah sudah diketahui identitas orang itu? Atau hanya gosip semata? Perlukah Joseph selidiki siapa orang itu? Tapi apa keuntungan untuknya melakukan itu? Tampaknya hanya buang-buang waktu jika Joseph benar-benar melakukannya.
Joseph berlalu, tidak memperhatikan omongan kubu itu. Joseph memang tidak seharusnya tahu karena dia tidak peduli. Yah, dia hanya tidak peduli.
Lalu kenapa hampir setiap hari kau datang ke pantai hanya untuk mengambil botol To: Err?
Joseph hanya penasaran. Yah, dia penasaran. Toh, siapapun bisa dengan sengaja mengambil botol itu jika mereka mau. Apa salahnya jika Joseph melakukannya?
"Josh...." Joseph kenal betul suara itu. Itu suara Airin. Akhir-akhir ini gadis itu tidak sesensitif dulu namun Joseph menyukai gadis itu dengan sifatnya sekarang. Tapi Airin tetap bermanja pada Joseph, walau hanya sekedar kecupan di pipi dari gadis itu padanya juga pelukan setiap mereka akan pulang sekolah. "Aku merindukan Josh." Katanya lalu berjinjit kemudian mengecup pelan pipi Joseph.
"Pagi Airin. Kau baik-baik saja hari ini?" Sejak Airin berkunjung ke rumahnya sambil menangis menumpahkan amarah juga kesedihannya terhadap kedua orangtuanya beberapa hari yang lalu, Joseph memang terlihat lebih protective padanya. Airin mengangguk patuh lalu menerima tepukan di pundaknya.
"Pagi...." Erik berjalan sambil melambai pada Joseph juga Airin. "Halo, sayang." Joseph memperhatikan tingkah Erik yang semakin lembut pada Airin. Temannya itu juga kini lebih sering mengusap kepala Airin seperti tuan kucing pada peliharaannya.
"Pagi Erik." Sahut Airin lalu menarik tangan Joseph dan Erik kepadanya. "Airin ingin makan di kantin sekarang. Josh dan Erik harus menemani Airin karena Airin belum sarapan." Rengek Airin dengan nada manja seperti biasanya.
"Andai aku ada waktu Airin tapi Mr. Streen sangat disiplin dalam kelasnya." Tolak Joseph lembut. Yah, Mr. Streen terlalu disiplin karena itu Joseph benci mengecewakan guru bidang study nya itu. Joseph dapat melihat gurat kekecewaan Airin. "Maaf manis tapi aku sungguh tidak bisa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Feel
Teen FictionLangkah kakiku terhenti terpatut, pandang wajah sayu gerak air jatuh menggulir lewati wajah penuh gurat sedih dentuman derai cinta tak lagi sapa aku melemah getar jiwa tak lagi terasa aku merajuk meminta tanda inikah akhir rasa? memang tak lagi sama...