1. you're mine.

556 66 3
                                    

Tubuh Haechan mengejang kala terdengar suara tembak menembak menggaung di telinganya. Ia berusaha menutup telinganya, menepis semua pikiran buruknya dan air mata yang terus saja menetes. Pikirannya kalut, orang tuanya sedang terlibat adu tembak dengan sekelompok orang - orang berbaju hitam disana.

Ia merapatkan genggamannya pada sweater abu - abu yang melekat pada tubuhnya. Mata sembabnya mengerjap terus - menerus. Doa - doa ia rapalkan untuk kedua orang tuanya. Ia masih ingat benar perkataan ibunya 1 jam yang lalu, "Kunci pintu kamarmu, jangan keluarkan suara apapun dan tunggu ibu membuka pintu,"

Tapi sudah hampir satu setengah jam ibunya tak lekas membuka pintu kamarnya. Berbagai firasat buruk menggerayangi pikirannya.

Brak! Brak!

Pintu kamarnya bergetar diikuti dengan bunyi - bunyi dobrakan yang mengerikan, Haechan merapatkan tubuhnya pada dinding kamarnya. Keringat dingin membasahi dahi dan helaian caramel - nya yang sudah acak - acakan sedari tadi. "I..ibu..?" Lirihnya sambil kembali mengeluarkan air mata.

Brak!

Tepat saat dobrakan ke 5 pintu itu terbuka, dengan pemandangan seorang pria berseragam serba hitam yang mengarahkan moncong pistolnya kearah Haechan. "Ikut aku, atau kau akan mati," Bisiknya mengancam, Pemuda Gembil itu berusaha bangun dengan lutut gemetar. Air mata terus menetes sedari - tadi.

Pemuda Manis itu dibawa ke--ruang keluarga rumahnya. Iris dark brown itu membola kala ia menemukan pemandangan yang sulit ia cerna, "A-ayah? I-ibu?" Tungkai - nya bergetar, pemandangan ayah ibunya bersimbah darah bukanlah hal yang ia inginkan--ibunya sudah mengatakan untuk membuka pintu kamarnya tadi. Mengapa sekarang malah pria tua yang mengerikan menghantarkan dirinya pada mayat orangtuanya?

"Sudah puas melihatnya? Sekarang ayo ikut aku!" Pria itu segera menarik tangan mungil yang tergantung di udara, ia memekik keras kala merasakan tangannya tersengat oleh gigi - gigi kecil yang sedikit menyakitkan. Haechan berlari tanpa menyadari seberapa berbahaya - nya jika ia kabur.

Dor!

Tembakan itu mengakibatkan tubuhnya jatuh begitu saja disertai rasa sakit yang mendera kakinya. Dengan segera lelaki itu mengangkat tubuhnya yang--tidak terbilang ringan? Entahlah, tapi pria itu tidak merasa kesusahan. Haechan merintih sakit kala kakinya bergesekan dengan pintu mobil. Ia menggigit bibirnya sendiri guna menahan rasa sakit yang mendera

  
                          💦tears💦

"Cepat berjalan!"

"Aakkhh--kakiku s-sakit,"

"Cepat!" Pria itu menarik pergelangan tangannya dengan kasar, Haechan berusaha berdiri dengan sekuat tenaga, tapi percuma saja, ia tetap jatuh kembali.
Tapi sang pria terus menarik kakinya hingga darah segar kembali mengotori lantai.

"Hentikan!"

Pemuda bersurai caramel itu menatap orang yang berteriak kearah mereka berdua--siapa dia? "M--maaf Tuan! Dia tidak mau menurut!" Sanggah sang pria gelagapan melihat orang yang ia sebut ‘tuan’. "Huh? Jadi kau melukai milikku?!"

Haechan kembali tertegun, orang yang disebut ‘tuan’ ini cukup lancang. Siapa dia yang berani menyebut Haechan sebagai miliknya?! Haechan ingin menamparnya jika ia tak terluka sekarang.

"Minggir, biar aku saja. Persiapkan dirimu untuk hukuman mu!" Sanggah si tuan sambil mendorong tubuh sang pria. Haechan menatapnya dengan tatapan aneh, apa yang--

"Mmmpphh--!"

Mulut Haechan dibekap dengan sapu tangan yang diolesi chloroform, Pemuda Gembil itu meronta dan menahan nafasnya. Tapi tenaga sang tuan lebih kuat dari dirinya, perlahan - lahan tubuh itu melemah, dan mata sayu nya pun tertutup dalam damai.

"Bawa ia ke kamarku," Kata sang tuan sambil melenggang pergi, menyisakan tubuh Haechan yang terkulai lemah dengan pria berbaju hitam. Dengan segera pria itu membawa Haechan ke kamar tuannya, ia tak mau hukumannya bertambah.

                --end of this chapter--

tears | markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang