3. another

712 44 0
                                    

wah, tak kusangka banyak juga ya yang minat sama ff baru ini:'D
maaf kalo engga sesuai ekspektasi kalian ya, hehe.

sebelum baca, cuma pengen ngasih tau.

—ada gambar sebagai pemanis;

sekalian follow ignya wkwk, link ada di bio:v aku mau spill part di sg ntar klo kalian mau ehe🌚 (ga disuruh aku juga mau kok🌚)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

sekalian follow ignya wkwk, link ada di bio:v
aku mau spill part di sg ntar klo kalian mau ehe🌚 (ga disuruh aku juga mau kok🌚)

                 (( happy reading! ))



Haechan kembali terbangun, dengan kepala pusing dan tubuh penuh luka. Masih ditempat yang sama, dan--dalam keadaan yang sama seperti sebelumnya. Pemuda Lee itu berpikir dirinya akan mati setelah perlakuan keji dari Mark--sialan--Lee itu. Haechan mengerang kala ia akan bergerak, seluruh tubuhnya benar - benar remuk sekarang.

"Ah, sudah bangun?" Terdengar suara yang--lebih lembut? Ini bukan Mark pastinya, ia menoleh kesamping dan menemukan seorang maid tengah masuk ke kamarnya dengan nampan berisi makanan. "Maaf, aku ditugaskan Tuan untuk merawatmu," Kata maid itu sambil tersenyum manis, kelihatannya cuma Mark yang terlihat mengerikan dirumah ini. "Aku Winwin kalau kau ingin tau."

Haechan hanya menanggapinya dengan senyum paksaan, bibirnya sakit sekali untuk digerakan, membuka mulut membuat bibirnya ngilu. "Aku akan mengobati luka - luka mu terlebih dahulu." Winwin dengan cekatan mengambil peralatan obat - obatan yang entah secara ajaib tersedia di bagian bawah laci nakas. Ia pun menyiapkan kompres hangat, "Tunggu--a, aku tidak sedang d-demam," Tolak Haechan saat Winwin sedang meremas handuk basah itu. "Suhu tubuhmu 40 derajat tadi malam kalau kau ingin tau, kau menggigil semalaman dan keringat dingin. Harusnya kau menurut saja pada perkataan Tuan Mark kala menyiksamu tadi malam," Kata Winwin sambil meletakkan handuk itu di kening Haechan.

"Mana sudi," Cicit Haechan, "Terserah saja, tapi Tuan Mark itu benar - benar berambisi dalam mendapatkan sesuatu. Kau harus berhati - hati." Jawab Winwin tanpa rasa ingin menakuti atau apapun, ia cuma ingin memberitahu Haechan, itu saja. "Eum--aku tau itu. Aku ingin pulang--," Bisik Haechan sendu dengan genangan air mata ingin menyeruak dari tempatnya, Winwin merasa iba--tapi, apa yang bisa ia lakukan?

"Makanlah dulu, Tuan Mark menyuruhmu makan." Kata Winwin lembut sambil menyendok bubur dari mangkuknya, ia sudah selesai mengobati luka - luka yang ada di tubuh Pemuda Lee itu, sekarang waktunya untuk makan. "Tidak!" Respon tidak menyenangkan keluar dari belah bibir Haechan, Winwin berusaha membuat Haechan untuk membuka mulutnya. "Lebih baik aku mati daripada harus makan dari sini--,"

"Kumohon--makanlah, aku sedih melihatmu seperti ini." Jawab Winwin sendu, Winwin itu orangnya penuh simpati, wajar saja ketika melihat Haechan dirinya ikut sedih. "Tidak--aku ingin Ibu, aku ingin pulang. Aku ingin kebahagiaanku." Bisik Haechan dengan air mata berlinangan di kedua pipinya, sungguh, Winwin ingin menangis sekarang melihat kondisi Haechan.

tears | markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang