4. welcome, home.

672 43 4
                                    

Haii, aku kembalii
jangan lupa vomment yaa, vomment kalian berarti banget buat aku, hehe:')



Mark seperti kehilangan akal nya saat ini, rasanya ada yang aneh entah kenapa. Mark yang cuek dan dingin tiba - tiba peduli? Jangan tanya kepada siapapun, Mark sendiri juga tidak mengerti apa jawabannya.

Mark bergerak gelisah di depan ruang rawat Haechan, sudah hampir setengah jam tapi dokter - dokter itu masih sibuk berkutat dengan Haechan. Apa ada yang salah? Haechan hanya ia siram dengan air dingin, bukan air panas yang bisa melelehkan dirinya.

Setelah penantian yang cukup lama, akhirnya sang dokter keluar. Mark yang--entah kenapa menahan nafasnya akhirnya bernafas lega. "D-dokter? Bagaimana keadaannya?"

"Ya--setelah kutinjau sepertinya ia menderita hipotermia dan depresi. Pikirannya memaksa untuk terus tertidur, karena jika ia tertidur pikirannya akan merasa tenang dan damai," Jelas sang dokter yang membuat Mark bungkam seketika, sepertinya ia terlalu kejam, ya?

"B, baiklah, Dok. Terimakasih--," Bisik Mark pelan sambil mengulas senyum tipis, "Kalau kau menjenguknya boleh saja masuk, aku tidak yakin ia bisa sadar dalam jangka waktu cepat jika ia seperti itu. Aku permisi," Jawab sang dokter sambil memandang Haechan yang tertidur pulas, wajahnya menampakkan perasaan tersirat antara iba dan miris.

Mark pun memasuki ruang inap Haechan, ia tersenyum miris kala melihat keadaan tubuhnya. Kurus, wajah pucat, dengan oksigen dan selang infus. Mark menjadi--sedikit bersalah?

"Maaf," Bisik nya pelan sambil mengusap tangan dingin Haechan, Mark cuma ingin mendampinginya saat ini, itu saja.

Kenapa--aku terus merasa bersalah melihatnya seperti ini? Harusnya aku bisa membunuhnya!

Tutup pikiran bodohmu, Mark. Ia tidak akan mati secepat itu.

💦tears💦

"Haechan? Bangun,"

Pemuda Lee itu merasakan tubuhnya terguncang, netranya berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya. "I-ibu?!" Haechan tidak mungkin salah lihat, bukan? Itu ibunya, benar - benar ibunya!

"Ada apa, hm?" Tanya ibunya lembut sambil mengusak surai anaknya, Haechan sungguh ingin menangis sekarang. "I--ibu, ini benar dirimu kan?" Haechan menangkup wajah ibunya, benar - benar nyata, "Kalau bukan ibu lantas siapa lagi, hah? Yang memiliki wajah cantik seperti ini kan hanya ibu," Gurau ibunya sambil memegang tangan anaknya, Haechan segera menghambur ke pelukan sang ibu, menangis sejadi - jadinya.

Tuhan, kumohon. Jika aku sudah mati sekarang biarkan aku disini, dan--jika ini hanyalah mimpiku biarkan aku tanpa terbangun lagi. Doa Haechan dalam hati sambil terus menangis, "I-ibu? Kita dimana?" Tanya Pemuda Lee itu setelah selesai menangis, "Entahlah, bukan surga tapi juga bukan neraka. Semacam--tempat penantian?" Kata sang ibu sambil terus mengusap - usap punggung anaknya. "Ingin berkeliling sebelum--berpisah?"

Perkataan sang ibu sukses membuat hati sang anak mencelos, jadi--ia akan terbangun lagi? Tidak. Haechan tidak mau, ia ingin disini saja, "I-ibu..aku ingin disini, bersamamu dan ayah." Rengek Haechan sambil terus memeluk sang ibu, "Tidak bisa sayang..dunia kita berbeda sekarang, dirimu hanya koma." Bisik wanita itu sambil terus menenangkan sang anak, "Lebih baik kita masuk,"

Haechan baru menyadari--mereka berada di taman, dengan ada sebuah rumah  yang--mirip dengan rumahnya dulu di seberang taman itu. Haechan segera beranjak pergi dari taman itu, berlari masuk ke rumah itu dengan cepat, tanpa ia sadari, karena tindakannya menjelajah di dunia itu memperburuk keadaan tubuhnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

tears | markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang