2. Kura-Kura dan Lipan PART 2

12 5 2
                                    

"Hei, Lipan. Bagaimana, ya, kalau aku keluar dari tempurung ini? Hm... tidak memakainya lagi, gitu?"

Setelah berpikir sejenak untuk menyusun rencana untuk menyadarkan Kura-kura dengan segala kemungkinan yang terjadi serta menimbang nimbang baik buruknya. Lipan menjawab pertanyaan Kura-kura.

"Oh itu, kalau kamu tidak memakai tempurung, ya, kamu jadi cepat jalannya. Menjadi ringan beban badan mu. Itu yang kutahu tentang tempurung."

Setelah mendengar jawaban dari Lipan, bukan main senangnya. Kura-kura sudah berkhayal dia akan bisa jalan lebih cepat, tidak merasakan beban yang begitu berat, mungkin dia bisa berlari juga?! Sampai dia sudah memikirkan jalan-jalan keliling hutan lalu mengunjungi Hutan Jati yang terkenal akan kesejukannya serta kedamaian yang dimilikinya.

Ah... sudah tidak sabar...
Begitu pikir Kura-kura.

Tapi Kura-kura bertanya kembali kepada Lipan untuk kepastiannya. "Apa ini sungguhan, Lipan? Benar apa yang kamu katakan itu? Kamu tidak bercanda, kan, denganku?"

Diberi pertanyaan bertubi-tubi seperti itu Lipan hanya menjawab "Iya" tetapi dengan wajah yang serius. Sungguh menyakinkan Kura-kura sekali.

"Baiklah, aku akan melepaskan tempurung ini, aduhhh.. aku masih tidak percaya akan pengetahuan yang bahagia ini. Oh iya, Lipan, bisa kamu turun dari kepalaku?"

"Baik, sebentar." Jawab lipan.

Setelah itu Kura-kura melepaskan tempurungnya dan dia berterimakasih kepada Lipan akan informasi soal tempurung.

Lipan hanya menjawab dengan anggukan dan tersenyum. Kura-kura berjalan dengan cepat, dia merasa begitu hidup setelah keluar dari tempurungnya itu.

Dia berjalan sangat ringan sekali, bahkan setiap inci di tubuhnya dapat merasakan terpaan angin yang di sejuk, dia tahu ini karena udara di Hutan Jati sangat sangat sejuk.

Saat Kura-kura berjalan dengan bahagia menyusuri jalan Hutan Jati, tiba-tiba ada bayangan yang begitu cepat datang dari langit. Lalu...

BATS!

Kura-kura hilang dari jalan itu.

*****

Keesokan harinya, Kura-kura nampak di tempat dia meninggalkan tempurungnya. Terlihat badan Kura-kura dipenuhi luka-luka merah, di bagian badannya terdapat luka bekas patukan serta cengkraman.

"Sakit sekali badanku, kemana lagi aku harus mencari tempurung itu?"

Lipan mendatangi Kura-kura malang itu, Lipan nampak kebingungan saat melihat keadaan Kura-kura yang cukup menyedihkan, "Kura-kura, kenapa denganmu? Bukannya kamu kemarin sangat bahagia setelah terbebas dari tempurungmu yang berat itu?" Sindir Lipan.

"Aku salah Lipan. Tidak seharusnya aku keluar dari tempurung. Sekarang aku membutuhkan tempurungku kembali, kalau tidak Elang akan menangkapku kembali. Elang bilang dia melepaskanku karena tidak rela jika anaknya memakan hewan yang rendah sepertiku, yang tidak bersyukur dan menghargai pemberian dari Tuhan."

Kura-kura berhenti sesaat untuk mengambil nafas serta berusaha mengatur emosinya.

"Jadi dia memberikan kesempatan kedua untukku mencari dan memakai kembali tempurung. Jika tidak, saat aku bertemu lagi dengannya aku akan dimakan hidup-hidup karena hewan sepertiku tidak layak hidup di dunia. Begitulah yang elang katakan."

Kura-kura bercerita soal kejadian yang menimpa dirinya kepada Lipan dengan menangis, Lipan yang mendengar cerita Kura-kura merasa bersyukur bahwa Kura-kura telah sadar akan perbuatannya itu. Lipan pun menasihati Kura-kura.

"Baguslah kalau kau sudah sadar akan pentingnya tempurungmu. Lain kali jangan hanya memikirkan kesenangan sementara, dan meninggalkan hal yang sangat penting demi memenuhi keinginan dirimu yang kamu anggap baik tapi nyatanya tidak."

Mendengar nasihat dari lipan membuat Kura-kura sadar akan pentingnya tempurung dia. "Iya Lipan, aku tidak akan mengulangi kesalahanku untuk meninggalkan tempurung lagi."

"Akhirnya sudah benar-benar sadar juga, Kura-kura muda ini." Batin Lipan.

"Bagus Kura-kura, tempurungmu ada di sana. Di bawah tumpukan daun-daun yang berjatuhan. Aku sengaja menjaganya untuk kamu pakai kembali karena aku tahu kamu pasti akan kembali."

"Wah... terima kasih Lipan. Kamu baik sekali, sungguh. Aku merasa kamu itu seperti hewan penolong yang dikirim Tuhan untuk menolong hewan lain yang kesusahan sepertiku."

Sambil mengatakan itu Kura-kura memakai tempurungnya. Dia melakukannya dengan hati-hati karena luka di badannya masih terasa sakit.

"Ah, kamu bisa saja Kura-kura. Kita, kan, sesama hewan harus tolong-menolong, begitu yang diajarkan Tuhan kepada kita. Lihat cacing yang membuat tanah menjadi gempur, akhirnya tanah menjadi bagus untuk ditumbuhi, kan. Hasil dari tanah bisa kita makan. Seperti buah-buahan, sayur dan lain sebagainya."

Semua hal yang dikatakan Lipan dipahami dengan baik oleh Kura-kura. Dia bersyukur karena bisa bertemu hewan berkaki banyak ini.

"Oh iya. Bagaimana tempurungnya? Tidak nyaman? Kalau tidak nyaman, sini untukku saja." Tempurung itu bisa jadi tempat tinggal yang nyaman bagi Lipan, saat matahari sedang terik bisa untuk berteduh, begitupun saat hujan.

"Eh? Jangan. Tempurung ini berat. Kamu tidak akan kuat, Lipan. Biar aku saja."

Author kek kenal kata kata dari hewan ini deh, siapa ya? 😌

"Halah... bicaramu sok sekali." Lipan terkekeh mendengar jawaban Kura-kura, padahal baru kemarin dia menggerutu soal tempurungnya. Benar-benar sudah sadar, ya.

Hewan yang diledek Lipan menjawab dengan kalimat yang tambah aneh, "Hehehe, benar kok berat. Memang rindu saja yang berat?"

"Apa? Apa kata mu Kura-kura? Kok aneh sih, di luar topik nih kamu."

"Aku sering mendengarnya saat pergi ke Hutan Cemara. Ya sudahlah, lagi pula itu bukan apa-apa, kok. Lupakan." kura kura menjawab sambil tertawa bahagia, sepertinya dia akan berteman selamanya dengan Lipan.

-Selesai-




Cerita kura kura dan lipan sudah selesai teman teman 😄
"Cerita di atas beramanat bahwa manusia perlu selalu bersyukur dan menghargai apa yang telah Tuhan berikan kepadanya supaya manusia tidak hanya mementingkan kesenangan sementara yang berdampak buruk bagi dirinya sendiri"
Sekali lagi, semoga bermanfaat ya untuk kalian...

★★★★★

Salam manis

Kaputtriput 💕

Para "Manusia" HutanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang