Tak butuh waktu lama, keduanya tiba di lokasi festival musim semi tepatnya di tengah pusat kota Naha, Okinawa. Tak henti-hentinya Aki melihat ke arah langit di mana pecahan-pecahan kembang api berwarna-warni membuat bibirnya tak bosan mengukir senyum.
Orang-orang banyak berlalu lalang untuk menikmati jajanan yang tersedia di kedai pinggir jalan, anak-anak kecil berlarian bersama kedua orang tuanya sambil tertawa bahagia, dan beberapa pasang kekasih saling bergandengan duduk-duduk di kursi yang ada di taman sambil berbincang menambah suasana romantis di malam pertama musim semi.
“Kau senang?” tanya Taehyung sambil melirik ke arah Aki yang sedari tadi tak lepas memegangi lengan kirinya.
“Yaa ... tentu saja. Aku tidak pernah sebahagia ini. Musim semi akan selalu menjadi favoritku.” Aki mengangguk sambil terus menatap ke atas.
“Aku ikut senang kalau kau senang.” Taehyung beralih ikut menatap langit.
“Sebentar lagi kita akan menghadapi ujian akhir. Kita tidak mungkin sering-sering bermain,” ucap Aki lalu tertawa kecil.
“Tentu saja. Jangan pernah menyerah untuk mimpimu. Kau pasti akan menjadi seorang desainer sukses yang bisa membahagiakan ayahmu. Aku tahu kau sudah berusaha sampai sejauh ini tanpa didampingi seorang ibu. Apa pun rintangannya, kau harus bisa menghadapinya. Ah iya, apa kau tahu satu hal yang paling ku benci?” tanya Taehyung. Aki mengalihkan pandangannya dari langit.
“Apa?” tanyanya sambil menatap Taehyung.
“Menyerah. Aku benci satu hal itu.” Taehyung tersenyum. Langit di musim semi ini memang indah. Taehyung tidak memungkirinya.
“Ah begitu.” Aki tertawa hambar.
“Kau tahu maksudku 'kan?” tanya Taehyung memelankan suaranya.
“Pergilah ....” Aki kembali menatap langit. Manik hitamnya mulai berkaca-kaca membuat Taehyung beralih menatap Aki.
“Aku akan kembali untuk melamarmu nanti. Kau percaya padaku bukan?” Taehyung menggenggam erat kedua tangan mungil Aki. Tampaknya ia sedang tak ingin menatap Taehyung.
“Aku tahu kau ingin sekali menjadi violinist terkenal yang profesional, dan kau ingin mulai meniti karirmu di Korea. Aku tidak akan bisa menghalangimu walau bagaimana pun.” Setetes air mata lolos membasahi pipi Aki.
“Andai kau bisa ikut denganku, aku akan senang,” ucap Taehyung.
“Itu tidak mungkin, Taehyungie. Ibuku sudah meninggal, dan kami tidak memiliki tempat tinggal lagi di Korea. Selain itu, aku juga tidak mungkin meninggalkan ayahku di Jepang.” Aki menggeleng lalu mengusap air matanya.
Kenyataan bahwa ia adalah anak tunggal membuat dirinya merasa bertanggung jawab pada ayahnya yang hidup sendirian. Selama ini ayahnya bekerja di kantor periklanan untuk menghidupi dirinya dan juga Aki.
“Aku mengerti.” Taehyung mengangguk.
“Kapan?” Aki memandang kedua manik hitam milik Taehyung.
“Apa?” tanya Taehyung tak mengerti.
“Kapan kau akan berangkat?” tanya Aki lagi.
“Bulan depan, setelah ujian akhir bulan ini. Profesor Yamada sudah memberikanku surat pengantar pada agensi yang akan menaungiku di Korea nanti.l,” jawab Taehyung.
“Secepat itu?” Aki memandang Taehyung dengan ekspresi kecewa.
“Maaf baru memberitahumu.” Taehyung menunduk.
“Aku ... aku tidak tahu harus berkata apa.” Aki menangis dalam diam. Taehyung merengkuh tubuh kecil Aki ke pelukannya.
“Gomen ...,” desis Taehyung pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐡𝐞𝐫𝐫𝐲 𝐁𝐥𝐨𝐬𝐬𝐨𝐦 [end]
Historia CortaBerawal dari Akizakura Kim (Aki) , wanita imut keturunan Korea-Jepang yang amat menyukai musim semi dan juga amat menyukai kekasihnya Kim Taehyung si calon violinist terkenal berkewarganegaraan Korea Selatan. Bagi Aki, musim semi adalah musim yang p...