Tanda tanya?

190 23 0
                                    

Mungkin awan sedang tak bersahabat dengan Asya, buktinya warna hitam sedang mendominasi langit dan itu membuat Asya kesal karena tidak dapat menonton pertandingan futsal di lapangan outdoor.

Dan di sini lah sekarang Asya, duduk di depan mading sambil menunggu papa-nya selesai rapat. Bagaimana dengan Giva dan Bella? Jangan tanyakan lagi soal mereka, pastinya mereka sudah bergabung dengan para siswi-siswi bermulut toa.

Mereka sudah tidak peduli lagi dengan gerimis yang mulai membasahi seragam mereka. Yang terpenting hanyalah dapat melihat cowok-cowok ganteng bermain futsal.

Berbeda dengan Asya, jika dia mau pasti dari tadi ia sudah ikut bersa Giva dan Bella ke lapangan. Yang jadi masalahnya adalah ia tidak bisa terkena air hujan, karena hanya terkena sedikit saja ia bisa flu.

Salahkan saja tubuhnya yang tidak kebal dengan air hujan.

“Ngapain lo di sini?”

Asya mendongak ketika ada seseorang yang bertanya kepadanya.

“Nungguin Papa. Lo kemana aja? Gue cariin di kelas gak ada.” Asya menggeser sedikit tubuhnya saat Kenan ingin duduk di sebelahnya.

“Ngibul lo.” Sengit Kenan

Asya hanya nyengir kuda saat ketahuan berbohong. Memang itu hanyalah omong kosong supaya dikira adek baik yang mencari keberadaan kakaknya.

Asya menghela nafas ketika bosan menghampirinya. Bagaimana tidak bosan? Mungkin sudah ada empat puluh lima menit ia duduk di sini dan tidak melakukan apapun selain mengecek media sosialnya.

Ia melirik Kenan yang tengah asik bermain game online di handphonenya. Kadang ia juga heran saat melihat kerutan alis di wajah kakaknya. Segitu seriusnyakah dia bermain game, gimana kalau sama cewek, serius nggak? Begitulah pemikiran Asya tentang kakaknya.

“Ken!”

Asya dan Kenan mendongak mencari sumber suara. Terlihat di ujung koridor terdapat siswa berjalan cepat ke arah mereka. Asya menyerngit saat tak asing dengan wajah siswa tersebut.

Kek pernah lihat tapi dimana?

“Eh, elo! Kenapa?” tanya Kenan saat siswa itu sudah berdiri di dekatnya.

Bagai terkena sengatan listrik, tiba-tiba tubuh Asya menegang saat melihat cowok yang berdiri tak jauh darinya mengacak-acak rambutnya dengan jari. Sepertinya cowok itu sedang frustasi, tetapi Asya tak memikirkan hal itu, yang dipikirkannya hanyalah betapa manisnya cowok itu saat mengacak rambutnya.

“Gue perlu ngomong sama lo bentar. Penting.” Nampak cowok itu melirik Asya sebentar sebelum berlalu begitu saja. Asya yang dilirik hanya senyam-senyum sendiri

Kenan yang melihat adiknya senyam-senyum hanya menggelengkan kepala sebelum menyusul cowok tadi. “Ehh, lo mau kemana Bang? Nanti kalo papa balik gimana?”

“Duluan aja. Bilang sama Papa kalo gue ada urusan penting sama temen.” Asya hanya mengangguk dan kembali duduk sendiri.

Tak lama Narhes datang membawa map yang mungkin berisi data-data penting.

"Abangmu di mana?" Tanya Narhes sambil celingak-celinguk mencari Kenan.

"Katanya tadi masih ada urusan sama temannya. Kita disuruh pulang duluan." Jawab Asya.

Narhes hanya manggut-manggut dan segera mengajak Asya pulang.

¤¤¤

Seperti malam-malam sebelumnya setelah belajar Asya akan menghabiskan malamnya dengan membaca novel atau wattpad. Karena hanya dua pilihan itulah yang dapat mengurangi kegabutannya.

Saat ingin mulai membaca novel Asya mengingat sesuatu. Dia ingat bahwa dia akan menanyakan siapa cowok yang tadi siang menghampiri kakaknya. Dia juga baru ingat bahwa cowok itu adalah anak pemilik sekolahannya. Tapi yang membuat ia bingung adalah mengapa cowok itu bisa kenal dengan kakaknya? Apakah kakaknya terlalu famous? Sampai-sampai sekolah luar kenal dengan dirinya?

Dan semua pertanyaan itu hanya dapat dijawab oleh kakaknya, Kenan.

Ia pun segera berjalam keluar menuju kamar kakaknya yang berada tepat di sebelahnya.

Ceklekk

“Bang! Abang! Where are you? Alah, sok inggris gue. Ujian inggris aja gak lulus KKM.” Ia memutuskan untuk memasuki kamar kakaknya dan mencari di setiap sudut kamar.

“Anjay. Ngapain gue cari di sudut-sudut segala, Bang Kenan kan gede ya pasti kelihatanlah. Goblok emang,” gerutunya.

“Njirr. Ngapain gue ngomong sendiri? Lama-lama bisa bego gue kalo gini.” Dia bergidik ngeri dan memutuskan untuk keluar dari kamar kakaknya dan berjalan menuju lantai bawah. Siapa tau kakaknya sedang menonton tv bersama orangtuanya.

Saat sampai di anak tangga paling bawah ia hanya melihat Papa dan Mamanya yang sedang asik menonton tv sambil berbincang ringan. Ia pun berjalan ke arah sofa dan duduk menyempil di antara kedua orangtuanya.

“Aww,”  ringisnya saat Narhes menyentil dahinya.

“Papa ish,” gerutunya sambil mengerucutkan bibir.

“Ganggu aja kamu itu, kenapa? Tumben, biasanya jam segini di kamar baca novel.”

Asya hanya mengangkat bahu dan menyenderkan kepalanya di bahu kokoh papanya. “Asya! Gak sopan kalo ditanya Papanya kaya gitu,” tegur Liony.

“Hehe.. iya maaf, habisnya aku kesel sama Abang. Giliran dicariin malah gak ada, nanti kalo nggak dicariin malah muncul sendiri. Kaya jin tau nggak,”

“Asya,”

Asya meringis saat mendengar teguran lagi dari mamanya  saat dia memanggil kakaknya dengan sebutan jin.

“Itu Abangmu ada di kolam renang,” balas Liony.

“Malam-malam renang?”

“Enggak. Kalo iya pasti udah Mama marahin dari tadi,” saut Liony dengan cepat. Ia tahu bahwa mamanya pasti tidak akan membolehkan anak-anaknya bermain air di malam hari.

Asya segera beranjak dan berlari menyusul kakaknya yang berada di halaman belakang. Narhes dan Liony hampir terbahak saat melihat Asya hampir jatuh karena terpeleset kain keset.

Dirinya bersungut-sungut saat hampir jatuh karena terpeleset. Persetan dengan kepleset. Dirinya menambah laju larinya karena ingin segera bertemu dengan kakaknya untuk menanyakan perihal cowok tadi siang.

Saat sudah di ambang pintu ia kesusahan untuk mengerem tubuhnya agar tidak masuk ke kolam, dan alhasil....

“ANJING! AWAS!”

“AAAA”

BRUKK

SRETTT

BYURRR

¤¤¤

Next chapter kalau udah 15 views^^
Klik bintang
👇

ArvasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang