3th Moon

20 5 2
                                    

Tamannya cukup sepi. Terlihat jarang terjamah orang. Mungkin hanya beberapa orang yang mengetahui tempat itu. Tempat ini bisa ia jadikan sebagai tongkrongan untuk menghindari keramaian.

Iya Fara kembali ke tempat itu. Taman yang kemarin ia dan Arash singgahi.

"Bukan urusan lo"  jawab Fara sambil memasang headset ke telinganya.

Mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk mendengarkan lagu. Suasana sepi mendukung melakukan hal itu. Sekaligus untuk menghindari rentetan ocehan dari laki laki di sampingnya itu.

Ia memencet layar handphonenya. Men-scroll daftar lagu di dalamnya. Sampai ia menemukan lagu kesukaannya. Ia memutar lagu "All of me-John Legend".

Sampai sekarang lagu itu masih masuk daftar nominasi lagu favoritnya.

"Dengerin apa sih,kok gue dicuekin" tanya Arash sambil mendekat ke arah gadis itu.

Tak ada jawaban. Karena Fara hanya diam,Arash kemudian menarik satu headset dari telinga gadis itu. Ia mendengarkan lagu yang sedang diputar oleh sang pemilik handphone

Gadis sang pemilik handphone kaget, kemudian menatap sinis sang lelaki yang sekarang berada di sampingnya itu. Yang ditatap justru sedang sibuk  menikmati lagu yang ia putar. Cowok itu memasang ekspresi sok mengerti lagunya.

"Dasar" ucap Fara dengan ekspresi seperti sedia kala,tak lain dan tak bukan adalah datar.

Kaya lo ngerti lagunya aja  batin gadis itu.

Setelah beberapa detik, Arash bertanya. Pura pura tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Fara. Fara hanya bergeming tidak jelas.

"Barusan ngomong apa ya?gue nggak denger" tanyanya dengan polos

Tak ada jawaban. Selalu begitu. Sudah berapa kali ia tak mendapatkan jawaban dari pertanyaannya. Ujung ujungnya Arash geram sendiri.

Arash kembali menikmati alunan musik itu. Memasukkan headset ke telinganya. Ternyata bukan hanya Arash yang menyukai lagu itu. Fara juga menyukainya. Arash menoleh ke arah cewek di sebelahnya. Terlihat Fara menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong.

Wajahnya terlihat natural. Tak seperti saat pertama kali datang ke sekolah. Ditambah bulu mata yang lentik menambah aura cantik di wajahnya. Meski hidungnya tak terlalu mancung namun itu cocok dengan bentuk wajahnya. Terlihat ada sedikit lekukan di dagunya menambah kesan manis.

"Heh cewek udik" panggil lelaki itu beberapa kali. Yang dipanggil belum juga tersadar dari lamunannya.

"Hallo cewek jutek" panggilnya lagi di dekat telinganya dengan agak keras. Cewek itu terlonjak kaget. Ekspresinya berubah beberapa detik,namun kembali ke semula. Datar

"Apaan?"

"Lo suka emm lagu.. ah. Nggak jadi" Arash benci saat ingin berbicara namun yang keluar bukan apa yang ada di pikirannya.

"Apaan?"

"Nggak kok, nggak jadi"

"Apaan?" Fara agak meninggikan suaranya.

"Balik yuk" akhirnya kata itu yang haris keluar dari bibir Arash.

Huh galak juga nih cewek batinnya.

Cowok itu berbicara sambil meringis. Mencoba mencairkan suasana, takutnya Fara tambah marah padanya.

Fara hanya mengagguk.

Setelah sekian lama diam, Arash kembali membuka percakapan. Ya selalu ia yang membuka. Mencari bahan pembicaraan.

"Jadi mulai besok gue temen lo kan?" Tanya Arash memastikan

"Temen?" Fara dibuatnya bingung

"Iya temen. Kan?"

Fara terdiam

"Nggak ada jawaban berarti iya" Arash memutuskan.

"Eh.." Fara terlihat kaget namun hanya beberapa detik. Setelah itu kembali ke semula.

"Sayangnya nggak ada penolakan"

"Maksa banget ih"

"Nggak maksa cuma harus gitu"

"Kenapa gitu?"

"Karna lo belum punya temen dan gue harus orang pertama yang  temenan sama lo"

"Emangnya harus gitu punya?"

"Kok lo sekarang banyak nanya sih?"

"Hngg..." gumam Fara

"Emangnya salah ya" lanjut Fara. Ia bermaksud bertanya pada diri sendiri namun Arash malah menanggapinya.

"Salah apanya"

"Nggak ada"

"Iya lo selalu bener. Dan dimata lo gue selalu salah ya kan"

Fara malah bingung sekarang. Ia memilih diam ,tak menanggapinya.

"Emangnya salah ya gue jadi temen lo?" Ucap Arash tiba tiba

"Maksud lo?"

"Gini dari kemaren kalau gue bilang gue ini temen lo. Lo selalu menanggapinya dengan ekspresi yang sama. Seperti tak ingin. Apa ini alasan lo nggak pernah punya temen?. Lo nggak pernah percaya sama orang lain. Apa gue pernah bikin salah sama lo?" Arash bercerita panjang lebar.

Fara masih diam.

"Jawab dong, Ra"

"Gue belum terbiasa sama hal hal yang baru" jawabnya. "Gue ke kelas dulu"

***
Fara sedang mengayunkan kakinya ke depan ke belakang. Ia duduk di halte depan sekolah menunggu jemputan yang ia belum yakin akan di jemput atau tidak.

Tadi sehabis pulang dari taman. Ia langsung kembali ke kelas. Pelajaran tak berjalan mulus.

Setelah bel pulang sekolah berbunyi,ia berjalan menuju halte sekolah. Sedangkan makhluk astral macam Arash sudah pergi entah kemana. Sejak pembicaraannya tadi, Arash seperti mengindar. Mungkin ingin memberi waktu pada Fara untuk memikirkan apa yang harus ia lakukan.

Fara ingat saat di jalan menuju kelas, cowok itu membuntutinya. Lalu menyejajarkan langkah dengannya. Mengoceh seperti biasanya. Saat itu Fara juga masih sama menanggapinya dengan diam. Ia juga mengikuti pelajaran seperti biasanya. Tetapi saat bel pulang sekolah berbunyi, ia langsung pergi. Tanpa meninggalkan sepatah kata apapun.

Fara menghembuskan nafasnya kasar. Masih menunggu hal hal yang belum terjamin kepastiannya. Wajahnya tertunduk lesu. Tak ada temen yang akan berbaik hati menebenginya sampai rumah. Atau temen yang akan siap siaga menjemputnya. Temen yang akan berbagi cerita dengannya.

"Pulang bareng siapa?"

***
Reader yang budiman,
Nantikan kisah Fara selanjutnya ya..
Jangan sampai ketinggalan update ceritanya.

Di chapter selanjutnya masih ada banyak kejutan yang akan bikin penasaran.

Follow akun wattpadku dan jangan lupa comment dan beri suara ya, teman..
Kita teman kan? :v

See you

Talking to the moonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang