MASA KARANTINA

32 6 0
                                    

Ketukan pelan di meja menjadi musik penenang yang menemani Naila di ruangan berpetak luas itu. Lalu lalang terlihat terus menerus melewatinya sembari beberapa kali mengucap permisi.

Sudah dua jam dia menunggu kedatangan seseorang yang dia tunggu sejak pagi tadi, bosan yang terus menyentak-nyentak tubuhnya itu tidak menyurutkan semangat yang membara.

Resepsionis yang di ganggu nya tadi pun merasa cuek Dnegan kehadiran Naila tersebut. Naila menyimpang dagunya dan mulai melamun. Apakah seseorang yang ditemuinya ini sangat penting? Tapi dia memang membutuhkan Seseorang yang bernama Arka ini.

Akhirnya seorang wanita menghampiri nya dan mencolek bahunya. Naila pun menoleh dan segera berdiri, merapikan baju dan celananya yang terlihat sedikit kusut karena terlalu lama duduk di sofa empuk itu. Naila tersenyum dan menunduk patuh ketika wanita itu menggerakkan tangannya memberi isyarat untuk mengikutinya.

Suasana terdiam ketika mereka memasuki lift, Naila juga segan untuk memulai pembicaraan itu. Akhirnya mereka sampai di depan pintu berwarna Krem yang bertulisan bahasa Inggris.

Wanita itu mengetuk pintu beberapa kali sampai terdapat sautan dari dalam untuk segera masuk. Dada Naila berdegup kencang seakan-akan mau keluar, Naila memegang dadanya untuk menetralisir rasa degupan itu.

"Ada apa Risa?" wanita yang dipanggil Risa itu pun menunduk dan berjalan pelan menuju meja petak itu. Dengan sedikit badan menyondong kedepan, seakan tau pergerakan isyarat itu. Pria yang duduk itupun mendekatkan telinga nya dan terdiam.

Naila melihat itu merasa bahwa dia lah penyebab mereka berdua saling berbisikan.
Ah, Naila bukan kegeeran.

Dari interior ruangan itu, banyak lukisan-lukisan yang mungkin Naila kurang mengerti. Terdapat Gucci dengan lukisan tangan memegang bunga, ada juga Lukisan di sebelah sudut dengan gambar wanita bersimpuh di depan pohon rindang.

Naila menggaruk kepala nya pelan, Naila sangat tidak mengerti lukisan.

"Tujuan kamu kesini apa?" suara mengintrupsi pendengaran dan penglihatan Naila yang sedang berkelana buana di ruangan itu.

Tatapan tajam itu menatap lekat mata Naila seakna menusuk rentina Naila. Naila tersenyum canggung dan menyerahkan map hijau yang sedari tadi dipegangnya. Pria itu lalu menjatuhkan pandangannya kearah map dan mengambil nya secara cepat. Naila merasa bahwa akan ada badai besar.

"Apa keahlian dirimu?" Naila berpikir kalau pekerjaan rumah itu pasti tidak jauh dari rumah kan?

"Menyapu, mengepel, memasak, memotong rumput, member-" Naila menghitung keahlian yang selama ini dia pekerjakan di rumahnya sendiri.

"Oke. Kamu saya terima, besok jam 5 subuh setelah subuh. Datanglah kerumah saya!" Naila terkejut mendengar itu, bibirnya keluar untuk mengucapkan terimakasih. Naila tersenyum senang lalu menunduk memberi hormat terimakasih pada pria itu.

Pria itu hanya diam dan menuliskan sesuatu di kertas, diserahkannya pada Naila dan kembali berkutat pada Laptop nya. Naila tidak menyangka akan langsung diterima seperti ini.

Dia pikir akan ada debat dan interview seperti pekerja-pekerja lain. Segera Naila ambil sobekan kertas itu dan kembali mengucap terimakasih, Naila berhamburan keluar dari ruangan dan menutup pelan pintu itu. Setelah merasa aman dan sepi. Naila berteriak keras lalu meninju udara.

Hatinya sangat senang kali ini, sudah terbayang wajah orangtuanya yang menginginkan dia sarjana.

"Ayah-Ibu Naila bakal lanjut kuliah dan menjadi sarjana!" tekadnya lalu melangkah riang untuk kembali dan mempersiapkan segala barang untuk besok.

Pria di dalam ruangan itu tersenyum tipis dan menggeleng.

Gadis yang lugu

***

Keesokan harinya Naila sudah bersiap-siap untuk pergi bekerja, dengan semangat yang membara. Naila terus bersandung ria. Hari ini seperti biasa dia menggunakan baju andalan nya tapi berbeda dari kemarin.

Dengan kemeja bercorak abu-abu nya beserta rok kain membuat tampilannya natural in beauty begitu yang Naila pernah baca. Ya hanya makeup sederhana turut menemani.
Walau dia bekerja sebagai pembantu bahasa kasarnya. Tapi kan dia harus tampil wow dulu diawal.

Sejak semalam, Naila sudah menyiapkan peralatan dan barang-barang yang perlu di bawa kesana.

Kemana?

Menurut kertas sobekan kemarin, terdapat tulisan yang memerintahkan dia untuk selama berkerja di sana. Dia diharuskan menginap di sana, itu artinya dia bakal meninggalkan Kosan yang dicintainya ini.

Tapi Naila sudah sepakat apda dirinya, untuk hari weekend dia akan pulang ke kosan. Hanya itu saja kok.

Ah, ngomong-ngomong Naila belum bayar uang bulanan Kosan nya. Naila merogoh kantung celana jeans nya dan menemukan uang lima ribu 3.

Jadi sedih.

Sudahlah, yang penting Naila akan melunasinya kok. Tapi nanti kalau sudah dapat gajinya.

Dengan langkah tertatih, Naila membuka pintu dan menutupnya kembali. Tak lupa dia menyeret koper kecilnya, dengan kepala menunduk. Naila mulai mengotak-atik hape nya untuk memesan transportasi umum online.

TIN TIN

Naila menoleh kedepan setelah mendengar klakson mobil. Terdapat mobil silver yang bertengger di depannya.

Dengan seseorang yang menyender di badan mobil, senyuman menggelikan menghiasi wajahnya.
Naila menggeleng lalu berhamburan memeluk tubuh pria itu.
Pria itu pun membalas pelukan Naila dengan erat.

"Kangen!" ucapan yang Naila rindukan, dari dulu sampai sekarang. Kata itu yang membuat Naila bersemu merah sambil menenggelamkan kepalanya di ceruk leher pria itu.

"Kamu mau kemana?" Pria itu merenggang pelukannya dan bertanya sambil menatap lekat mata Naila.
Naila tersenyum lalu mengandeng lengan pria itu.

"Anter aku ya, ya!" Mohon Naila dengan penuh lalu tertawa.
Pria itu tersenyum geli dan mengangguk patuh.
Dituntunnya Naila menuju Mobil dan membuka pintu untuk Naila.

Naila kembali bersemu dan menyelipkan rambutnya malu.

Didalam mobil Naila berceloteh riang, pria itu hanya sesekali menanggapi dan tertawa.
Dia senang melihat Naila begitu bahagia. Dia tidak bisa banyak-banyak menanggapi Naila, dia sedang menyetir jadi harus berkonsentrasi.

"Oh iya, kita ke Indomaret dulu ya. Mau ada yang ku beli nih," ucap Naila sambil merogoh tasnya untuk mencari uang.

Pria itu hanya mengangguk dan kembali fokus pada setiran.

Mobil menepi di pinggir jalan secara perlahan, Naila membuka seat belt nya lalu membuka pintu mobil dan mendongak. Melihat pria itu pun melakukan apa yang dia lakukan.
Mereka berjalan beriringan menuju kedalam, Naila berhenti secara tiba-tiba. Pria itu pun berhenti kebingungan, Naila menggigit bibirnya lalu tersenyum malu.

"Kamu tunggu sini aja ya. Aku sendirian aja," ujar Naila malu. Pria itu merasa kebingungan, kenapa dia tidak boleh ikut bersama Naila kedalam?

"Kenapa?" Naila kembali menggigit bibirnya lalu memberi kode. Lalu berbisik pelan.

"Ini masalah wanita loh!" Naila menegaskan tetapi berbisik pelan, dia sangat malu untuk mengatakannya. Tapi lebih baik seperti ini daripada dia malu di dalam.

Pria itu tersenyum geli lalu mengusak rambut Naila pelan, kepala nya mengangguk dan memberi kode menuju mobil.
Naila membalas anggukan dan berlari kecil menuju kedalam.

***

10 Mei 2019 - Jum'at

MY PERFECT MAID || ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang