cerita sembilan pagi, 12

1.1K 269 3
                                    

hujan datang ribut di pagi itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


hujan datang ribut di pagi itu. masih pagi, bahkan terlalu pagi untuk berlama-lama di halte untuk menunggu janjinya.

ia mengibaskan jaketnya yang hampir kuyup terkena tampias hujan. wajahnya gusar sekali, takut mungkin hari ini tidak akan seperti yang diharapkan.

untung gandhi selalu bawa perbekalan, seperti roti dan payung kemanapun itu. tanpa absen. ia pun merogoh saku jaketnya mengambil roti berisi selai srikaya itu.

sedangkan dari kejauhan terdengar langkah tergesa-gesa beriringan dengan suara cipratan air.

"ah, dia datang─"

"kak gandhi!" itu biru, dengan payung beningnya. "aduh, maaf aku telat 15 menit."

gandhi tertawa, matanya tertuju pada rambut milik gadis itu. "masih bagus gak sampe sejam, 'kan?" ujarnya. "tunggu ya, mungkin 5 menit lagi bisnya sampai."

tempat tujuan mereka tidak begitu jauh. di pusat kota, dan dekat dengan sekolah mereka. hanya butuh waktu 15 sampai 20 menit untuk sampai disana.

hari ini biru cantik, batin gandhi tidak bisa berbohong. cantik, maksudnya dengan segala kesederhanaannya itu.

biarpun bibirnya pucat, atau matanya sembap, karena itu gandhi berani bilang kalau biru hari ini terlihat lebih cantik. aneh ya?










"kak? kak gandhi, bengong aja!" ucap biru dengan suara lantang, membuat pemuda berjaket hijau neon itu tersentak.

"e-enggak, iya maaf." katanya gugup sembari mengusap tengkuknya asal. "kenapa? bisnya udah lewat?" lanjutnya.

biru menggeleng sebagai balasan, "belum kok, cuman itu," ucapannya terjeda. "ini, itu kacamata? katanya mau beli?" sambil menunjuk kacamata berbingkai bening yang bertengger di hidung si gandhi.

"oh, i-ini, iya emang mau beli. yang ini aku kurang suka" balasnya, namun mengalihkan tatapan mata lawan bicaranya itu.

bohong, iya gandhi memang sedang berbohong. membeli kacamata baru itu hanya sebagai alasan agar dirinya bisa bertemu biru di luar sekolah. bahkan sampai ditemani seperti sekarang ini.

ia pun tersenyum simpul, melihat gadis itu percaya saja dengan ucapannya.

"ngomong-ngomong, kacamatanya berembun tuh." biru terkekeh. kemudian mengambil kacamatanya, dan memberikan kepada gandhi.

"astaga, pantesan" pikirnya pandangannya kabur akibat mandinya tadi terlalu buru-buru, dan lupa membersihkan bagian matanya.

tak lama kemudian bisnya datang, mereka dibawa ke pusat kota. disana, tidak hanya membeli kacamata. mereka juga mampir ke sebuah toko romantic candle light; yang katanya kesukaan gandhi.

biru memijat pelipisnya kebingungan, gandhi menyukai banyak hal, karena itu biru keheranan sendiri.

memang sih, tidak terlalu penting.

tapi, 'kan, bagaimana kalau memang sudah tertarik untuk tahu?

[HOLD] CERITA DAUN DAN BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang