Wendy hidup berkecukupan di Seoul, orang tuanya berada di Kanada untuk menjalankan bisnis disana. Ia mempunyai kakak perempuan bernama Son Seunghee yang bekerja sebagai Apoteker di Kanada. Ia tidak pernah hidup berfoya-foya karna tau mencari uang itu tidak mudah. Ia juga menerapkan hidup hemat.
Hanya ada ruang tamu yang terhubung langsung dengan dapur, kamar mandi, dan 1 kamar tidur dan juga balkon di apartemen minimalisnya.
Ia memutuskan kuliah di Korea dan hidup mandiri. Ia juga bekerja paruh waktu untuk menambah uang jajannya atau untuk di tabung.
Wendy dan Jongin adalah teman sejak kecil, mereka berpisah ketika Wendy pindah bersama keluarganya di Kanada. Wendy sangat menyayangi Jongin begitupun sebaliknya.
"Wen, kenapa kucingmu ini menatap garang ke arahku terus sih?" tanya Jongin heran.
"karna dia tidak suka kau disini." Jawab Wendy sembari menaruh cucian terakhirnya.
Jongin mendekat ke arah Hunnie, "hey, jika kau menatapku dengan tatapan itu, akan kubuang kau ke tong sampah."
"RAWRR!" tidak disangka Hunnie mencakar tangan Jongin.
"WEN, KUCING INI NAKAL WEN, TOLONG AKU, AKU AKAN TERKENA RABIES!" teriak Jongin.
"Hunnie! Noona tidak suka kamu menyakiti manusia! Jangan mencakar lagi!" Wendy menatap Hunnie garang. Kucing itu pun menunjukan wajah bersalahnya.
'sialan, baru tergores sedikit seperti akan mati saja' batin Hunnie
"mana sini aku lihat."
"yaampun Jongin ini hanya goresan kecil kenapa kau seheboh itu sih?"
"kecil katamu Wen? Lihat tanganku, itu membekas." Jongin menyodorkan tangannya, Wendy menghela nafas dan meniup-niup tangan Jongin.
"kenapa? Kau cemburu kucing gendut?" Jongin memeluk Wendy dari samping, Hunnie menatapnya tidak suka lalu ia melompat ke pangkuan Wendy.
'apa? gendut? Apa kau sudah selesai bicara tuan buluk?'
"rawr!"
"sudah tau dia tidak suka padamu kenapa masih menganggunya Jong." Wendy menggeleng melihat tingkah laku dua makhluk ini.
🐱
Sore ini Wendy bekerja di salah satu kafe dekat apartemennya.
"mau pesan apa tuan?" Wendy sedang fokus di mesin kasir sembari melayani pelanggan.
"apakah aku boleh meminta nomor telfonmu?"
'suara ini..sunbae?' Wendy mendongakkan kepalanya dan benar saja, Chanyeol berada di hadapannya.
"a-anda bisa lihat menunya di-disini tuan." Wendy menunjuk papan berisi menu.
"wah, kenapa nomormu sangat tidak masuk akal." Chanyeol terkekeh, gadis ini tidak mau memberikan nomornya. Sungguh menggemaskan menolak dengan wajah itu.
"satu americano ice, dan satu latte hangat."
Setelah beberapa saat Wendy menyerahkan pesanan Chanyeol, "satu americano ice dan satu latte hangat anda tuan."
"latte itu untukmu, Wendy." Chanyeol tersenyum lalu meninggalkan Wendy dengan kebingungan.
"C-chanyeol, sunbae tau namaku? D-dan latte ini untukku?" pipi Wendy memerah.
Wendy hanya berurusan dengan teman kampus seperlunya, ia sedikit tertutup. Itu yang membuat banyak yang tidak mengenal dia. Teman dekatnya hanya Seulgi, dan Krystal. Itu pun mereka berdua tidak sepenuhnya mengenal Wendy. Hanya Jongin yang sangat dekat dengannya.
"Wen kau tidak apa-apa?" tanya Sejeong, teman kerjanya.
"huh?"
"mukamu memerah, kau demam?"
"ti-tidak, cuacanya sedikit panas ya." Lalu Wendy pergi ke belakang.
Sejeong melihat langit yang mendung akan hujan, lalu mengendikan bahunya.
___
"aish, kenapa harus hujan sih? Mana aku tidak membawa payung lagi."
"lebih baik aku lari saja."
Wendy berlari menerobos hujan, walaupun nyatanya sia-sia karna tetap saja bajunya basah kuyup. Ia hanya ingin cepat sampai kerumah dan memberi makan Hunnie.
Wendy masuk kedalam apartemen setelah memasukan kode rumahnya. Dilihatnya Hunnie duduk menunggunya di sofa lalu berlari ke arahnya.
Wendy tampak pucat, ia menggigil kedinginan dengan rambut serta tubuhnya yang basah kuyup.
"Hun...nie..." lalu semuanya gelap.
🐱
Tengah malam Wendy terbangun namun ia masih lemah. Seseorang sedang duduk disampingnya sambil mengompres dahinya dengan handuk.
'Jongin?' pikir Wendy.
"tidur lah kau masih demam, ini masih terlalu malam untuk kau bangun. Aku akan menjagamu sayang."
'bukan, ini bukan suara Jongin. Dia... tampan sekali, tunggu dulu. Dia topless?! Perut kotak-kotak itu... astaga aku bermimpi aneh sekali. Kenapa aku bermimpi se panas ini?' Wendy terkekeh pelan lalu tertidur kembali.
🐱
Sinar mentari pagi memasuki kamar Wendy melalui celah Jendela yang tertutup tirai.
Dia melakukan peregangan pada tubuhnya lalu tersadar akan sesuatu, "sayang sekali pria yang aku lihat tadi malam hanya mimpi, abs itu... astaga Wendy, apa yang kau pikirkan." Wendy histeris sendiri jika mengingat mimpi itu.
"tunggu dulu, bukankah tadi malam aku pingsan? Lalu kenapa aku bisa ada di sini. Astaga siapa yan mengantikan pakaianku—" Wendy mendelik marah.
"—Kim Jongin byuntae dimana kau!" teriak Wendy lalu bangkit dari kasurnya dan meninggalkan kamar.
"bersembunyi dimana kau- AAAAAAAAA!!!!!!" Wendy menjerit melihat sosok laki-laki hanya memakai handuk di bagian pinggulnya sedang berada di dapurnya.
"SIAPA KAU, BERANI BERANINYA MEMASUKI APARTEMENKU, DAN.. TELANJANG?"
"aku tidak telanjang nona, lihatlah aku masih memakai handuk."
Wendy mencari ponselnya di sofa, "aku harus menelfon polisi, dimana ponselku. Oh ini, halo polis-" laki-laki itu memeluk Wendy sambil meraih ponsel yang berada di genggaman gadis itu.
'astaga dia wangi sekali. Tidak, sadar Wendy dia orang mesum!'
"KAU HARUS DI BERI PELAJARAN DASAR BYUNTAE!" Wendy memukul laki-laki itu dengan bantal sofa.
"hey hentikan nona, ya! Hentikan!" laki-laki itu berusaha menahan Wendy.
Sret..
"AAAAAA!" handuk yang dipakai pria itu terlepas, dan Wendy tidak sengaja melihat 'sesuatu' disana. Kemudian Wendy berlari menuju kamarnya.
BLAM!
Wendy sibuk menormalkan detak jantungnya sambil mengipasi wajahnya dengan tangan.
"astaga, apa tadi itu?"
ramadhan tiba ramadhan tiba
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love Catman
FantasíaSehun si manusia setengah kucing, bertemu dengan Wendy gadis yang biasa saja.