Sudah setengah jam Adena berjalan melihat kanan kiri sudah sepi, Adena pun berjalan memasuki sebuah cafe untuk mencari minuman penghilang haus yang pas di kantong dia. Adena menghampiri salah satu kasir dan memesan minuman lalu duduk di kursi yang kosong di pojok cafe.
"Ah gue pulang sore lagi deh," gumam Adena
"Tapi gapapa dari pada naik angkot atau taksi ngabisin uang, sedangkan rumah ke sekolah tuh hanya 1 jam nyampe kalo jalan, ahh tapi gue cape" gerutu Adena di dalam hati.
Kringg...
Pintu berbunyi tanda ada seseorang masuk kedalam cafe tersebut. Adena hanya diam menantap kosong minuman yang di pegangnya.
"Sendiri aja mba?"
Adena tersadar dari lamunannya, menatap sang empun yang tadi bertanya. Adena menatapnya dengan tatapan bertanya-tanya.
"Keliatannya?" jawab Adena
"Jangan jutek mba"
"Terserah gue"
"Gue boleh duduk disini?"
"Serah"
"Lo kenapa belom pulang?"
"Bukan urusan lo"
"Oh gak ada ongkos ya buat pulang?" ucap cowo itu sembari tertawa ringan.
Adena menatap tajam cowo itu, lalu beranjak pergi meninggalkannya sendiri disana dengan wajah kebingungan.
"Ngapain sih harus ketemu Raka lagi," gerutu Adena dalam hati.
----------------
Pukul 5 sore Adena baru sampai di rumah, mengetuk lalu membuka pintu. Melihat sekeliling rumah yang sepi berharap sang pemilik rumah tidak marah kepadanya. Namun...
"Udah darimana baru pulang?"
Adena kaget lalu memutar badan 180° ke arah suara, melihat Bagas Handaru yang tak lain dan tak bukan adalah ayahnya.
"Hmm... anu... Ade pulang jalan yah," jawab Adena menundukan pandangannya
"Kenapa gak naik taksi?"
"Ade mau hemat yah, jadi gak naik taksi"
"Hmm... yaudah kamu mandi terus makan kebawah, tadi mamah kamu sebelum pergi sudah masak buat kamu"
"Iya siap yah, ayah baru pulang atau daritadi?"
"Tadi jam 4, cepet gih ke mandi putri kecil ayah bau," ucap ayah sambil mengelus rambut putrinya
"Ih... ayah gitu"
"Yaudah kamu mandi kalau sudah selesai temui ayah di ruang makan, kita makan sambil ngobrol gimana?"
"Hmm... siap komandan"
Adena hormat lalu berlari kecil menuju kamarnya. Ayah tersenyum melihat putrinya itu.
---------------
Hari sabtu."Hoaamm..." Adena membuka mata lalu mengubah posisi tidur menjadi duduk.
Setelah kesadarannya terkumpul, Adena melirik jam di atas nakas.
"Hah... jam 7, gue harus cepet siap siap"
Adena bangkit lalu menghampiri kamar mandi untuk melakukan ritual paginya. Tak perlu waktu lama Adena untuk mandi. Dengan langkah santai Adena menuruni anak tangga.
"Mau kemana nih anak ayah udah cantik pagi pagi?"
"Pagi ma, yah. Ade di suruh ke sekolah"
"Kenapa?"
"Ade jadi panitia buat turnamen basket buat hari rabu jadi harus ngurus dulu persiapannya, Ade langsung berangkat ya"
Adena berpamitan kepada kedua prang tuanya lalu bergegas keluar.
"Mang anter Ade kesekolah ya"
"Siap neng"
---------------
Sepi, ya itu keadaan sekolah sekarang hanya beberapa orang saja yang ada di sekolah karna mendapat tugas dari kepala sekolah. Adena melirik kanan kiri hanya melihat sekumpulan anak basket yang sedang berlatih.
"Gawat kayanya gue telat kumpul, kenapa panitia pada gak ada," gerutu Adena dalam hati.
Tanpa babibu Adena berlari menuju aula, karna yang Adena tau seluruh panitia selalu dikumpulkan di aula. Setelah cukup lama Adena berlari, ia sampai di depan pintu aula. Mengumpulkan keberanian untuk membuka pintu.
"Maaf pa, saya terlambat," ucap Adena setengah berteriak
"Hahaha... kenapa lo? belom dimulai kali"
Adena membuka mata, melihat Tomy tertawa terbahak bahak dan hanya baru 8 orang yang berkumpul termasuk dirinya. Mampus, wajah Adena menjadi merah padam entah karna malu atau marah.
"Lo, kenapa gak ngasih tau?"
"Gimana sih de, gue aja gak punya nomor lo"
"Oh iya"
"Eh sesama panitia tuh, harus punya nomor sesama anggotanya masing masing"
"Hmm terus?"
"Gue minta dong"
"Gak"
***
Halla hallo...(づ ̄ ³ ̄)づ
gimana guys? gak nyambung ya hmm... ini aku tulis untuk mengisi kegabutan ku disela sela adanya wabah ini, jadi kalo gak nyambung maaf ya heheheJangan lupa vote and comment, karna itu sangat berarti buat aku yang gabut ini
See you next part.
tinggalkan jejak⭐-GIE

KAMU SEDANG MEMBACA
Rakad [Hiatus]
Novela Juvenil12.05.2020 Banyak yang bilang, pertemuan pertama itu adalah kebetulan. Jika memang seperti itu bagaimana cara menjelaskan dengan pertemuan pertemuan yang selanjutnya? Apakah itu masih bisa di sebut kebetulan? Saling menjauhkan diri, dan menjauhkan h...