19 ; wanita iblis

46 8 0
                                    

"Belum tentu kakek lu yang bunuh, gw cuma liat mereka berantem dan gak liat dia bawa gunting."

Renjun menatap Sunwoo cemas, dia benar-benar dibuat pusing dengan kasus ini.


"Lu mau sekolah? Mening hari ini lu bolos aja, kita balik ke rumah lu dan tanyain yang sebenarnya sama kakek lu, gw yakin... dia punya kemampuan yang sama kayak gw." Saran Sunwoo, Renjun menimang keputusannya sebelum mengangguk menyetujuinya. Rumah Renjun dengan rumah Sunwoo memang cukup dekat hanya berbeda blok, namun karena jadwal sekolah yang berbeda jadi mereka tak pernah bertemu di lingkungan perumahannya.

Mungkin kakek Huang memiliki firasat tersendiri, saat mereka sampai dirumah kakek Huang, kakek langsung menyambut mereka dan menyuruhnya untuk segera masuk padahal Renjun pikir kakeknya akan marah karena melihat Renjun membolos.

"Kalian meminta kakek untuk menceritakannya bukan? Baik, kakek akan menceritakannya." Ucap kakek Huang, tatapannya lurus dan kosong.

"Sebelumnya apa kakek sama sepertiku?" Tanya Sunwoo dan kakek Huang tersenyum simpul dan mengangguk membenarkan.

"Bahkan sama seperti temanmu yang kemarin datang."
"Sebelumnya kakek meminta maaf karena, kesalahan kakek dimasa lalu membuat kalian terkena imbasnya." Mata kakek Huang mulai berkaca-kaca, ia seperti sedang menatap seseorang namun- baik Renjun ataupun Sunwoo tidak melihat siapa pun.


12.01.1983


Huang Injun lelaki keturunan china itu melangkah lebar masuk ke kelasnya, hari ini hari pertamanya masuk ke sekolah barunya karena sebelumnya ia menetap di kota yang berbeda.

Injun mendecak kesal karena pasalnya ia adalah murid pertama yang datang dikelasnya padahal sudah cukup siang untuk siswa berangkat ke sekolah.

"Ini kelas barumu, jika ada kesulitan kamu bisa hubungi kakak."

Terdengar suara didepan pintu kelas, Injun mengedarkan pandangannya ke arah pintu dan seorang siswi masuk dengan tingkah anehnya. Ia terus menunduk dan sesekali menggelengkan kepalanya, Injun menatapnya iba. Ya, Injun merupakan anak indigo dan ia pun bisa membaca pikiran seseorang dan ia dengan jelas melihat makhluk hitam mengelilingi bangku si gadis.

Sebenarnya ia tak cukup berani untuk berkenalan dengan gadis aneh itu tapi karena tak tahan dengan segala keanehan yang dilihatnya, Injun mendekati wanita itu, ia pura-pura tak melihat makhluk hitam didekat si gadis.

"Aku Injun, Huang Injun. Salam kenal." Ujar Injun sambil mengulurkan tangannya ke arah gadis itu, dengan ragu gadis itu menyambutnya.

"Shuhua"


Sejak perkenalannya, Injun selalu berada di sisi Shuhua karena ia rasa keanehan lebih sering muncul belakangan ini, ia tak mau sesuatu terjadi pada temannya itu apalagi mengingat shuhua yang tak cukup cakap menggunakan bahasa lokal, ia risau.

Bulan ke tiga pertemanannya, mereka memadu kasih namun setelah dari itu, Shuhua menghilang tanpa kabar. Injun tak egois, ia khawatir, sangat khawatir. Sampai seminggu setelah menghilang, Shuhua kembali bersekolah dan tingkahnya semakin aneh, ia tak masuk kelas tapi ia malah berjalan ke belakang gudang dan seperti ketakutan, Injun mengikutinya dan melihat Shuhua yang hampir saja melukai dirinya sendiri dengan pecahan kaca yang berada di lantai, Injun lantas menghentikannya dan membentaknya- Shuhua terdiam, matanya menyiratkan ke kosongan, hampa dan dingin. Injun tahu tubuh Shuhua sedang dikuasai oleh iblis yang selalu mengikutinya, Injun berusaha melawan namun nihil, kekuatannya tak sebanding dengan lawannya.

Dengan penuh luka disekujur tubuhnya, Injun berlari menjauh dari gudang. Iblis itu... sudah hampir menguasai jiwa dan raga Shuhua.

Merasa sudah cukup tenang, Injun kembali ke belakang gudang memastikan bahwa Shuhua masih baik-baik saja, namun yang ia temui berbanding terbalik dengan harapannya, di depan matanya sendiri gadis pujaannya terkulai lemas di lantai dengan mulut yang sepenuhnya mengeluarkan darah, tangan Injun terkepal keras ia menatap wanita yang tega membunuh saudaranya sendiri. dia, Son Seung Wan -guru bahasa inggrisnya sekaligus kakak tiri dari Shuhua.

"Kau tahu Injun? Dia lebih menjijikan dari sekedar sampah." Ya, Seung Wan mengetahui Injun berada disana, ia tak kaget ataupun takut, sebaliknya ia malah tertawa renyah dan tersenyum menang.

"Bahkan kau lebih menakutkan dan berdosa dari sekedar iblis!" Balas Injun, matanya menyorotkan kebencian mendalam, bisa bisanya ia menyebut adiknya sendiri sampah.

Seung wan menghampiri Injun dan membelai rambutnya.

"Dia selalu menyusahkanku jadi, apa salahnya jika aku meminta imbalannya? Sekalipun dengan nyawanya."

"WANITA IBLIS!" Teriak Injun, ia rasa ingin meninju Seung Wan namun tak bisa seperti ada yang menghalanginya, sekali lagi Seung wan hanya tersenyum penuh kemenangan.

"Sebaiknya kau harus cepat pergi dari sini sebelum polisi melihatmu dan menangkapmu sebagai pelakunya."

Ia menyesal, sangat menyesal. Bagaimana bisa polisi menutup kasusnya tanpa akhir yang jelas dan bagaimana bisa wanita iblis itu tak ditangkap padahal jelas-jelas ada barang bukti di tempat kejadian perkara.

Bukan hanya itu, ia juga menyesal kepada dirinya sendiri kenapa ia begitu lalai dalam melindungi Shuhua padahal ia tahu sesuatu yang buruk akan terjadi padanya. Sampai detik ini, ia masih merasa bersalah dan tak memaafkan dirinya sendiri hingga lebih menutup diri dari lingkungannya.



















"Kalian pasti mempunyai guru bernama Wendy kan?" Tanya kakek Huang, keduanya mengangguk mantap membenarkan.

"Dia Song Seung Wan, si wanita iblis."

Truth adventure - RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang