Namaku Ishida Ayane, tahun ini aku berumur 17. Harapan ku untuk tahun ini masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya, aku hanya berharap menjalani masa-masa remajaku dengan tenang.
Aku memang orang yang tidak mencolok. Tapi, aku menyukainya. Selama orang-orang tidak mengganggu ku, aku sama sekali tidak berniat mencampuri urusan mereka.
Kau tau? Sejak kecil orang tua ku sibuk bekerja. Mereka tidak sempat mengurusi kebutuhan pribadi ku, aku diasuh nenek ku satu-satunya, karena inilah aku menjadi mandiri.
Aku menghabiskan masa-masa kecil ku bersama nenek. Sampai suatu hari, aku dikejutkan oleh perpisahan kedua orang tua ku. Saat itu aku tidak benar-benar mengerti apa yang dikatakan ayah dan ibu soal 'berpisah'. Aku tidak memperdulikannya, dan aku tetap tinggal bersama nenek berharap pertengkaran orang tuaku berakhir damai seperti yang sudah-sudah.
Saat itu, aku memutuskan tinggal bersama nenek. Aku masih kecil, aku benar-benar tidak tau walaupun ayah pernah mengatakan kata-kata 'cerai' dan membujuku untuk tinggal bersamanya. Ibuku juga melakukan hal yang sama.
Saat itu aku diam saja, sampai orang tuaku pergi meninggalkan aku dan nenek. Aku berpikir bahwa mungkin mereka membutuhkan waktu untuk mendinginkan kepala mereka.
Aku menunggu... Terus menunggu...
Sampai orang yang merawatku telah tiada, orang yang biasa ku panggil 'ayah' 'ibu' saat aku kecil, mereka bahkan tidak menghadiri upacara pemakaman nenek.
Aku sangat bodoh.
Aku benar-benar bodoh.
Sebenarnya... Dulu.. Kepercayaan apa yang bisa membuatku yakin akan orang tuaku?. Aku yang sedari kecil tidak mendapat kasih sayang orang tua seperti anak-anak pada umumnya. Aku yang sedari kecil dibiarkan sendiri, sampai jarak antara orangtua__anak benar-benar tiada. Aku yang dibiarkan kecewa. Aku yang diabaikan.
Kenapa aku masih berharap kehadiran mereka di pemakaman nenek?. Tidak apa-apa jika mereka tidak nenengokku selama bertahun-tahun. Tapi.. Kenapa mereka bahkan tidak mau menghadiri pemakaman nenek?. Apa mereka masih menganggap kami keluarga?
Aku kecewa
Aku membencinya
Aku tidak benar-benar berharap mereka masih mengingat 'anak' yang mereka buang ini. Yang berada di ujung dunia, yang tidak pernah diperhatikan.
Jika mereka tidak 'menatap ' ku, maka aku juga tidak akan menatap mereka. Jika dunia bahkan ingin membuang ku. Maka aku tidak akan meletakan dunia itu di depan mataku.
Setidaknya itulah pemikiranku 4 tahun yang lalu. Alasan mengapa aku membenci orang tuaku. Alasan untuk aku tinggal jauh dari mereka.
Tapi mengapa sekarang mereka...
Apa yang 'anda' inginkan?
"Aya-kun... "
Aku memandang wanita di depanku. Wajahnya yang diberi bedak tidak bisa menutupi guratan kulit diwajahnya.
"Apa yang anda inginkan? "Wanita itu nampak memandangi ku dengan rumit. Aku mengabaikan tatapannya dan mulai meminum teh ku dengan damai seolah hanya aku sendiri di ruangan ini.
"Apa kamu masih marah pada ibu?.. Kenapa kamu tidak memanggil ibu dengan sebutan 'ibu' nak? "
Aku hanya terdiam. Meletakan kembali cangkir teh pada tempatnya. Mataku melirik seorang gadis loli, yang bersembunyi dilengan 'ibu'. Loli itu sesekali melirik ku dengan tatapan takut namun terkesan penasaran.
Nampaknya 'ibu' menyadari lirikanku pada gadis loli itu. "Ini adikmu... Namanya Nanami, dia akan memasuki sekolah dasar tahun ini"
"Nah.. Nanami, berisalam pada onii-chan mu. "
"H-halo onii-chan "
Suara gadis loli itu sangat lirih. Dia kembali membenamkan wajahnya di lengan 'ibu' berharap agar aku tidak bisa melihat wajah malu-malunya. Tapi.. Itu semua percuma, karena aku dapat dengan jelas melihat telinganya yang merah.'Ibu' menghela napas. "Aku harap kamu bisa menerima ajakan ku Aya-kun. Lagi pula, ayah mu sekarang kebih baik dan dia pasti menyukai anak ku"
Ibu tersenyum.Aku hanya menatap 'ibu' dengan datar, aku tidak benar-benar berharap bahwa orang ini masih mengingat 'anak'nya ini.
'Ibu' menyodorkan sebuah kartu, didalamnya ada alamat, nomer telpon dan nama seseorang. "Jika kamu sudah berubah pikiran, Aya-kun... Aku harap kamu mau pindah dengan kami... Kamu akan mendapat sodara-sodara yang lebih tua dari ayahmu. Lagipula kamu pasti akan senang dengan ayah barumu Aya-kun... "
'Ibu' tersenyum menatapku, dia kemudia beranjak pergi dengan sopir yang sudah menunggu di luar rumah.Aku hanya menatapnya dalam diam. Aku kembali memasuki ruangan dan menatap kartu itu di atas meja.
Memang benar, rumah nenek yang aku huni ini sudah berumur, ada juga beberapa bangunan yang hampir roboh karena pelapukan, memang rumah yang berisi kenangan hangat nenek sudah tidak layak huni, juga... Biaya tanah sudah jatuh tempo, aku yang hanya siswa SMA yang sedang bekerja part time di sebuah toko tidak mungkin dapat membayar cicilan yang besar.
Aku mengambil kartu nama itu kemudian membacanya.
Nama : Shaundakiri Mitsutada
Alamat : RT 5. RW 3. 10 Jalan cinta
No : 0812xxxxxxxxJadi nama 'ayah' ku Shaundakiri?
Aku menghela napas, membawa kartu itu kekamar ku__kamar nenek yang sudah menjadi kamar ku. Berbaring di sebuah ranjang yang menurutku cukup sempit untuk ukuran tubuhku, aku memandangi kartu itu.
Memang tidak ada salahnya aku tinggal dengan ibu ku. Tapi... Kebencian yang aku alami. Kesendirian. Kepahitan karena tidak diperdulikan, sudah jauh menumpuk didalam hatiku.
Aku menghela napas lagi, meletakan kartu itu disamping bantalku. Mungkin aku bisa mencoba tinggal bersama mereka?.
Sejujurnya aku tidak mau tinggal dengan orang yang sudah 'membuang' ku. Aku bisa saja menelpon teman-teman ku mencari tempat yang bisa aku inapi untuk beberapa waktu. Tapi... Aku tidak ingin merepotkan meleka lagi,... Mereka sudah banyak membantu ku.
Kepala ku pusing. Aku akan coba memikirkannya besok.
Aku menarik selimut di bawah kakiku, memandangi jendela yang memperlihatkan langit malam berbintang. Sampai aku tidak tau kapan aku terlelap kealam mimpi ku.
Aku tidak menyadainya, dibawah ranjang ku, di dalam sebuah kotak memancarkan cahaya putih yang misterius.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Haikyuu!] Bolak-balik Dua Dunia [Touken Ranbu]
Fiksi PenggemarIshida Ayane selama 17 th dia menjalani kehidupan yang biasa seperti orang-orang lainnya. Ayah dan ibunya bercerai, dia tumbuh bersama nenek tercintanya, menjalani hidup yang biasa-biasa saja. Sampai saat ibunya datang memohon agar Ayane tinggal be...