"Kaisa, " panggil Bu Nina.
"Ya, Bu?" tanya Kaisa sambil mendongak dan menyudahi tangannya yang sedang menulis PR dipapan tulis.
"Bisa tolong panggilkan Bima Argara? Yang anak X IPA 1 ituloh, "
Tubuh Kaisa menegang seketika. Kenapa harus dirinya yang diperintah oleh Bu Nina? Dan kenapa juga harus Bima yang harus ia panggil? Oh, astaga!
Maya yang duduk disebelah Kaisa pun menoleh kearah teman sebangkunya itu. "Biasa aja. Nggak usah canggung gitu, " ujar Maya
Kaisa terperanjat. "Kaget dih, " protesnya karena wajah Maya yang terlalu dekat. "Aku biasa aja kok. Cuman, kok aku deg-degan ya?" tanya Kaisa dengan polosnya.
"Kaisa! Ibu suruh kamu panggil Bima. Bukan mengobrol dengan Maya!" tegur Bu Nina.
"Eh? Iya Bu, Kai panggil Bima sekarang." ujar Kaisa yang langsung berdiri dan berjalan keluar kelas menuju kelas Bima yang letaknya hanya bersebelahan dengan kelas dirinya.
Saat sudah berdiri diambang pintu kelas X IPA 1 Kaisa meneguk ludahnya. Kenapa kakinya terasa sangat berat untuk masuk kedalam kelas itu? Padahal, seharusnya dia biasa saja. Tidak usah selebay ini.
Gadis itu mengambil nafas berat. Kamu bisa Kaisa! Batinnya menyemangati diri sendiri.
Tokk tokk!
Kaisa mengetuk pintu dikelas X IPA 1 yang sedari tadi sudah terbuka. Gadis itu kembali meneguk ludah ketika menyadari semua pasang mata sedang menatap kearahnya, dan lebih parahnya lagi, dia justru bertatapan dengan mata sayu milik Bima.
Oke, Kaisa makin gugup.
"Kamu siapa?" pertanyaan dari guru Agama yang menghampirinya langsung membuat Kaisa memutuskan kontak dengan mata indah milik Bima.
"S-saya Kaisa."
Guru itu mengangguk. "Oh. Ada apa kesini?"
"Mau manggil Bima."
"Disuruh sama siapa?"
"Bu Nina, Pak."
"Buat apa Bu Nina manggil Bima?"
"Kai nggak tahu, Pak. ""Kok bisa nggak tahu?" tanya guru itu dengan lipatan dihadi.
"Karena emang Kai beneran nggak tahu. Mangkanya, Bima kesana dulu biar tahu. Habis itu, baru deh Bapak tanya sama Bima. Pasti dia tahu." cerocos Kaisa.
Guru itu melongo mendengar jawaban Kaisa. Sedetik kemudian ia menggeleng. "Bima, " kata guru itu dengan kepala yang menoleh kedalam kelas.
"Ya, Pak?" tanya Bima.
"Kamu dipanggil Bu Nina." ujar Pak Bento. Ah iya, nama guru itu Bento, Kaisa baru ingat. Pak Bento menoleh kearah Kaisa. "Dimana, Kai?" tanya Pak Bento kearah Kaisa." Di kelas aku. X IPA 2."
"Di kelas X IPA 2, Bim. Ayok kesana. Takutnya ini penting, "
Bima berdiri dari duduknya. Pria itu pun berjalan kearah ambang pintu dan menyalimi tangan Pak Bento, lalu berjalan kembali untuk melewati Kaisa yang justru malah buang muka.
Buang muka? Ntahlah, ini seperti gerakan refleks yang dilakukan oleh Kaisa."Ngapa lo buang muka?" tanya Bima bingung.
"Nggakpapa." jawab Kaisa yang justru langsung ngabrit kekelas setelah mengucapkan. "Makasih Pak. Kai pergi dulu, "
Bima dan Pak Bento saling pandang. Gadis itu kenapa? Mengapa sikapnya sangat aneh?
"Udah sana. Ngapain kamu masih disini? " tegur Pak bento yang dibalas cengiran oleh Bima.
Dan dengan santai Bima mengetok pintu dikelas X IPA 2, dia langsung disuruh masuk oleh Bu Nina yang memang wali kelasnya. Bersamaan dengan itu, Kaisa pura-pura sibuk dengan bukunya.
"Lo ini kenapa, sih?" tanya Maya.
Kaisa menggeleng. "Nggak papa, kok." jawab Kaisa.
"Sok sibuk, lo."
"Emang iya.""Bima, nanti jam ketiga ibu nggak bisa ngajar dikelas kamu. Ada keperluan mendadak. Jadi, ibu kasih kalian tugas. Harus dikumpulkan dimeja ibu. Semua murid harus mengerjakan. Ingat, dikumpulkan saat jam pelajaran ibu habis." ujar Bu Nina seraya menyodorkan selembar kertas.
"Iya, Bu." jawab Bima.
Setelah itu, Bima pergi meninggalkan kelas X IPA 2.❤❤❤
"Gue sama Sena gabung yak. Tempatnya udah penuh semua. Gakpapa, kan?"
Kaisa dan Maya langsung menoleh kearah sumber suara. Itu suara Bima dan dia sedang bersama Sena. Iya, dia adalah Sena Adiwijaya, pria yang sangat jago bermain bola sepak dilapangan. Sudah beberapa kali Sena berhasil membawa tim sekolah pulang berlomba dengan membawa sebuah piala. Mangkanya, Pak Dito yang merupakan guru olahraga selalu membanggakan secara berlebihan tentang bakat yang dimiliki oleh Sena didepan orang lain. Dan terkadang, Sena tidak suka dibanggakan seperti itu.
Maya menelan mie ayan didalam mulutnya. "Bolehlah. Duduk aja, gakpapa kok."
Kaisa mengangguk. "Iya, gakpapa kok."
"Ceileh, seneng amat lo kayaknya Bima kesini." bisik Maya. Kai bergerak tak nyaman. "Geli, May." jawab Kaisa.
Dia paling tidak bisa dibisikin seperti itu. Rasanya sangat geli. Sangat.
Bima dan Sena pun duduk dimeja mereka dengan masing-masing yang membawa mangkok berisikan mie ayam. PosisinyabKaisa yang berhadapan dengan Sena dan Maya yang berhadapan dengan Bima.
"Sena, lo kemarin abis tanding Bola lagi ya?" tanya Maya.
Sena mengangguk. "Iya."
"Menang atau kalah? " tanya Kai yang ikut nimbrung.
"Menang."
"Berapa-berapa?"
"4-2.""Lo masukin berapa kali?" tanya Maya.
"3.""Widih, keren." ujar Kaisa.
"Makasih, "
"Kamu itu orangnya ngirit ya kalau ngomong?""Eh?" Sena kaget. Dia menoleh kearah Bima. Seolah bertanya, ini cewek kok nanyanya gini?
"Kai emang gitu. Kalau ngomong suka nggak mikir." balas Bima.
"Ih, tahuan aja kamu mah." ujar Kaisa yang sangat percaya diri."Nggak kok. Biasa aja sih gue, " jawab Sena. "Emangnya kenapa?"
Kaisa menggeleng."Nggak. Aku cuman nanya aja."
"Boleh minta nomor lo?"
"Buat apa?"Bukan Kaisa yang bicara. Melainkan Bima. Kaisa menoleh kearah Bima.
"Nambah kontak doang." jawab Sena, santai.
"Yakin?" tanya Bima, lagi.
"Yakinlah. Lo kenapa sih?"
"Gapapa."
"Jawabnya kayak cewek banget""Kamu keberatan kalau Sena minta nomor aku?" tanya Kaisa.
"Iya." jawab Bima.Kaisa menunduk. Dia langsung gugup dengan jantung yang berpacu hebat. Hatinya berbunga-bunga detik itu juga. Gadis itu diam-diam mengulum senyum malu-malu.
"Lo suka sama Kaisa?" tanya Sena kepada Bima.
"Nggak."❤❤❤
Hiyahiyahiya:v
Voment:*
KAMU SEDANG MEMBACA
BIMA & KAISA
Teen FictionKaisa hanya percaya cinta dari keluarga, saudara dan sahabatnya. Dia tidak selain dari mereka. Gadis itu takut dikecewakan karena cinta. Tapi, setelah mengenal Bima yang selalu baik dan selalu ada untuk mendengarkan segala keluh kesahnya, Kaisa...