Selamat membaca💕
❤❤❤
Kaisa menunduk memandang sepatunya. Gadis itu meremas ujung rok abunya. "Aku takut."
"Karena?" alis Bima naik satu. Pertanda bingung.
"Aku baru pertama kali dibonceng sama teman cowo."
"Haa?" beo Bima dengan kedua mata membulat. Demi apapun Bima terkejut. Dari ekspresi Kaisa terlihat jelas bahwa gadis itu tidak berbohong. Bibir Bima sontak berkedut menahan tawa yang hampir menyembur keluar. Ucapan polos yang keluar dari mulut Kaisa sangat jujur.
"Kamu jangan ketawa. Aku malu, "
Sudah tidak tahan lagi. Bima sontak tertawa terbahak-bahak. "Lo lucu banget, sih. " ujar Bima disela tawanya.
Kaisa mendongak menatap Bima yang masih tertawa terbahak, pria itu terlihat jauh lebih tampan ketika sedang tertawa. Dan, apakah tadi pria yang sedang diatas motor maticnya itu menyebutkan bahwa dirinya lucu?
Omaygad. Aku dibilang lucu sama Bima. Batin Kaisa. Jantungnya berdegup tak karuan, dan kedua sudut bibirnya tanpa sadar melengkungkan senyuman malu-malu. Rasanya membahagiakan saat Bima menyebutkan bahwa dirinya lucu.
"Udah, buruan naik. Ntar lo dicariin Papa."
Kaisa pun duduk dijok belakang dengan posisi menyamping. "Pelan-pelan, ya."
"Hm. Tenang aja, "
Kaisa tersenyum.
"Gue akan kebut-kebutan, " ujar Bima lalu tertawa.
Kaisa mencubit pinggang Bima. "Bima!"
"Iya-iya." ujar Bima disela tawanya.
Akhirnya, motor Bima pun melaju meninggalkan halte dengan kecepatan yang hanya 20 km/jam. Karena jika kecepatannya naik sedikit saja, dia akan mengingat kembali ucapan Kaisa yang menyuruhnya agar menjalankan kendaraan yang ditumpanginya dengan pelan-pelan.
Kaisa tersenyum dibalik punggung Bima. Ternyata, Bima penurut.
Mendadak Bima mengerem mendadak dan itu sukses membuat kepala Kaisa membentur punggung Bima. "Aw!"
Bima menoleh kebelakang. "Lo nggak papa, kan?" tanyanya sedikit khawatir. Masalahnya, dia membawa seseorang. Dan, itu cewe. Kalau sesuatu terjadi pada cewe dibelakangnya ini, pasti Papa Kaisa akan mengamuk kepada Bima. Kenapa Bima seyakin itu? Karena dari nada bicara Papa Kaisa saat bertelponan tadi, terdengar jelas bahwa pria bersuara berat itu sangat menyayangi putrinya yang satu ini.
"Aku nggak papa, cuman kaget aja. Ada apa, sih? Kok ngerem mendadak? "
"Tadi ada kucing lewat. "
Mereka pun kembali melanjutkan perjalanan.
"Kai, kita mau belok apa lurus?" tanya Bima yang berteriak kencang.
"Haa? Apa?" balas Kaisa tak kalah kencang sambil mendekatkan wajahnya.
"Kita mau belok apa lurus?" tanya Bima, lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIMA & KAISA
Teen FictionKaisa hanya percaya cinta dari keluarga, saudara dan sahabatnya. Dia tidak selain dari mereka. Gadis itu takut dikecewakan karena cinta. Tapi, setelah mengenal Bima yang selalu baik dan selalu ada untuk mendengarkan segala keluh kesahnya, Kaisa...